Feeds:
Posts
Comments

Archive for January, 2010

MEMBANGUN KEBIASAAN YANG PRODUKTIF MENJADI

MANUSIA  KAYA TANPA BATAS

PENDAHULUAN

Pemahaman “mANUSIA  Kaya Tanpa Batas” merupakan renungan dari pemikiran apa yang kita sebut 7M dengan membaca, menterjemahkan, meneliti, mengkaji, menghayati dan akhirnya mampu mengamalkan dalam perjalanan hidup yang abadi.

Kekuatan-kekuatan 7M menjadi bermakna dalam menggerakkan kekuatan berpikir, bila anda memperkuat daya kemauan untuk membangun kebiasaan. Jadi kemauan dan kebiasaan menjadi dua kata bermakna dalam hidup karena anda membayangkan mata uang yang memiliki nilai dua sisi yang saling bergantung dimana disatu sisi mengungkapkan kemauan berarti daya dorong sebagai kekuasaan  dan disisi lain mengungkapkan kebiasaan yang berarti perbuatan-perbuatan yang kedua-duanya digerakkan oleh pikiran anda.

Oleh karena itu melatih kemauan menjadi sesuatu daya dorong dari dalam diri sendiri akan membentuk karekter anda, dengan demikian akan menjadi suatu kebiasaan – kebiasaan yang baik dengan tuntunan oleh pemahaman  anda atas unsur kata kebiasaan menjadi kata bermakna.

Kata “KEBIASAAN” dari huruf menjadi kata bermakna menjadi :

(K)esadaran ; (E)sa ; (B)ahtera ; (I)slam ; (A)gama ; (S)antun ; (A)mpun ; (A)manah ; (N)iyat.

Bila unsur kata tersebut dirumuskan menjadi suatu untaian kalimat,

maka “KEBIASAAN “ adalah suatu kekuatan pikiran yang positip sebagai sifat (K)esadaran untuk mengingatkan atas kebesaran ke (E)saan Tuhan dalam menjalani (B)ahtera dengan memeluk (I)slam dalam keyakinan (A)gama-ku sebagai manusia yang selalu taat kepada ke-(S)antun-an, meminta (A)mpun untuk menjalankan (A)manah berdasarkan (N)iyat dari keinginanku.

Bertolak dari rumusan “KEBIASAAN” diatas, maka dengan memanfaatkan 7M, anda sampai pada kemampuan untuk menggerakkan kekutan berpikir baik yang disadari (akal dan hati)maupun yang tidak disadari (intuisi), oleh karena itu kebiasaan dibentuk oleh kekuatan pikiran anda sendiri yang dapat berupa dalam kerangka berpikir positif dan berpikir negatif.

Dengan memperhatikan rumusan kebiasaan yang diungkapkan diatas, maka manusia hidup dibuat untuk berpikir dalam rangka bermartabat dan berkebajikan sehingga seluruh kewajiban adalah berpikir dengan kebiasaan sebagaimana seharusnya anda mengubah takdir menjadi usaha mengubah nasib. Jadi kebiasaan pikiran akhirnya menentukan nasib anda, bukan saja nasib rohaniah anda tetapi juga keberhasilan dan atau kegagalan anda.

KEBIASAAN YANG PRODUKTIF MERUPAKAN KEHIDUPAN

Renungkanlah suatu pemikiran bahwa “hidup anda dibentuk oleh pikiran anda sendiri”, oleh karena itu mulailah dengan hidup baru yang bertolak dari “Niyat dari keingananku”, sehingga kehidupan pemikiran anda akan dapat mempengaruhi setiap aspek dari kekuatan berpikir pada 1) sikap dan perilaku ; 2) citra diri ; 3) indera ; 4) fisik ; 5)  hati ; 6) pola pikir ; 7) akal ; 8) penghargaan diri ; 9) kepercayaan diri ; 10) kondisi kejiwaan ; 11) kondisi kesehatan ; 12) produktivitas.

Oleh karena itu, kekuatan pikiran dengan memahami dan mengamalkan unsur kata dalam kebiasaan menjadi penuntun untuk mengubah hidup anda, dengan demikian unsur tersebut menjadi kekuatan untuk menggerakkan kekuatan pikiran agar dapat menuntun dalam proses berpikir positif.

Pemahaman unsur (K)esadaran :

Salah satu alat pikir yang merupakan unsur jiwa yang utama disebut dengan “kesadaran”, merupakan awal kita berpikir artinya dengan kesadaran kita dapat berorientasi meninjau serta merasakan diri sendiri serta menangkap situasi diluar diri kita.

Jadi unsur kesadaran dalam kebiasaan itu kita dapat meletakkan perhatian pada barang sesuatu sehingga dapat memusatkan kesadaran pada apa-apa itu untuk memahami dan menyadarkannya. Jadi kesadaran yang dipusatkan dapat mempertajam panca indera kita ke satu arah pusat perhatian, yang kita sebut dengan fokus. Dengan fokus, kita menempatkan kesadaran yang berpusat di otak atas sebelah kanan yang dapat dimanfaatkan sebagai alat pikir dalam usaha-usaha untuk menyadarkan diri.

Yang menjadi masalah kita adalah seberapa jauh “tingkat kesadaran” kita untuk menggrakkan kekuatan berpikir yang sangat mempengaruhi dalam aspek-aspek kehidupan yang telah kita kemukakan diatas.

Tingkat kesadaran yang paling rendah adalah apa yang disebut dengan alat pikir “kesadaran inderawi”, tingkat menengah disebut “kesadaran rasional”, tingkat tinggi disebut “kesadaran rohaniah”, tingkat tertinggi disebut “kesadaran tauhid”. Jadi tingkat kesadaran sangat mempengaruhi pola pikir dalam menjalankan fungsi berpikir.

Yang perlu diingat bahwa kesadaran tidak berarti apa-apa dalam berpikir, bila tidak dibantu alat pikir kedua yang disebut dengan „kecerdasan“(berada pada otak atas sebelah kiri) karena kesadaran menyadarkan tentang apa-apa, namun kecerdasan melaporkan kepada kita keadaan perkara dan hubungan-hubungannya. Jadi melalui kecerdasan kita dapat menangkap fakta dan informasi untuk meningkatkan masalah kita hadapi atau dengan kata lain seberapa resiko yang dihadapinya.

Kecerdasan menjadi bermakna, bila „akal“ menunjukkan untuk mencari jalan dalam memenuhi maksud dan tujuan kita. Dengan akal akan mempersoalkan dimana letaknya bahaya, apakah macam bahaya yang akan dihadapi, apakah akan segera datang tetap sebagai bahaya, bagaimana ia dapat dihindarinya. Kemudian menunjukkan cara-cara penyelesaiannya, disitulah letak pekerjaan akal.

Dengan demikian akal adalah potensi rohaniah yang memiliki pelbagai kesanggupan seperti kemampun berpikir, menyadari, menghayati, mengerti dan memahami sehingga kegiatan akal itu berpusat atau bersumber dari kesanggupan jiwa yang disebut dengan intelgensi. Akal berpusat di otak bawah sadar yang disebut hati.

Jadi dengan alat pikir tersebut yang akan dapat menuntun kita dalam usaha membangun dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan yang produktif yang mengarah pada aspek-aspek kehidupan kita di dunia dan di akhirat.

Pemahaman unsur (E)sa :

Dengan memanfaatkan alat pikir yang telah kita ungkapkan diatas, maka unsur esa dalam kebiasaan berarti kita mampu meletakkan landasan yang kuat sebagai pendorong keyakinan dan kepercayaan kita atas keesaan Tuhan, sehingga pandangan hidup ini menjadi jelas arti keberadaan manusia di dunia ini, siapa, darimana dan kemana.

Oleh karena itu ingatlah selalu makna „keesaan“ untuk menuntun kebiasaan-kebiasaan yang merupakan dasar kehidupan kita yang dapat bergerak secara otomatis dan atau yang dipikirkan terlebih dahulu secara sadar. Dengan demikian kita mampu membangun kebiasaan secara sadar berdasarkan ada daya dorong untuk membuat persiapan dalam pemahaman dan membentuk keyakinan kita

Pemahaman unsur (B)ahtera :

Bertolak dari pemahaman kesadaran dan ke-esaan, maka timbul pertanyaan „apakah kebiasaan akan mendatangkan daya tahan“, sudah tentu bila kebiasaan itu dibangun atas dasar pemikiran yang sadar, sehingga seseorang dapat mengarungi lautan yang tenang, dengan perahu intelektual akan mampu menjadi pemenang yang melewati badai yang akan memperoleh kehormatan yang sebenarnya.

Oleh karena itu, unsur bahtera dalam kebiasaan menjadi gelombang kehidupan ini akan kita hadapi, yang menjadi masalah bahwa keberhasilan dalam membentuk kebiasaan yang produktif tidak datang melalui cara yang anda pikir, ia datang melalui cara anda berpikir, maka disitulah terletak bahtera yang hendak dituju sebagai pengungkit daya ingatan dalam kekuatan berpikir.

Pemahaman unsur (I)slam :

Tidak cukup memahami kebiasaan hanya melihat kekuatan daya dorong hanya unsur kesadaran, keesaan, bahtera tanpa memahami makna anda menyerah kepada-Nya, artinya menyerah dengan sebulat hati dengan segala perintahnya dan hukum-Nya aku taati ; suruhnya aku kerjakan, larangan-Nya aku hentikan dengan segenap kerelaan. Inilah pemahaman Islam.

Jadi unsur islam dalam kebiasaan, dengan pendekatan dan melaksanakan 7M, maka menggerakkan kekuatan dari alat pikir (kesadaran, kecerdasan, akal)  diharapkan menjadi benteng dalam memecahkan semua masalah kehidupan dimana setiap kesulitan pasti berakhir. Jadi mengamalkan islam dalam kehidupan anda berarti anda mampu mendorong kebiasaan yang produktif dengan kekuatan pikiran-pikiran yang dapat menuntun anda pada setiap aspek-aspek kehidupan ini.

Bayangkan dengan pemahaman unsur Islam dalam kebiasaan berarti anda adalah makhluk pilihan dan oleh karena itu anda memliki kemampuan untuk memilih bagaimana kita akan bereaksi terhadap suatu keadaan. Jadi ingatlah bahwa di setiap puncak yang telah didaki, layangkan pandangan anda untuk mencari bukit lain yang akan ditaklukkan, maka disitulah terletak anda punya kekuatan kepercayaan untuk menyerah kepada-Nya.

Pemahaman unsur (A)gama :

Unsur agama dalam kebiasaan tidak mungkin diyakini oleh manusia, kalau hanya dari sumber akal, akan tetapi haruslah dari sumber yang timbul dari perasaan dan keinsyafan hati serta petunjuk Ilahi.

Oleh karena itu, ilmu agama adalah kehidupan, sebaliknya ilmu filsafat adalah pikiran, dengan begitu agama melihat ke atas, persahabatan meninjau kedalam, sehingga agar pikiran dan kehidupan berjalan secara harmonis itu berarti anda telah siap membangun kebiasaan yang produktif, maka disitu terletak fitrah manusia dalam menjalankan agama dengan akal yang sehat, yang didorong oleh kekuatan kesadaran, keesaan, bahtera dan islam dalam pandangan hidupnya.

Jadi manusia yang lahir ke dunia dalam keadaan suci atau disebut juga dengan fitrah manusia berupa fitrah ketuhanan, sejalan dengan itu manusia sudah ada fitrah beragama yaitu fitrah untuk memeluk agama islam yang akan menuntun manusia sejalan dngan keyakinan dan kepercayaannya.

Pemahaman unsur (S)antun :

Bertolak dari kekuatan pada pemahaman atas kesadaran, esa, bahtera, islam dan agama dalam unsur kebiasaan menjadi daya dorong yang kuat untuk membangkitkan makna kesatunan dalam aspek kehidupan, oleh karena itu, maka unsur santun dalam kebiasaan hanya bisa tumbuh menjadi kepribadian yang menggambarkan karekter manusia yang mampu menaklukkan dirinya sendiri yang sejalan dengan sifat rendah hati bukan bersifat rendah diri.

Manusia dengan rendah diri punya rasa sombong pada dirinya, karena ia malu mengakui kekurangannya kepada orang lain, oleh karena itu dengan membangun kebiasaan santun akan menjadi daya dorong yang kuat untuk menjadi manusia yang rendah hati, mau mengakui keadaan hidupnya, sehingga jika dalam kekurangan mau memperbaikinya.

Pemahaman unsur (A)mpun :

Unsur ampun dalam kebiasaan merupakan karekter bagi setiap manusia yang memilik kekuatan pikiran dalam hidup yang selalu ingin melaksanakan hijrah dari suatu kesalahan menuju kearah kebaikan, yang ditopang oleh pemahaman atas kesadaran, esa, bahtera, islam, agama, santun yang menjadi kekuatan untuk mendorong manusia menggerakkan kekuatan berpikir dalam usaha menemukan jati dirinya yang sejalan dengan fitrah manusia.

Oleh karena itu, unsur ampun dalam kebiasaan menjadi penentu perjalanan hidup manusia dalam menuju perjalanan hidup yang abadi yang mendorong dalam pikirannya dengan membayangkan pemahaman anda mengenai ungkapan bahwa “bekerja untuk duniamu, seolah-olah engkau akan hidup selama-lamanya dan bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan mati esok pagi”

Pemahaman unsur (A)manah :

Kunci keberhasilan untuk menjalankan unsur amanah dalam kebiasaan menjadi pondasi hidup manusia yang ditopang oleh kebiasaan apa yang telah kita ungkapkan dari unsur kebiasaan yang disebut dengan „kesadaran, esa, bahtera, islam, agama, santun, ampun“.

Sejalan dengan keinginan untuk menjalankan unsur amanah menjadi kebiasaan-kebiasan yang produktif, maka anda harus memiliki kekuatan pikiran yang harus diasah secara terus menerus sehingga anda dapat pula untuk membayangkan dalam pikiran anda mengenai ungkapan seperti „tak ada dusun yang begitu sunyi sehingga tak dapat dicapai oleh sinar rembulan berkilauan ; demikian juga tak ada seorang manusia pun yang tak dapat melihat kebenaran ilahi dan tak memasukkannya ke dalam hatinya, asalkan ia membuka lebar-lebar jendela akal budinya“, maka disitu terletak makna manfaat dari alat pikir untuk menemukan jati diri anda sebenarnya.

Jadi alat pikir yang dimiliki oleh setiap manusia merupakan potensi yang tersembunyi dalam pikiran anda dan oleh karena itu, anda harus mampu dalam mengelola secara maksimal dalam perjalanan hidup ini.

Pemahaman unsur (N)iyat :

Unsur akhir dalam kebiasaan yang terdiri dari unsur “(k)esadran, (e)sa, (b)ahtera, (i)slam, (a)gama, (s)antun, (a)mpun, (a)manah adalah (n)iyat yang merupakan kunci untuk menentukan usaha-usaha manusia untuk menumbuh kembangkan kebiasaan yang produktif yang didukung oleh keinginan yang berlandaskan niyat, seperti halnya kemampuan anda menangkap ungkapan seperti “nilai hidup manusia bukan hartanya saja, tapi amalnya terhadap sesama manusia”

Oleh karena itu, setiap kerja harus memasang niat. Setiap orang akan mencapai apa yang dinikmatinya. Jikalau hijrahnya untuk kepentingan dunia ia Cuma akan memperoleh itu. Kalau ia cuma terpikat oleh seorang wanita, ia Cuma akan mengawininya. Maka hijrah setiap orang adalah menengok niyat yang dipasangnya sewaktu hijrah.

PENUTUP

Setiap manusia harus mampu membangun kebiasaan yang produktif dalam kehidupan, sehingga diperlukan suatu pendekatan untuk memperkuat daya kemauan yang secara berkelanjutan dapat memberikan daya dorong untuk memanfaatkan kekuatan berpikir secara positif, maka disitu terletak daya kemauan untuk keingintahuan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Jadi apa yang dipikirkan, maka disitu terletak jalan untuk mendorong adanya usaha mewujudkan terbentuknya pikiran yang jelas, terang dan terarah.

Oleh karena itu, untuk menggerakkan pikiran-pikiran dengan melaksanakan pendekatan 7M yang mencakup (M)embaca, (M)entejemahkan, (M)eneliti, (M)engkaji, (M)enghayati, (M)emahami, (M)engamalkan dan menguraikan huruf dari kata „KEBIASAAN“ menjadi kata yang bermakna yang mencakup (K)esadaran ; (E)sa ; (B)ahtera ; (I)slam ; (A)gama ; (S)antun ; (A)mpun ; (A)manah ; (N)iyat.

Bertolak dari pemikiran diatas, maka renungkanlah suatu pemikiran bahwa „hidup anda dibentuk oleh pikiran anda sendiri“, oleh karena tu ingatlah selalu

1) untuk mendapatkan manfaat yang langsung dari hasil-hasil pemikiran itu tentang rahasia-rahasia yang terkandung di dalamnya baik yang bersifat ilimiah maupun yang bersifat peneletian ;

2) untuk membentuk jiwa dan rohani manusia supaya lebih mengenal kepada yang menciptakannya.

Jadi dengan usaha-usaha membangun dan mengembangkan kebiasaan yang produktif yang berlandaskan dari kekuatan kehidupan pemikian anda akan dapat mempengaruhi kepada hal-hal yang terkait dengan 1) sikap dan perilaku ; 2) citra diri ; 3) indera ; 4) fisik ; 5)  hati ; 6) pola pikir ; 7) akal ; 8) penghargaan diri ; 9) kepercayaan diri ; 10) kondisi kejiwaan ; 11) kondisi kesehatan ; 12) produktivitas dan sebagainya yang terkait dengan usaha-usaha mengembangkan pikiran yang terang. Oleh karena itu, tiap hari adalah hari perbaikan buat hidup anda, maka belajarlah dari kesalah atas pikiran yang negatif.

Dengan demikian ingatlah ungkapan yang mengatakan seperti „orang tidak pernah terlalu tua untuk belajar. Orang tidak pernah terlambat untuk belajar atau memperbaiki sesuatu“, sehingga apabila engkau sendirian janganlah engkau mengatakan atau berbuat sesuatu yang tercela (jahat) ; belajarlah untuk lebih merasa malu terhadap dirimu sendiri terhadap orang lain. Jadi makin banyak orang belajar, maka insyaflah dia betapa sedikitnya yang dia ketahui.

Bangunlah kebiasaan yang produktif dalam usaha anda untuk meningkatkan kebiasaan-kbiasaan yang mampu menggerakkan kekuatan pikiran anda dalam meningkatkan kedewasaan rohaniah, sosial, emosional dan intelektual dalam rangka kesiapan menuju perjalanan hidup abadi.

Read Full Post »

PENDAHULUAN

Dapatkah manusia membayangkan dengan kaya harta semakin melimpah, semakin sulit hidup didalamnya, disatu sisi itu merupakan realita hidup dan disisi lain harta itu baru memberi manfaat apabila terpegang oleh orang yang berpengetahuan. Uang sama dengan pasir, kalau telah dibelanjakan kepada yang berfaedah baru ada harganya.

Realita, sering kali kita terjebak oleh pemahaman bahwa yang disebut orang kaya adalah yang memiliki banyak uang dibank, rumah bertingkat, mobil mengkilat, memiliki perusahaan yang tersebar di pelosok negeri. Dari pengalaman realita orang terjebak difinisi yang salah tentang kekayaan. Mereka berpikir atas dasar kesadran inderawinya, maka harta adalah kekayaan sejati. Padahal dengan kesadaran inderawi, belum tentu orang yang bergelimang harta tidak lagi sibuk menambah kekayaan.

Apabila seorang manusia yang tumbuh dan berkembang atas dorongan kesadaran inderawinya, bukankah hampir bisa dipastikan jika mereka selalu bernafsu untuk menambah harta simpanannya ? Jadi mereka memanfaatkan pikiran dengan kesadaran inderawi berusaha memperbesar pundi-pundi rekeningnya di bank. Mereka terus memburu laba dari usahanya. Begitulah roda hidup berjalan mendorong sikap dan perilaku, sehingga tanpa disadari, mereka dibayangkan menjadi orang termiskin di dunia.

Sejalan dengan pikiran diatas, maka akan timbul pertanyaan, mengapa mereka yang bergelimang harta benda dikatakan miskin? Jawabannya, mereka masih merasa kurang dan kurang dan oleh karena itu mereka terus berusaha menambahnya, inilah dorongan nafsu yang tidak dapat dikendalikan karena sifat kesadaran inderawinya.

Gambaran diatas memberikan realitas hidup, dimana manusia di uji dengan fitrahnya, anda dapat membayangkan bahwa manusia memiliki fitrah ketuhanan yaitu adanya pengakuan terhadap Allah Swt., selain itu juga terdapat pada manusia apa yang disebut dengan fitrah beragama, fitrah suci, fitrah berakhlak, fitrah kebenaran, fitrah estetika, fitrah kreasi dan penciptaan.

Manusia dengan tingkat kesadaran inderawi yang terendah akan selalu di uji fitrahnya, oleh karena itu, bukankah sifat orang miskin adalah terus merasa kurang dengan harta yang didapatkan?, sehingga tidak heran bila kecenderungan negatif manusia lebih tinggi di bandingkan dengan kecenderungan positif manusia. Perubahan hanya bisa terjadi bila anda benar-benar mampu mengungkit kekuatan pikiran anda untuk menyadari bahwa masa yang anda miliki adalah hari ini untuk menuntun anda ke hari esok dimana hidup anda dibentuk oleh kekuatan pikiran anda sendiri, sehingga anda dapat membayangkan bahwa sudah saatnya brsyukur dengan segala nikmat yang telah Allah berikan.

Renungkan kalaimat ini „yang ada ini sebenarnya tidak ada, yang tidak ada itulah yang ada. Karena segala yang dapat kita lihat harta benda, rumah dan tubuh kasar semuanya akan lenyap, yang kekal ialah Tuhan dan roh kita“, oleh karena itu yang menjadi raja Hati itulah yang berkuasa dalam tubuh. Hati yag baik mnyelamatkan tubuh dan sekelilingnya. Kejahatan hati merusakkan kehidupan dirinya dan masyarakat. Yang paling baik ialah hati dan yang paling jahat ialah hati.

Jadi tidak heran manusia di uji dengan fitrahnya, dimana kesalahan berikutnya dalam mendifinisikan kekayaan adalah menganggap uang uang disimpan bank benar-benar miliknya, padahal itu hanyalah barang titipan dari Allah Swt. Bukankah sangat banyak contoh di masyarakatbahwa orang yang dulunya kaya, bergelimng harta, tiba-tba kehabisan harta dalam sekejap? Dengan berbagai cara, Allah bisa mengambil kembali harta titipan itu, tanpa dicegah leh siapapun.

Bertolak dari pandangan diatas, maka, orang baru bisa disebut kaya apabila harta benda yang dinafkahkan lebih besar dibandingkan yang disampingnya. Artinya, ia sudah merasa cukup dan tidak memerlukan harta yang melebihi kebutuhannya, sehingga tidak lagi memburu harta, melainkan justru menshadaqahkannya.

MEMAHAMI MAKNA KAYA TANPA BATAS

Untuk dapat mengetuk dinding jiwa, maka pemahaman makna kaya dapat kita lakukan dengan pendekatan untuk menguraikan kata „KAYA“ dari unsur huruf menjadi suatu untaian kalimat dari kata yang bermakna. Jadi kata KAYA dapat diuraikan (K) menjadi (K)ebenaran ; (A)gama ; (Y)akin ; (A)manah.

Dengan mendalami makna  kata-kata tersebut, diharapkan ia mampu memberikan daya dorong untuk mewujudkan kebahagian dengan kaya tanpa batas. Jadi tujuan hidup ialah kebahagian, ini tidak dapat diperoleh dengan memburu kesenangan, tetapi dengan suatu perjuangan melawan nafsu, seandainya perjalanan hidup  itu ada cetakan kedua, betapa banyaknya yang harus kuperbaiki dalam cetakan percobaan, oleh karena itu yang paling sukar dalam hidup ini adalah mencintai hidup seperlunya dan inilah yang paling penting untuk mengubah anda menjadi kaya tanpa batas yang sejalan dengan pemahaman anda untuk mengamalkan makna kata „kaya“ yang kita ungkapkan diatas.

Dengan memperhatikan ungkapan diatas, maka dengan mengungkit kekuatan pikiran, sehingga difinisi KAYA adalah usaha membangun kebiasaan yang produktif dalam mencari (K)ebenaran untuk melaksanakan fitrah manusia dalam (A)gama sebagai bentuk dalam menumbuhkan kepercayaan dan (Y)akin untuk mengamalkan (A)manah tanpa batas.

Bertolak dari pemahaman difinisi diatas, maka membangun manusia menjadi kaya tanpa batas sebagai langkah menumbuh kembangkan kebiasaan yang produktif dimana setiap keinginan dalam bersikap dan berperilaku harus memasang niat, sehingga setiap orang akan mencapai apa yang dinikmatinya. Oleh karena itu hidup tiada berilmu sebagai sampan tidak berkemudi. Orang yang tidak menambah ilmunya berarti kalah dalam perjuangan hidup. Jadi ilmu kepandaian itu ialah sahabat yang setia bagi teman hidup sampai kepada penghabisan umur kita.

Oleh karena itu, maka bijaksana itu diperoleh untuk orang yang meningkatkan pengamalan makna „(K)ebenaran ; (A)gama ; (Y)akin ; (A)manah“, sedangkan sesat itu diperoleh untuk orang yang mencari kekayaan. Ilmu itu diperoleh untuk orang yang menghendaki.

Jadi berbahagialah orang yang mementingkan menyelidiki cela dirinya, dan tidak hanya  menyelidiki orang lain. Menunjuk orang hanya satu jari kepadanya, sedang tiga jari menunjuk pada diri sendiri. Tungau diseberang lautan kelihatan, gajah dipelupuk mata tidak kelihatan.

Dengan memanfaatkan kekuatan pikiran melalui apa yang kita sebut 7M, maka dengan membaca, menterjemahkan, meneliti, mengkaji, menghayati, memahami, mengamalkan makna „KAYA“ tanpa batas, diharapkan menjadi suau kekuatan pikiran untuk mampu berbuat sesuatu dalam menuju perjalanan hidup yang abadi.

MENGAMALKAN „KEBENARAN“ DALAM KAYA TANPA BATAS

Untuk mengungkapkan makna „KEBENARAN“ secara hakiki maka berdasarkan apa-apa yang dituangkan dalam Al Qur’an seperti yang termuat dalam surat dan ayat mengenai „kebenaran“

Q.S. 4 : 83, 105, 135, 170, 174 ; 5 : 8 , 48, 83, 84, 119 ; 6 : 25, 104, 125 ; 7 : 43, 53, 168, 174, 180 ; 8 : 5, 6 ; 9 : 48, 76 ; 10 : 32, 35, 36, 76, 94, 108 ; 11 : 20, 59, 64, 120 ; 12 : 35, 51 ; 15 : 64, 85 ; 17 : 41, 105

Sebagai contoh diungkapkan seperti yang tercantum dalam surat dan ayat sbb.:

Q.S. 4 : 83 “Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri diantara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).

Q.S. 5 : 8” Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Q.S. 6 : 25” Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan (bacaan) mu, padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya dan (Kami letakkan) sumbatan di telinganya. Dan jikapun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: “Al Qur’an ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu”.

Q.S. 7 : 43”Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran”. Dan diserukan kepada mereka: “Itulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan.”

Q.S. 8 : 5” Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya,

Q.S. 9 : 48” Sesungguhnya dari dahulupun mereka telah mencari-cari kekacauan dan mereka mengatur pelbagai macam tipu daya untuk (merusakkan) mu, hingga datanglah kebenaran (pertolongan Allah), dan menanglah agama Allah, padahal mereka tidak menyukainya.

Q.S. 10 : 32” Maka (Zat yang demikian) itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?

Q.S. 11 : 20” Orang-orang itu tidak mampu menghalang-halangi Allah untuk (mengazab mereka) di bumi ini, dan sekali-kali tidak adalah bagi mereka penolong selain Allah. Siksaan itu dilipat gandakan kepada mereka. Mereka selalu tidak dapat mendengar (kebenaran) dan mereka selalu tidak dapat melihat (nya).

Q.S. 12 : 35” Kemudian timbul pikiran pada mereka setelah melihat tanda-tanda (kebenaran Yusuf) bahwa mereka harus memenjarakannya sampai sesuatu waktu.

Q.S. 15 : 64” Dan kami datang kepadamu membawa kebenaran dan sesungguhnya kami betul-betul orang-orang benar.

Q.S. 17 : 41” Dan sesungguhnya dalam Al Qur’an ini Kami telah ulang-ulangi (peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran).

Sejenak bila kita merenung untuk mengamalakan „kebenaran“ dengan bertolak dari 7 M berati anda menyadari bahwa dalam bersikap dan berperilaku dai surat dan ayat tersebut akan mengetuk jiwa anda dengan ha-hal yang diungkapkan dalam surat dan ayat yang diungkapkan diatas yang menyangkut hal-hal sbb.

  • Sikap orang-orang menufik dalam menghadapi peperangan
  • Kewajiban berlaku adil dan jujur
  • Kesaksian kaum musyrikin terhadap dirinya sendiri dan keadaan mereka di hari kiamat
  • Pengutusan para rasul dan akibat penrimaan dan penolakan kerasulan
  • Keengganan sebahagian sahabat untuk pergi kepeperangan badar dan pertolongan Allah kepada kaum muslimin
  • Hanya orang munafiklah yang tidak mau berperang
  • Bukti-bukti kekuasaan Allah yang membatalkan kepercayaan orang musyrik
  • Kebenaran wahyu
  • Yusuf dipenjara
  • Kisah nabi Luth a.s.
  • Beberapa tata krama pergaulan

Dengan menyimak apa-apa  yang kita utarakan diatas, akan mengingatkan pula pada diri kita “ Akibat bagi yang menolak kebenaran” seperti yang termuat dalam surat dan ayat dibawah ini

:Q.S. 14 : 13“ Orang-orang kafir berkata kepada Rasul-rasul mereka: “Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali kepada agama kami”. Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka: “Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zalim itu,

Q.S. 14 : 14“ dan Kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu sesudah mereka. Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) ke hadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku”.

Q.S. 14 : 15“ Dan mereka memohon kemenangan (atas musuh-musuh mereka) dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala,

Q.S. 14 : 16“ di hadapannya ada Jahannam dan dia akan diberi minuman dengan air nanah,

Q.S. 14 : 17“ diminumnya air nanah itu dan hampir dia tidak bisa menelannya dan datanglah (bahaya) maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi dia tidak juga mati; dan di hadapannya masih ada azab yang berat.

Q.S. 14 : 18“ Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.

Sejalan dengan mengungkapkan surat dan ayat yang disebutkan diatas, maka diharapkan menjadi daya dorong agar setiap manusia haruslah dapat mengungkapan kekuatan jiwa dalam bersikap dan berperilaku setelah menyelami mengenai „ Bukti kebenaran Allah yang mengharuskan kita menyukurinya „ seperti yang diungkapkan dalam surat dan ayat dibawah ini :

Q.S. 28 : 71“ Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah kamu tidak mendengar?”

Q.S. 28 : 73“ Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.

Oleh karena itu, bangkitkan jiwa anda untuk mengungkit kekuatan pikiran dalam melihat realitas hidup dengan „Bukti kekuasaan dan kebenaran Allah“ seprti yang terungkap dalam surt dan ayat dibawah ini :

Q.S. 3 : 27“ Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).”

Q.S. 3 : 28“ Janganlah orang-orang mu’min mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).

Jadi dengan kemauan yang keras, maka anda mampu menggerakkan kekuatan pikiran yang mampu mempengaruhi jwa anda dalam mematuhi „Larangan mentaati orang yang mendustakan kebenaran „ seperti yang termuat dalam surat dan ayat dibawah ini:

Q.S. 68 : 8“ Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah).

Q.S. 68 : 16“ Kelak akan kami beri tanda dia di belalai-(nya).

Dengan memperhatikan hal-hal yang telah kita ungkapkan diatas, maka menjadi kekuatan dalam mengamalkan kebenaran dengan berpegang teguh atas apa yang dianjarkan oleh „Nabi Muhamad pembawa kebenaran“ seperti yang terungkap dalam surat dan ayat dibawah ini :

Q.S. 35 : 24“ Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.

Q.S. 35 : 25“ Dan jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasulnya); kepada mereka telah datang rasul-rasulnya dengan membawa mu`jizat yang nyata, zubur, dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna.

Q.S. 35 : 26“ Kemudian Aku azab orang-orang yang kafir; maka (lihatlah) bagaimana (hebatnya) akibat kemurkaan-Ku.

Mengetuk dinding jiwa, maka ingatlah selalu, apa yang diungkapkan dalam surat dan ayat yang menunjukkan dua hal dihadapan kita yaitu disatu sisi mengingat kita bahwa „Kebenaran selalu mengalahkan kebathilan „ dan disisi lain menunjukkan pula „Setiap kebenaran pada permulaannya ditolak“ seperti yang disebutkan dibawah ini :

Q.S. 34 : 49” Katakanlah: “Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi”.

Q.S. 14 : 8” Dan Musa berkata: “Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (ni`mat Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

Q.S. 14 : 9” Belumkah sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum Nuh, `Ad, Tsamud dan orang-orang sesudah mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah. Telah datang rasul-rasul kepada mereka (membawa) bukti-bukti yang nyata lalu mereka menutupkan tangannya ke mulutnya (karena kebencian) dan berkata: “Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu disuruh menyampaikannya (kepada kami), dan sesungguhnya kami benar-benar dalam keragu-raguan yang menggelisahkan terhadap apa yang kamu ajak kami kepadanya”.

Q.S. 14 : 10” Berkata rasul-rasul mereka: “Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi? Dia menyeru kamu untuk memberi ampunan kepadamu dari dosa-dosamu dan menangguhkan (siksaan) mu sampai masa yang ditentukan?” Mereka berkata: “Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami juga. Kamu menghendaki untuk menghalang-halangi (membelokkan) kami dari apa yang selalu disembah nenek moyang kami, karena itu datangkanlah kepada kami bukti yang nyata.

Q.S. 14 : 11” Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka: “Kami tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan tidak patut bagi kami mendatangkan suatu bukti kepada kamu melainkan dengan izin Allah. Dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal.

Q.S. 14 : 12” Mengapa Kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu berserah diri”.

Jadi mengubah anda menjadi orang kaya, seperti yang kita rumuskan dalam difinisi yang kita ungkapkan di bagian terdahulu, itu berarti untuk mengetuk dinding jiwa dalam menuju apa yang disebut dengan kebersihan ruhani, elurusan aqidah, kelembutan rasa, kekuatan kata, gejolak jiwa, ketegasan jiwa, ketegasan sikap dan perilaku, ketajaman hati,untuk memberikan daya dorong dalam menemukan jati diri.

Oleh karena itu, renungkan nasehat orang yang bijak „Di dunia ini lebih mudah membuat kebaikan dai kejahatan. Tetapi manusia lebih condong membuat kejahatan dari kebaikan. Sebabnya nafsu lebih tua umurnya dari akal.Iblis lebih tua umurnya dari manusia. Sedang manusia dikepung oleh empat penjuru musuh, kiri hawa, di kanan nafsu, di muka dunia, di belakang setan yang menunda ke muka. Tubuh dan dunia dalam kekotoran karena itu perlu pengetahuan dan keimanan serta bersihkan jiwa.“

MENGAMALKAN „AGAMA“ DALAM KAYA TANPA BATAS

Hidup penuh dengan perjuangan dan kesulitan hidup yang mungkin tidak henti-hentinya. Semuanya silih berganti, kesulitan yang satu disusul oleh kesulitan yang lain. Oleh karena itu, manfaatkan kekuatan pikiran anda bahwa hidup anda dibentuk oleh pikiran anda sendiri, sehingga ingatlah masa yang anda miliki adalah hari ini sebagai kekuatan untuk menggerakkan agar anda memulai hidup baru.

Sejalan dengan pikiran diatas, dengan mengungkit „fitrah manusia“ berarti anda. tidak dapat melepaskan diri dari adanya fitrah lain yang disebut dengan „fitrah beragama“.

Renungkanlah, dengan apa-apa yang dituangkan dalam Al Qur’an seperti yang termuat dalam surat dan ayat mengenai „agama“ sebagai berikut :

Q.S. 2 : 132 , 135, 140, 193, 217 ; 3: 14,73, 83, 85, 101, 102, 103, 112 ; 4 : 46, 125, 146, 163, 171, 175 ; 5 : 3, 46, 57, 77, 106 ; 6 : 70 , 79, 125, 137, 159, 161 ; 7 : 51, 8, 89 ; 8 : 39, 49, 72 ; 9 : 12, 29, 32, 33, 36, 48, 122 ; 10 : 104, 105 ; 11 : 62 ; 12 : 37, 38, 40, 108 ; 14 : 13 ; 16 : 123 ; 21 : 91, 92, 93 ; 22 : 40, 67, 78 ; 23 : 52, 53 ; 24 : 7 , 55 ; 26 : 137 ; 30 : 30, 32, 43 ; 45 : 17, 18,  ; 47 : 7 ; 48 : 9, 28 ; 49 : 16 ;

Sebagai contoh diungkap bebarapa surat dan ayat dibawah ini :

Q.S. 30 : 30”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus ; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”

Q.S. 2 : 132” Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”.

Q.S. 3 : 14” Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).

Q.S. 4 : 46” Yaitu orang-orang Yahudi, mereka merubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata: “Kami mendengar”, tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula): “Dengarlah” sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan): “Raa`ina”, dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: “Kami mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami”, tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis.”

Q.S. 5 : 3” Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Dengan merenungkan kembali apa-apa yang diungkapkan dalam surat dan ayat tersebut diatas, dalam memulai mengamalkan agama dalam kaya tanpa batas, maka diperlukan suatu kekuatan pikiran untuk menggugah dalam ketetapan hati untuk mengubah tingkat kesadaran dalam usaha memetik makna surat dan ayat yang menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan :

  • Manusia menurut fitrah beragama tauhid.
  • Agama Nabi Ibrahim a.s.
  • Ancaman Allah kepada orang-orang kafir dan pengaruh harta benda duniawi
  • Orang-orang yang tidak suci batinnya dan ancaman Allah terhadap mereka.
  • Janji prasetia kepada Allah dan penyempurnaan agama islam.

Jadi untuk lebih mendalami mengenai “Agama Allah “,maka renungkan lebih lanjut apa-apa yang tertuang dalam surat dan ayat dibawah ini :

Q.S. 57 : 25 “Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.

Q.S. 61 : 7”, Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada agama Islam? Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

Q.S. 61 : 8” Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.

Q.S. 61 : 9” Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci.

Q.S. 61 : 14” Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir; maka kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.

Q.S. 98 : 1” Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata,

Q.S. 98 : 5” Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.

Q.S. 110 : 2” Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,

Bertolak dari pemahaman “Agama Allah yang diungkap  melalui surat dan ayat diatas, maka ia menjadikan pegangan hidup sebagai “Islam agama yang diridhai Allah” seperti yang tertuang dalam surat dan ayat dibawah ini :

Q.S. 3 : 19” Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.

Q.S. 3 : 85” Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.

Sejalan dengan pemahaman yang diungkapkan diatas, maka dalam mengamalkannya bergantung „Hanya orang yang berilmu dapat memikirkan agama” sesuai dengan apa yang tertuang dalam surat dan ayat dibawah ini

:Q.S. 39 : 9” (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.

Salah satu kekuatan yang dapat mengetuk dinding jiwa, maka bangkitkan keinginan dengan niat “Jadilah penolong agama  Allah“ seperti yang terungkap dalam surat dan ayat dibawah ini :

Q.S. 61 : 14” Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir; maka kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.

Keputusan anda untuk memilih kepercayaan merupakan „Kebebasan dalam beragama merupakan keinginan dengan niat anda sendiri seperti yang terungkap dalam surat dan ayat dibawah ini  :

Q.S. 18 : 29“ Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.

Ingatlah bawa „Keselamatan bagi yang benar-benar beriman kepada Agama Allah“ untuk menjadi penuntun dalam bersikap dan berperilaku seperti yang dimuat dalam surat ayat dibawah ini :

Q.S. 2 : 62“ Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Q.S. 4 : 146“ Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.

Kuatkan kekuatan pikiran anda agar „Kewajiban menjalankan agama menurut kadar kemampuan masing-masing“ seperti yang tertuang dalam surat dan ayat dibawah ini :

Q.S. 23 : 62“ Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya.

Jadikanlah kekuatan-kekuatan dalam ingatan anda atas ungkapan yang disebutkan dalam surat dan ayat yang disebut dibawah, menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan :

“Kewajiban Muhammad saw menyampaikan agama” :

Q.S. 5 : 67” Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

“Orang mendustakan agama” :

Q.S. 107 : 1“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?

Q.S.107 : 2” Itulah orang yang menghardik anak yatim,

Q.S. 107 : 3” dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.

Q.S. 107 : 4” Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,

Q.S. 107 : 5” (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,

Q.S. 107 : 6” orang-orang yang berbuat riya.

Q.S. 107 : 7” dan  enggan (menolong dengan) barang berguna.

“Peringatan terhadap agama kristen” :

Q.S. 18 : 4” Dan untuk memperingatkan kepada orang-orang yang berkata: “Allah mengambil seorang anak”.

Q.S. 19 : 88” Dan mereka berkata: “Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak”.

Q.S. 19 : 89”. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar,

Q.S. 19 : 90” hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh,

Q.S. 19 : 91” karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak.

Q.S. 19 :92” Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.

„Pertahankan agama dalam barisan yang teratur“ :

Q.S. 61 : 4“ Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?

„Agama yang dibawa Ibrahim“ :

Q.S. 2 : 130” Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.

Q.S. 2 : 131“ Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: “Tunduk patuhlah!” Ibrahim menjawab: “Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam”.

Q.S. 2 :132“ Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”.

Q.S. 2 : 133“ Adakah kamu hadir ketika Ya`qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.”

„Agama yang dibawa nabi-nabi adalah sama“ :

Q.S. 23 : 52” Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.

“Agama tradisi” :

Q.S. 43 : 23” Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka.”

Q.S. 43 : 24” (Rasul itu) berkata: “Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?” Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya.”

„Tak ada paksaan dalam agama“ :

Q.S. 109 : 6“Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku”.

Q.S.  2 : 256“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

“Ahli kitab tak di pandang beragama” :

Q.S. 5 : 68“Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan Al Qur’an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu”. Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu.

Q.S. 9 : 29“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.

„Hanya agama Allah yang bersih dari syirik“ :

Q.S. 39 : 3“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.

“Jangan ambil pemimpin yang mengolok-olok agama” :

Q.S. 5 : 57” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.

Q.S. 6 : 70“Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda-gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al Qur’an itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak (pula) pemberi syafa`at selain daripada Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka, disebabkan perbuatan mereka sendiri. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.

Q.S. 7 : 51” (yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka”. Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.

Q.S.  45 : 9” Dan apabila dia mengetahui barang sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok. Merekalah yang memperoleh azab yang menghinakan.

”Yang menerima agama islam tidak sama dengan hatinya yang membatu” :

Q.S.3 : 19” Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.

Q.S.39 : 22” Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.

“Saudara seagama” :

Q.S. 9 : 11” Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.

“Agama Tauhid” :

Q.S. 23 : 32” Lalu Kami utus kepada mereka, seorang rasul dari kalangan mereka sendiri (yang berkata): “Sembahlah Allah oleh kamu sekalian, sekali-kali tidak ada Tuhan selain daripada-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya).

Q.S. 30 : 30” Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,

“Agama Yahudi” :

Q.S. 62 : 6” Katakanlah: “Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu mendakwakan bahwa sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah bukan manusia-manusia yang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang benar”.

MENGAMALKAN “YAKIN” DALAM KAYA TANPA BATAS

Dengan kemauan anda bisa menguasai hasrat dan keinginan anda, kegiatan jiwa dan pikiran anda , memilih cara bertindak anda dan melaksanakannya, oleh karena itu daya kemauan ialah semata-mata kesanggupan untuk mentaati diri sendiri, sehingga berpikirlah selalu dengan pengertian-pengertian dan tanggapan-tanggapan yang jelas dan terang dengan begitu ia akan mendorong untuk mengenal diri dalam meyakini tentang meraih cinta Allah dan Rasul-Nya.

Jadi cinta menghendaki kepecayaan dan kepercayaan meminta ketetapan hati, itulah kekuatan pikiran yang digerakkan oleh adanya suatu keyakinan, maka renungkanlah makna  “Meyakini tentang perjumpaan dengan Allah “ sepert yang tertuang dalam surat dan ayat seperti dibawah ini :

Q.S. 2 : 26“ Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,

Q.S. 2 : 249“ Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: “Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku.” Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: “Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya.” Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Q.S. 18 : 110“ Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.

Apa yang kita utarakan diatas mengenai memperkuat daya kemauan mendorong kekuatan pikiran anda melalui renungan kita atas surat dan ayat diatas bahwa anda telah percaya kepada Allah dimana kenal dan yakin, oleh karena itu mengungkapkan pula hal yang berkaitan dengan “Keyakinan kafir tentang keadaan setelah mati“ seperti yang terungkap dalam surat dan ayat dibawah ini :

Q.S. 3 : 5“ Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satupun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit“.

Dengan „yakin“ pula dengan pengetahuan kita memahami bahwa manusia sepeninggal Rasullulah Saw terbagi dalam tiga golongan yaitu 1) orang berilmu yang berada di atas petunjuk Allah, Allah mencukupinya dengan ilmunya dari membutuhkan ilmu orang lain ; 2) orang bodoh yang mengaku memiliki ilmu dan merasa hebat dengan ilmu yang di miliki, dia telah tertipu oleh dunia dan dia meniu orang lain ; 3) orang yang menuntut ilmu dari orang berilmu yang berada di ata petunjuk Allah dan jalan keselamatan. Maka, celakalah orang yang mengaku-ngaku dan menyesallah orang yang mengada-ada. Bertolak dari pemikiran diatas, maka renungkan makna “Keyakinan yang benar ( haqqul yaqin ) seperti yang terungkap dalam surat dan ayat dibawah ini :

Q.S. 56 : 95“Menyembah Allah dengan keyakinan penuh“

Q.S. 22 : 11“ Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang zalim yang telah Kami binasakan, dan Kami adakan sesudah mereka itu kaum yang lain (sebagai penggantinya)“.

MENGAMALKAN „AMANAH“ DALAM KAYA TANPA BATAS

Dapatkah anda membayangkan bahwa menjadi pribadi yang dicintai oleh Allah, maka adanya usaha-usaha untuk menggerakkan kebiasaan yang produktif untuk mendorong secara teru menerus memanfaatkan kekuatan pikiran seperti hal-hal yang terkait dalam pikiran yaitu timbulnya keinsyafan dari perasaan ; timbulnya kemauan dari keinginan ; timbulnya kepandaian dari kerajinan ; timbulnya kesehatan dari kebersihan ; timbulnya cinta dari mata ; timbulnya dengki dari iri hati ; timbulna kekuatan dari persatuan ; timbulnya kebencanaan dari kebodohan ; timbulnya keruwetan dari kemikinan.

Bertolak dari pemikiran diatas, maka anda harus mampu mengamalkan amalan-amalan yang di cintai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka menjalankan „amanah“ terkait dengan hubungn antara budi dan perangai, oleh karena itu, cobalah anda memahami makna „amanah seperti yang termuat dalam surat dan ayat dibawah ini :

Amanat : Q.S. 2 : 283 ; 4 : 58 ; 5 : 92 ; 7 : 62 , 68 ; 79 ; 8 : 27 ; 11 : 57 ; 16 : 35 , 82 ;

20 : 94 ; 22 : 8 ; 24 : 54 ; 31 : 1,4 ; 33 : 72 ; 70 : 32

Sebagai contoh diungkapkan surat dan ayat  seperti dibawah ini, akan mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan “ Kesaksian dalam mu’amalah, Dasar-dasar pemerintahan Larangan meminum khamar, berjudi, berkorban untuk berhala dan mengundi nasib, kisah-kisah Nabi Nuh a.s.” seperti yang termuat dalam surat dan ayat dibawah ini :

Q.S. 2 : 283” Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu`amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Q.S. 4 : 58” Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Q.S. 5 : 92 “Dan ta`atlah kamu kepada Allah dan ta`atlah kamu kepada Rasul (Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.

Q.S. 7 : 62” “Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasehat kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui”.

Belajar dari kebiasaan yang roduktif akan mengetuk dinding jiwa untuk menuntun dalam memelihara kselamatan keluarga dengan cara mengajak mereka untuk memuliakan hak-hak Allah, menjalankan semua perintah-Nya, menghindari segala larangan-Nya, dan menjaga batasan-batasan-Nya seperti hal melaksanakan “Amanat Tuhan kepada manusia untuk menghormati ibu bapak “ yang terungkap dalam surat dan ayat dibawah ini :

Q.S. 31 : 14” Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

Sejalan dengan hal-hal yang diutarakan diatas, renungkan pula hal-hal yang berkaitan dengan „Segi kezaliman dan kebodohan manusia ialah mau menerima tugas, tetapi idak melaksanakannya” ;” Menghianati amanah” ; “Memelihara amanah” seperti yang tertuang dalam surat dan ayat dibawah ini :

Q.S. 33 : 72 Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,

Q.S. 8 : 27” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.

:Q.S. 23 : 8” Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya,

Q.S. 70 : 32” Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.

PENUTUP

Bertolak dari sudut difinisi yang dirumuskan dari unsur kata menjadi untaian kalimat yang bermakna maka dengan mengungkit kekuatan pikiran, sehingga difinisi KAYA adalah usaha membangun kebiasaan yang produktif dalam mencari (K)ebenaran untuk melaksanakan fitrah manusia dalam (A)gama sebagai bentuk dalam menumbuhkan kepercayaan dan (Y)akin untuk mengamalkan (A)manah tanpa batas, maka manusia memperkuat daya kemauan untuk menjadi pribadi yang dicintai oleh Allah.

Sejalan dengan pemikiran diatas, maka dalam mengungkit kekuatan daya ingat dperlukan alat pertimbangan apa yang disebut 1) akal mengalahkan nafsu ; 2) iman mempertimbangkan perbuatan ; 3) yakin mengurangkan marah ; 4) rasa keadilan mengalahkan hendak memiliki kepunyaan orang lain ; 5) kebenaran menumbangkan kekuasaan, kesemuanya merupakan pemikiran dalam usaha membentuk watak, yang juga berarti membentuk kebiasaan-kebiasaan yang baik.

Dengan pemikiran diatas, maka menjadi pribadi yang dicintai oleh Allah, berarti ada kemauan dan kebiasan yang merupakan tonggak dalam menemukan jati diri sendiri, dengan menghadap dan berdoa kepada Allah, setiap waktu untuk meminta kebaikan anak keturunannya dan dirinya sendiri sehingga memerlukan hidup berdisiplin untuk menunjang bekerja dengan perhatian terpusatkan kepada pekerjaan, maka diperlukan kekuatan berpikir selalu dengan pengertian-pengertian dan tanggapan yang jelas dan terang yang terkait dengan kemampan menguasai diri sendiri.

Jadi pemikiran untuk mengubah anda menjadi entrepreneur “KAYA” tanpa batas adalah suatu pendekatan menjadi pribadi yang dicintai Allah, dimana dengan realitas hidup bahwa anda boleh pilih antara harta dengan ilmu pengetahuan. Harta dapat dimusnahkan tetapi ilmu pengetahuan tidak dapat dicuri.

Orang kaya banyak lawan dan orang yang berilmu pengetahuan banyak kawan. Orang kaya banyak susah dan orang berilmu pengetahuan banyak gembira, oleh karena itu sungguh para malaikat benar-benar merendahkan sayapnya bagi penuntut ilmu karena merasa ridha padanya.

Harta akibatnya menyusahkan sedang ilmu pengetauan menyenangkan. Ilmu pengetahuan menjaga kita sedang harta kita yang harus menjaganya. Harta kekayaan jasmani, ilmu pengetahuan kekayaan rohani. Harta diberikan semakin berkurang, pengetahuan diberikan semakin bertambah. Jasmani sudah makan kenyang, rohani sudah makan lapar. Harta smakin dipakai semakin usang, pengetahuan semakin dipakai semakin bercahaya. Harta tinggal di dunia, pengetahuan dibawa ke akhirat.

Read Full Post »