Feeds:
Posts
Comments

Archive for February, 2016

BAB V – 21

21. PEMBERDAYAAN OTAK DAN KREATIFITAS
Siapakah yang dapat merobah nasib dan menentukan nasib dirimu kalau bukan dirimu sendiri dan siapakah yang bertanggung jawab atas kesengsaraan dan kemuliaan dirimu kalau bukan dari usahamu dan perjuangan jerih payah sendiri? Oleh karena itu sesuai dengan fitrahmu yang sejalan dengan pribahasa yang mengatakan “Tambang emas pada diri anda adalah pikiran anda. Anda dapat menggali sepuas anda inginkan“.
Pada bagian terdahulu telah diungkap secara sepintas tentang otak, memori, emosi, berpikir, sikap, perilaku dan kepribadian, maka bila anda dapat menghayati makna yang tersembunyi itu berarti anda mempunyai kemampuan untuk menggali tambang emas pada diri

anda. Masalahnya bagaimana anda dapat menggunakan kepala anda untuk menuju kepada perspektif dalam hidup, bekerja dan belajar sepanjang hayat.
Untuk itu semuanya diperlukan seperangkat pengetahuan yang kita sebut dengan manajemen pemberdayaan otak.
Manajemen pemberdayaan otak adalah proses merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengawasi pemanfaatan otak dalam mencapai tujuan pemberdayaan otak diri menjadi kreatif.
Kreatifitas adalah sumber dari kemampuan untuk menggerakkan imajinasi sebagai kekuatan murni dari pikiran manusia. Betapa pentingnya imajinasi itu, seperti yang diungkapkan oleh Albert Einstein, “Imajinasi lebih penting daripada ilmu pengetahuan”; Shakespeare “Imajinasi menjadikan manusia sebagai suri tauladan bagi makluk lainnya”.
Mengaktualisasikan alat berpikir berupa kesadaran, kecerdasan dan akal, tidak lain dari kemampuan anda untuk mengimplementasikan manajemen pemberdayaan otak agar tumbuh dan berkembang berpikir kreatif. Satu kenyataan yang kita hadapi dalam kehidupan ini bahwa kita diajarkan tentang apa yang harus dipikirkan dan bagaimana cara berpikir terhadap fungsi (1) mengamati dan memperhatikan; (2) mengingat kembali; (3) menganalisa dan mempertimbangkan, tetapi kita lupa

untuk menggali tambang emas yang ada, apa yang kita sebut pikiran dengan fungsi yang (4) berupa kemampuan untuk menggerakkan ide-ide baru, meramalkan dan memvisualisasikan yang belum ada.
Dengan memahami manajemen pemberdayaan otak sebagai suatu konsepsi bahwa disatu sisi kita dapat menggali tambang emas pada diri kita melalui otak atas dengan menggunakan otak kiri dan otak kanan yang berarti kita berpikir secara metodis berpikir yang disadari dalam fungsi (1), (2), (3) diatas, disisi lain kita juga dapat menggunakan otak dibawah sadar yang berpusat di hati, dimana hasil kerja hati dengan penghayatan yang kita sebut dengan intuisi yang memenuhi fungsi ke (4). Fungsi keempat yang kita sebut diatas, itulah yang membuka jalan pikiran dengan berpikir intuitif untuk mewujudkan kreatifitas.
Banyak yang berpendapat bahwa untuk mengaktualisasikan berpikir intuitif, terdapat kesalahan dalam berpikir tentang wujudnya kepribadian yang kreatif, kesan itu ditimbulkan karena pandangan yang keliru mengenai:

Manusia kreatif adalah manusia yang mendapat fitrah, pikiran ini ditimbulkan salah menafsirkan soal bakat yang ada pada seseorang; Manusia kreatif disebut juga para ahli yang melekat pada dirinya karena hanya ia yang

memiliki kemampuan untuk memecahkan semua kehidupan ini.
Manusia kreatif dibayangkan cenderung menjadi manusia yang memiliki gangguan emosional karena selalu ingin menunjukkan kemampuan yang non-rasional.
Manusia kreatif dibayangkan untuk selalu berpikir kearah hal-hal yang sama sekali baru dalam pengamatannya.

Manusia kreatif disebut juga sebagai orang yang suka berhayal sehingga dipandang tidak praktis dan berdampak beban biaya yang harus ditanggung.
Dengan pandangan yang keliru itu, kiranya perlu diluruskan agar benih kreatifitas yang ada pada pikiran anda perlu digali sepuas hati anda, maka disitu terletak keyakinan pada diri anda bahwa potensi yang ada dalam diri anda, hanya dapat tergerak bila anda menyadari betapa pentingnya untuk memproses pemberdayaan otak dalam mewujudkan kreatifitas untuk tumbuh dan dikembangkan sepanjang masa.

22. BERPIKIR MEMPERKUAT DAYA KEMAUAN
Berpikir berarti ada niat untuk menggali tambang emas yang ada pada dirinya sebagai manusia ciptaan Allah SWT, disatu sisi ia harus merencanakan, menggerakkan, memimpin dan mengawasi terhadap unsur memori, emosi dan naluri yang ada dalam otak dan disisi lain bagaimana ia memberdayakan alat berpikir berupa

kesadaran, kecerdasan dan akal untuk mencari masalah dalam berpikir.
Jadi bila anda berpikir ingin mendapatkan barokah yang bersumber dan merupakan karunia dari sifat Rahman-Rahim (Rahmat)Nya semata berarti anda berpikir memanfaatkan otak mencari jawaban bagaimana syariat lahir adalah untuk diamalkan oleh jasad batin.

Oleh karena itu lahir batin anda yang berpadu erat tanpa terpisah-pisah, maka amalan lahir dan batin wajib dilaksanaksanakan serentak dalam satu masa di semua waktu dan keadaan.

Dengan demikian hikmah berpikir harus dapat diaktualisasikan untuk kebaikan dirinya dan orang lain, maka disitulah anda akan menemukan tentang diri anda dengan mengkoordinasi-kan, mengintegrasikan dan mengsinkronisasikan dari proses pemberdayaan otak untuk melakukan perubahan dalam bersikap dan berperilaku di dunia dan di akhirat

 

Read Full Post »

BAB V – 20

BAB V. OTAK, HATI DAN KEBERANIAN DALAM
MANAJEMEN PENGETAHUAN
Dalam bab ini, akan menguraikan peranan Otak, Hati dan Keberanian dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk mengaktualisasikan kebutuhan Manajemen Pengetahuan sebagai suatu sarana yang secara berencana untuk mengungkapkan betapa pentingnya untuk mendalami dari kekuatan berpikir dimaksudkan untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui.
20. PEMANFATAN OTAK DALAM BERPIKIR
Otak adalah benda putih yang lunak, terdapat di dalam rongga tengkorak yang menjadi pusat saraf, yang memiliki 10 sampai 15 triliun sel saraf dan masing-masing sel saraf itu mempunyai ribuan sambungan. Oleh karena itu otak anda berfungsi seperti super komputer.
Berdasarkan penelitian ahli otak bahwa rata-rata orang menggunakan otaknya kurang dari satu persen, sehingga otak merupakan perangkat keras yang memiliki potensi yang sangat besar yang belum dimanfaatkan oleh manusia. Jadi otak merupakan organ satu-satunya di tubuh kita yang terus berkembang asalkan terus dipakai.

Sejalan dengan hal diatas, maka gariskan visi hidup anda untuk memanfaatkan otak untuk berpikir, bekerja dan belajar sampai akhir hayat, disinilah letak arti penting manajemen pemberdayaan otak untuk kita pahami karena ia merupakan fungsi menyerap, menyimpan dan mengeluarkan informasi.
Manajemen pemberdayaan otak mengajarkan kepada kita, bagaimana memanfaatkan sumber daya otak dapat diaktualisasikan secara produktif sesuai dengan visi hidup anda, agar kita percaya diri maka pada usia lanjut tidak mengenal pikun kecuali faktor-faktor yang harus dipertimbangkan seperti kondisi medis. Untuk itulah kita perlu menggariskan visi hidup dengan memperhatikan tahapan usia seperti yang dikemukakan oleh IBNUL JAUZI yang membagi umur ini menjadi lima masa yaitu:
• masa kanak-kanak, sejak dilahirkan hingga mencapai 15 tahun;
• masa muda dari 15 tahun sampai dengan 30 tahun;
• masa dewasa dari 30 tahun sampai dengan 50 tahun;
• masa tua dari 50 tahun sampai dengan 70 tahun;
• masa usia-lanjut dari 70 tahun sampai dengan hingga akhir umur yang dikaruniakan oleh Allah.
• Dengan memahami umur manusia diharapkan dapat memberikan daya dorong dalam menghayati arti hidup ini

dengan memanfaatkan otak yang ada pada setiap manusia untuk mengerjakan berbagai ketaatan, menunjukkan hatinya kepada Allah SWT dan selalu bertobat kepadanya, sejalan dengan itu ingatlah ucapan IMAM SYAFI’I setelah mencapai umur 40 tahun, berjalan dengan bertongkat sebatang kayu. Ketika ditanya sebabnya, beliau berkata ”supaya aku senantiasa ingat bahwa aku adalah seorang musafir yang sedang berjalan menuju akhirat”.
Jadi otak dapat kita ibaratkan sebagai tongkat, makanya bagaimana kita menggali potensi yang begitu besar yang belum tersentuh secara benar. Untuk memproduktifkan otak sebaiknya kita harus dapat memahami struktur otak.
Struktur otak terbagi dalam dua bagian yaitu pertama disebut dengan otak atas dan kedua disebut dengan otak bawah. Otak atas disebut juga sebagai otak “intelektual” yang terbagi kedalam otak kiri dan otak kanan.
Otak atas adalah hal-hal yang terkait dengan kegiatan intelektual, artinya ia memberikan peran secara sadar terhadap fungsi seluruh tubuh, sehingga ia tidak memiliki peran terhadap kegiatan anda yang tidak disadari.
Fungsi otak atas bagian kiri adalah yang berperan untuk mengendalikan tubuh bagian kanan dengan fungsi menangani angka, logika, analisis, sains, matematika dan hal lain yang terkait dengan pemikiran rasional.

Sedangkan otak atas bagian kanan adalah yang berperan mengendalikan tubuh bagian kiri dengan fungsi gambar, ritme, warna, seni, imajinasi, kreativitas, sehingga ia tidak terlalu terikat kepada parameter ilimiah dan matematis.
Yang perlu disadari oleh anda dalam memanfaatkan otak menjadi produktif terhadap otak atas (kiri dan kanan) bahwa masing-masing otak harus dapat memberikan rangsangan satu sama lain, jangan sampai terjadi salah satu tidak berperan sebagaimana layaknya.
Otak bawah adalah otak bawah sadar artinya ia berpusat di hati, oleh karena itu, ia berperan untuk mengendalikan semua fungsi tubuh yang tidak disadari dan otomatis, sehingga otak bawah akan bekerja secara terpisah dengan otak atas. Jadi hati akan berperan untuk menghayati dalam mengendalikan emosi, sikap dan insting seseorang.
Sejalan dengan apa-apa yang telah kita utarakan diatas, maka ada baiknya kita mendalami makna Otak dengan mekanismenya yang menyangkut :

1) MEMORI
Telah kita kemukakan diatas bahwa otak memiliki kemampuan untuk menyerap, menyimpan dan mengeluarkan informasi, oleh karena itu kiranya anda akan menyadari betapa pentingnya untuk mengembangkan memori yang lebih baik.

Jadi pengertian dan pemahaman hal tersebut memberikan daya dorong untuk memperbaiki daya ingatan kita, sebagai proses mental yang berkaitan dengan penerimaan, penyimpanan dan pemunculan kembali informasi yang pernah diterima.
Bertolak dari otak menjadi semakin efisien jika lebih banyak digunakan baik otak atas maupun otak bawah secara bersamaan, maka pengetahuan akan bertambah bila kita belajar merangsang sel-sel otak untuk saling berhubungan sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu kita perlu memantapkan pengalaman belajar dengan metode belajar input/output secara terus menerus untuk menghindari seseorang menjadi pikun.
Jadi disinilah letak arti kita memahami fungsi memori yang terdiri atas kumpulan informasi didalam otak, dengan pemahaman itu kiranya memberikan daya dorong untuk kita mengembangkan memori yang lebih baik, sehingga kemampuan mengingat kembali tentang fakta, nama, tempat dan kejadian berarti mengaktifkan daya ingat yang tajam.
Sejalan dengan hal-hal diatas maka Memori terdiri atas kumpulan informasi didalam otak serta memiliki kemampuan untuk menyaring semua fakta yang tersimpan dalam otak dan dapat muncul dengan fakta tertentu pada saat diperlukan.
Jadi bila anda tidak dapat mengingat sesuatu, itu tidak berarti fakta atau informasi belum tersimpan di dalam otak, melainkan bermakna bahwa hubungan sel otak yang mengatur sepotong informasi tidak disimpan dengan cara yang mudah untuk memenuhi proses mengingat dengan cepat. Oleh karena itu kunci untuk meningkatkan memori erat hubungannya dengan kemampuan mengaktifkan daya ingat dengan memanfatkan peran panca indera. Jadi memori dapat diperbaiki bila anda dapat menyadari untuk menerapkan situasi yang berdaya ingat tinggi dalam strategi belajar terus menerus sampai akhir anda dipanggil oleh Sang Pencipta.

2). NALURI
Setiap manusia pasti memiliki naluri. Naluri artinya fitrah dan oleh karena itu naluri adalah sesuatu yang tidak dipelajari dan sifatnya wajar yang dibawa manusia sejak lahir yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu tindakan tertentu.

Sifat dorongan itu, manusia bertindak dengan nalurinya pada dasarnya untuk kebaikan dan ada pula dasar untuk kejahatan, sehingga manusia diberi ikhtiar untuk berusaha dalam pelbagai bentuk pendekatan untuk memberikan bimbingan
terhadap potensi kebaikan dan memberikan arah pada potensi kejahatan ke jalan yang baik.

Seperti kita maklumi bahwa dalam Islam faktor baik dan buruk merupakan sunnatullah keberadaannya, sebab tidak sempurnalah Kekuasaan Allah itu jika hanya mampu mengadakan yang baik-baik saja, sedangkan yang buruk tidak. Sejalan dengan itu maka naluri yang ada pada manusia merupakan anugerah tuhan untuk dipakai secara bijaksana, karena dalam kehidupan manusia akan dihadapkan pada pelbagai kebutuhan baik sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat.

Dengan demikian sebagai individu, maka berkat dorongan naluri berupa hawa nafsu, kebutuhannya akan dapat terjaga dan terpelihara. Sebaliknya sebagai anggota masyarakat, ia dapat menyesuaikan diri sebab ada naluri seperti keinginan berkumpul, menyelamatkan diri, minta tolong dan sebagainya.

Dengan mengutarakan hal diatas bahwa pada setiap manusia terdapat naluri dari pembawaan lahirnya, maka seberapa jauh seseorang dapat mengendalikan naluri yang ada dalam jiwanya akan sangat ditentukan oleh tingkat kedewasaan seseorang dalam berpikir.

3). EMOSI
Secara “fisiologis” emosi merupakan suatu proses jasmani yang berkaitan dengan perubahan yang tajam dalam meluapnya perasaan seseorang.

Perubahan-perubahan ini terlihat dengan jelas dalam perubahan denyut jantung, ritme pernafasan, banyaknya keringat dsb.
Secara psikologis, emosi dialami sebagai reaksi yang sangat menyenangkan atau reaksi yang paling tidak menyenangkan, yang kita gambarkan dengan kata-kata seperti gembira atau marah.
Atau dengan kata lain secara singkat bahwa EMOSI didefinisikan sebagai menerapkan “gerakan” baik secara metafora maupun harfiah untuk mengeluarkan perasaan. Jadi emosi merupakan daya dorong pikiran orang berpikir untuk mengetahui masa lalu, masa kini dan masa depan, oleh karena itu lahirlah penelitian-penelitian seperti:
EQ MAP, yang oleh penulisnya Robert K.Cooper dan Ayman Sawaf telah merumuskan Kecerdasan Emosional Dalam Kepemimpinan dan Organisasi mengemukakan bahwa Kecerdasan Emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi.
Selanjutnya mereka merumuskan sebuah Model Empat Baru Penjuru yang akan memindahkan kecerdasan emosional dari dunia analisis psikologis dan teori-teori filosofis ke dalam dunia yang nyata dan praktis.
Batu penjuru pertama disebut dengan KESADARAN EMOSI yang bertujuan membangun tempat kedudukan bagi kepiawaian dan rasa percaya diri pribadi melalui kejujuran, emosi, energi emosi, umpan balik emosi, intuisi, rasa tanggung jawab dan koneksi. Batu penjuru kedua disebut KEBUGARAN EMOSI bertujuan mempertegas kesejatian sifat dapat dipercaya, dan keuletan anda, memperluas lingkaran kepercayaan anda dan kemampuan anda untuk mendengarkan, mengelola konflik, dan mengatasi kekecewaan dengan cara paling konstruktif. Batu penjuru ketiga disebut KEDALAM EMOSI, anda akan mengeksplorasi cara-cara menyelaraskan hidup dan kerja anda dengan potensi serta bakat unik anda dan mendukungnya dengan ketulusan, kesetiaan pada janji dan rasa tanggung jawab, yang pada gilirannya memperbesar pengaruh anda tanpa mengobral kewenangan. Batu penjuru keempat disebut ALKIMIA EMOSI, tempat anda memperdalam naluri dan kemampuan kreatif untuk mengalir bersama masalah-masalah dan tekanan-tekanan dan bersaing demi masa depan dengan membangun keterampilan untuk lebih peka akan adanya kemungkinan-kemungkinan solusi yang masih tersembunyi dan peluang yang masih terbuka. Dengan memahami seperangkat pengetahuan yang diperoleh dari pengamatan pengalaman tentang emosi yang diperoleh dari hasil penelitian yang pada saat ini
terus dikembangkan oleh para peneliti dan kita dapat memanfaatkannya.

Jadi memberikan ruang gerak untuk belajar dalam usaha untuk meningkatkan kapasitas penalaran kita dan sekaligus memanfaatkan dengan lebih baik emosi kita, kebijakan intuisi kita dan kekuatan yang ada dalam menggali potensi otak yang ada diri kita dalam komunikasi.

4). BERPIKIR
Berpikir adalah aktualisasi otak sebagai sumber penggerak yang tidak terbatas dengan menggambarkan dan membayangkan sesuatu dalam pikiran. Setiap hari dalam kehidupan anda akan berpikir, sudah tentu bila anda menghadapi suatu masalah, maka anda akan berpikir dalam kategori yang bersungguh-sungguh berarti menjalankan pikiran, memperkembangkan alat berpikir agar mampu menghadapi persolan dan memecahkannya.
Manusia dalam kehidupan kesehariannya tidak pernah melepaskan diri dari berpikir dan karenanya, kita harus memahami alat berpikir yang kita sebut dengan KESADARAN, KECERDASAN DAN AKAL. Ketiga alat berpikir itu bergerak sesuai dengan dorongan dari berpikir untuk mengetahui dari sesuatu yang tidak ketahui menjadi suatu kebenaran.

Untuk dapat menggerakkan kemampuan berpikir dengan memanfaatkan otak atas sebagai alat pikir dan otak bawah sebagai alat menghayati, maka berpikir disini terwujud dari proses mental yang sadar.
Oleh karena itu diperlukan pula pemahamam tahapan berpikir, yang menurut J.Kafie mengungkapkan lima tahapan, yaitu:
BERPIKIR BIASA yaitu bergaul dengan pengalaman-pengalaman inderawiah untuk membentuk ketahuan-ketahuan kita.
BERPIKIR LOGIS yaitu suatu teknik penalaran untuk dapat menarik kesimpulan yang korek (sah).
BERPIKIR ILMIAH yaitu berpikir secara sistematis, metodis, dan objektif, dalam rangka mencapai kebenaran dalam ilmu pengetahuan.
BERPIKIR FILSAFAT yaitu berpikir dialektis yang terarah untuk mendapatkan kebenaran yang hakiki, integral dan universal.
BERPIKIR THEOLOGIS yaitu corak berpikir Qur’ani yang bertujuan untuk mencapai suatu keyakinan bahwa Allah SWT adalah wujud Al Haq.
Tahapan berpikir tersebut memberikan arti kita dalam bersikap dan berperilaku untuk mengaktualisasikan berpikir dengan ketiga unsur jiwa itu (KESADARAN,
KECERSAN, DAN AKAL) bertindak dengan serentak saling mengisi dan saling membantu.
Dengan ketiga jiwa tersebut kita mampu menempatkan berpikir untuk apa kita hidup, maka dalam kita berpikir kita patuh kepada pesan-pesan Rasullullah SAW seperti”:
“Rebutlah lima peluang sebelum terjadi lima perkara: masa mudamu sebelum tiba masa tua, masa sehatmu sebelum tiba masa sakit, masa lapangmu sebelum tiba sebelum tiba masa sibuk, masa kayamu sebelum tiba masa papa dan masa hidupmu sebelum tiba ajalmu.”
“Takkan bergeser kedua kaki manusia pada hari kiamat sampai selesai ditanyai tentang empat perkara: (1) Tentang umurnya, untuk apa dihabiskan, (2) Tentang masa mudanya, untuk apa dipergunakan, (3) Tentang hartanya, dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan, (4) Tentang ilmunya, apa yang sudah diperbuat dengannya. “
Jadi dengan memahami tahapan berpikir tersebut serta dapat menangkap makna dibalik ungkapan pesan-pesan diatas, maka kita dapat memahami untuk mengaktualisasikan sebagai awal kita berpikir dengan menggerakkan :
KESADARAN artinya dengan kesadaran kita dapat berorientasi meninjau serta merasakan diri sendiri serta menangkap situasi diluar diri kita. Dengan kesadaran itu kita dapat meletakkan perhatian pada barang sesuatu sehingga dapat memusatkan kesadaran pada apa-apa itu dan menyadarkannya. Jadi kesadaran yang dipusatkan dapat mempertajam panca indera kita ke satu arah pusat perhatian, yang kita sebut dengan fokus. Kesadaran akan berpusat di otak atas sebelah kanan. Kesadaran tidak berarti apa-apa dalam berpikir, bila tidak dibantu oleh KECERDASAN karena kesadaran menyadarkan tentang apa-apa, namun kecerdasan melaporkan kepada kita keadaan perkara dan hubungan-hubungannya. Jadi melalui kecerdasan kita dapat menangkap fakta dan informasi untuk mengingatkan masalah kita hadapi atau dengan kata lain seberapa besar resiko yang dihadapinya, tapi laporan itu akan menjadi penting bila kita dapat mencari jawaban untuk menghindarkan atau menumpasnya. Kecerdasan akan berpusat di otak atas sebelah kiri.
Kecerdasan menjadi bermakna, bila AKAL menunjukkan untuk mencari jalan untuk memenuhi maksud dan tujuan kita. Dengan akal, akan mempersoalkan dimana letaknya bahaya, apakah macam bahaya yang akan dihadapi, apakah akan segera datang atau berlangsungnya tetap sebagai bahaya, bagaimana ia dapat dihindarinya.

Kemudian menunjukkan cara-cara penyelesaiannya, disitulah letak pekerjaan akal.
Tidak heran pula muncul dalam kita berpikir untuk memberikan pertimbangan-pertimbangan tertentu, sehingga lahir ungkapan seperti apakah barang sesuatu masuk diakal atau tidak.
Dengan demikian akal adalah potensi rohaniah yang memiliki pelbagai kesanggupan seperti kemampuan berpikir, menyadari, menghayati, mengerti dan memahami, sehingga kegiatan akal itu berpusat atau bersumber dari kesanggupan jiwa yang disebut dengan intelengensi. Akal berpusat di otak bawah sadar yang disebut hati.
Walaupun kita menyadari bahwa akal, kadang kala diartikan hati jasmani, roh penggerak badan jasmani, nafsu syahwat dan ilmu dan arti mengenal segala sesuatu. Jadi apabila Al-qur’an dan hadits menyebutkan “hati” maka yang dimaksud ialah benda halus lagi indah yang terdapat dalam diri manusia yang mengenal hakikat segala sesuatu.
Jadi dengan ketiga jiwa tersebut kita tidak dapat menyebutkan yang satu dengan meninggalkan dua yang lainnya, sehingga setiap kita mengaktualisasikan jiwa tersebut dalam berpikir, ia akan bertindak dengan serentak, saling mengisi dan membantu.

Agar anda menggunakan otak anda dan daya kekuatan yang tersembunyi di dalamnya, berusaha untuk mengembangkan dan meluaskan pikiran anda. Gunakanlah kesemua itu untuk berpikir secara dinamis dan maju.

Untuk berpikir secara luas, maka kita menyadari betapa pentingnya kita mengembangkan daya ingatan dalam kerangka kita berpikir dengan menghayati situasi dibawah ini:
• Senantiasa menyadari bahwa otak tidak mengenal pembatasan dalam penggunaannya;
• Rentangkanlah pemikiran anda dengan mencakup pemikiran orang lain;
• Kembangkanlah kecakapan anda bagi suatu pengawasan mental;
• Berikanlah tugas yang terus-menerus kepada komputer pikiran bawah sadar anda dan mempercayai jawaban yang diberikannya;
• Kembangkanlah kemampuan anda untuk mengingat dan mengembalikan
ingatan akan hal-hal yang sudah terjadi.

5). SIKAP
Sikap dapat dikatakan merupakan prediposisi stabil untuk bertindak secara positif atau negatif terhadap kategori
atau objek tertentu. Misalkan Abdul mempunyai sikap yang negatif terhadap tokoh penguasa.
Sebagai karyawan, ia mengatakan kepada rekan-rekannya bahwa para atasannya bersifat diktator. Jadi kita dapat mengatakan bahwa sikap sebagai fokus mental anda dalam memandang dunia luar dimana anda dapat merasa optimistik dan atau merasa pesimistik.
Dalam bahasa sederhana sikap adalah cara anda melihat sesuatu secara mental (kesiapan berpikir dan memahmi menurut pola berpikir tertentu) atau dengan kata lain sikap adalah cara anda mengkomunikasikan suasana hati anda kepada orang lain.
Dengan demikian anda dapat memfokuskan atau mengarahkan pikiran anda dalam suatu situasi sebagai peluang ataupun sebagai hambatan seperti halnya hari yang mendung dapat terasa indah, dapat pula terasa buruk, oleh karena itu andalah yang dapat menentukan suatu persepsi sebagai suatu proses memandang atau menafsirkan lingkungan anda.
Singkatnya sederhana sekali bahwa anda akan memotret kehidupan yang ingin anda potret, sehingga bila anda menekankan hal yang positif dan mengabaikan yang negatif adalah seperti menggunakan kaca pembesar artinya disatu sisi bila anda membayangkan anda menggunakan lensa binokuler, maka akan bermakna sisi pembesarnya untuk memandang hal-hal yang postif dan

baliklah bilamana anda menjumpai unsur-unsur negatif untuk membuatnya kelihatan lebih kecil.
Sejalan dengan uraian diatas, kita tidak dapat melepaskan pemahaman tentang terbentuknya sikap itu sendiri karena dari situlah kita dapat memahami struktur sikap beserta komponen-komponennya yaitu komponen kognitif berupa apa yang dipercayai oleh subjek pemilik sikap, komponen afektif merupakan komponen perasaan yang menyangkut aspek emosional dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh subjek.
Kesimpulan kita bahwa SIKAP anda adalah suatu isyarat yang anda pancarkan kepada orang lain, yang berarti juga cara anda melihat sesuatu secara mental dari dalam, dengan demikian memusatkan perhatian pada faktor-faktor positif dari lingkungan, maka akan mudah untuk tetap bersikap positif. Sebaliknya bilamana ada goncangan pada diri anda akan berdampak sikap anda menjadi negatif, dalam situasi demikian tantangannya adalah penyesuaian sikap untuk mengembalikan kepada yang positif.

6.) PERILAKU
Perilaku adalah segala tindakan yang dilakukan oleh suatu organisme, baik yang dapat diamati maupun yang tidak

dapat diamati (seperti pikiran dan perasaan), dengan kata lain perilaku adalag “gaya”. Jadi setiap manusia akan mengaktualisasikan diri kedalam tiga gaya perilaku yang disebut dengan asertif, nonasertif dan agresif.

Perilaku ASERTIF bersifat aktif, langsung dan jujur berarti perilaku ini mengkomunikasikan kesan respek kepada diri sendiri dan kepada orang lain, sehingga memandang keinginan, kebutuhan dan hak satu sama lain adalah sama. Jadi ada kemampuan untuk mempengaruhi, mendengarkan dan bernegosiasi sehingga orang lain bersedia untuk bekerjasama dengan secara suka rela.

Perilaku NONASERTIF bersifat pasif dan tidak langsung. Merupakan kebalikan dari asertif karena ia membiarkan keinginan, kebutuhan dan hak orang lain menjadi lebih penting dari milik kita, ini berarti menciptakan situasi ”menang-kalah”.
Perilaku AGRESIF bersifat lebih komplek karena dapat aktif atau pasif, jujur atau tidak jujur, langsung atau tidak langsung, tetapi pada dasarnya mengkomunikasikan suatu kesan superioritas dan tidak adanya respek, jadi kita menempatkan keinginan, kebutuhan dan hak kita diatas orang lain.
Dengan memahami ketiga gaya tersebut, kita dapat secara bertahap melakukan perubahan gaya, walaupun kita semua menggunakan tiga gaya perilaku tersebut,

yang menjadi masalah bagaimana kita dapat menuju yang asertif secara konsisten dengan melepaskan diri dari situasi dan faktor pribadi, dengan cara memahami filosofi asertif itu sendiri seperti dibawah ini :

Saya memahami bahwa orang akan berubah hanya bila mereka memilih untuk berubah;
Saya menyadari bahwa setiap pilihan asertif menghalangi gaya yang lain dan meyakini keberhasilan itu ada;
Saya meyakini aktualisasi sikap saya dari bereaksi atas sikap orang lain;
Saya menyadari bahwa sikap orang lain berbeda dengan sikap saya, tetapi orang lain tetap baik adanya;
Saya menerima tanggung jawab karena kesadaran, kecerdasan dan akal sendiri bukan dari orang lain.

7). KEPRIBADIAN
Kepribadian adalah suatu pengertian yang dimaksudkan disini yang menyangkut suatu kesan menyeluruh tentang diri seseorang, yang dilihat orang lain. Kesan itu merupakan bauran yang unik dari ciri-ciri fisik dan mental yang ada dalam diri seseorang.

Kesan yang ditarik oleh orang lain menjadi positif tentang kepribadian orang, bila yang bersangkutan menunjukkan semua kemampuan, perbuatan, dan kebiasaan seseorang baik jasmani, mental, rohani, emosional maupun sosial

dapat dijadikan panutan bagi orang lain, kecuali keadaan penampilan yang sebaliknya.

Kepribadian yang sehat akan sangat ditentukan oleh
kemampuan seseorang untuk terus meningkatkan kedewasaannya dalam mengaktualisasikan sikap dan perilaku yang dapat diterima oleh orang lain dilihat dari sisi rohaniah, sosial, emosional dan intelektual yang bersumber dari kepercayaan diri karena kemampuan untuk menyalurkan segala yang kita ketahui dan segala yang kita kerjakan.

Read Full Post »

BAB IV

BAB IV. MEMBANGUN STRATEGI KEDALAM
KEBIASAAN YANG PRODUKTIF
Dalam bab ini akan menjelaskan betapa pentingnya untuk dapat melangkah dari setiap kegiatan diperlukan kejelasan dalam strategi agar setiap apa yang hendak dikerjakan agar sikap dan perilaku menjadi terpola dengan merumuskan seperangkat kebijakan berdasarkan adanya satu kekuatan strategi.
Oleh karena itu, dibawah ini diuraikan seperangkat strategi dalam kerangka rencana membangun kebiasaan yang produktif dalam usaha agar apa yang yang dipikirkan dalam menerapkan Manajemen Pengetahuan menjadi terarah.
17. PENGHAYATAN STRATEGI SEBAGAI KONSEP
Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah diputuskan diperlukan suatu strategi sebagai alat untuk mencapainya. Dengan demikian strategi juga merupakan suatu konsep, sehingga setiap kali kita hayati akan menjadi petunjuk atau penuntun dalam bertindak.

Strategi sebagai konsep juga menunjukkan kepada kita arah kemana hendak kita tuju, sejalan dengan itu ia merupakan peta perjalanan sebagai pedoman agar kita memiliki suatu

kekuatan yang dapat me-nuntun bagi setiap orang yang memiliki suatu peran dalam organisasi.
Strategi sebagai konsep juga menunjukkan kepada kita sebagai langkah untuk memberikan suatu respon terhadap situasi yang sudah menjadi masalah yang harus dihadapi disatu sisi dan disisi lain dapat pula menyiapkan diri dalam kerangka menghindari masalah.
Strategi sebagai konsep juga menunjukkan kepada kita sebagai suatu kekuatan untuk memberi daya dorong dalam bersikap dan berperilaku agar kita mampu dalam batas-batas yang telah ditentukan.
Strategi sebagai konsep juga menunjukkan kepada kita sebagai kerangka berpikir secara intuitif menjadi gambaran kedalam pemikiran jangka panjang, menengah dan pendek.
Strategi sebagai konsep juga menunjukkan kepada kita adanya keinginan disatu sisi organisasi memiliki keunggulan-keunggulan tertentu dan disisi lain sebagai kebutuhan akan penguasaan atas kompetensi yang diperlukan.
Strategi sebagai konsep juga menunjukkan kepada kita sebagai suatu gambaran pendekatan untuk merumuskannya dari satu aneka ragam persfektif kedalam bentuk / tipe stretgi yang hendak dilaksanakan

agar dapat menghindarkan diri kita dari usaha untuk memecahkan seluruh masalah dengan suatu pendekatan yang sama.

Dengan demikian, apa yang telah kita utarakan diatas bahwa strategi sebagai konsep hanya menjadi bermakna untuk dapat dilaksanakan tergantung seberapa jauh kita dapat menjadikannya bermakna, bila kita mampu merumuskan agar menjadi landasan dalam merumuskan seperangkat kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk melaksanakan strategi tersebut.

18. KEPUTUSAN STRATEGIK DALAM MEMBANGUN
KEBIASAAN YANG PRODUKTIF
Untuk melaksanakan pemahaman strategi dalam kosep, maka dibawah ini apa rumusan keputusan strategik dalam membangun kebiasaan yang produktif. Keputusan tersebut dinyatakan dalam bentuk pernyataan-pernyataan singkat sebagai berikut :
Pertama-tama ada baiknya dibawah ini digambarkan pemakaian istilah-istilah sebagai pemahaman konsep seperti dibawah ini :
VISI adalah suatu perjalanan yang ingin dilakukan atau kita bercita-cita jadi apa Pernyataan tersebut merupakan artikulasi terhadap citra, budaya, arah dan tujuan.
MISI adalah sarana untuk mengadakan perjalanan atau bagaimana kita seharusnya melakukannya, merupakanartikulasi terhadap pelanggan dan asumsi kebutuhan, asumsi nilai penyerahan dan sarana untuk melakukan.
TUJUAN adalah penjabaran visi dan misi secara kualitatip yang hendak dicapai dalam kurun waktu tertentu.
SASARAN adalah penjabaran tujuan yang difokuskan dan biasanya dinyatakan secara kuantitatip.
SIKAP adalah cara anda mengkomunikasi suasana hati anda kepada orang lain.
PERILAKU adalah segala tindakan yang dilakukan oleh organisme.
BUDAYA adalah artikulasi dari nilai, norma, wewenang dan ganjar.
Berdasarkan pemahaman konsep diatas, maka dirumuskan keputusan strategik dalam membangun kebiasaan yang produktif sebagai berikut :
VISI DINYATAKAN SEBAGAI BERIKUT :
“membangun citra kredibilitas berlandaskan budaya kolaborasi kedalam dan keluar dengan arah siap selalu meningkatkan kompetensi yang sejalan dengan pe-ran keorganisasian untuk tujuan berpartisipasi dalam kesiapan memasuki setiap terjadi perubahan yang berencana, sistimatik dan berkesinambungan”.

MISI DINYATAKAN SEBAGAI BERIKUT :
“ melaksanakan pemberdayaan diri yang berkelanjutan atas perubahan sikap dan perilaku kedalam kesiapan partisipasi dalam memasuki perubahan masa kini dan masa depan terhadap tantangan abad 21”.

TUJUAN DINYATAKAN SEBAGAI BERIKUT :
• Meningkatkan motivasi individu kedalam berpikir, belajar dan bekerja.
• Meningkatkan kompetensi individu dalam menujang karir mereka.
• Membangun fasilitas dalam melaksanakan pemberdayaan diri.
• Menyediakan informasi secara terbuka yang dapat di akses selalu.
• Membangun struktur formal yang bertanggung jawab dalam pelaksanaannya dan menunjuk tim ahli dari dalam dan atau luar organisasi.
• Merumuskan kreteria dalam menilai keberhasilan atas pelaksa-naannya.
• Mermuskan hal-hal yang terkait dengan iklim organisasi yang sehat.
• Merumuskan hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan
budaya.
• Merumuskan hal-hal yang terkait dengan komitmen pimpinan puncak.
• Merumuskan hal-hal yang terkait dengan keseimbangan kepentingan.

SASARAN DINYTAKAN SEBAGAI BERIKUT :
Menjabarkan untuk tiap tujuan yang dikaitkan dengan waktu dan target-target yang hendak dicapai tidak saja secara kualitatip melainkan juga menggambarkan secara kuantitatip.
VISI DALAM SIKAP DINYATAKAN SEBAGAI BERIKUT :
“menyatukan kesamaan berpikir untuk mengaktualisasikan sikap positip dalam bentuk kepemimpinan kolaborasi menjadi kekuatan komitmen membangun kebiasaan yang produktif”

MISI DALAM PERILAKU DINYATAKAN SBB.
“ memperhatikan dalam kehangatan, membimbing dalam kejujuran, analitis dalam fakta dan gagasan, ekspresif dalam intuitif, kreatif, spontan dan bersemangat untuk mengaktualisasikan gaya yang asertif dan menolak yang bersifat agresif dan non-asertif”.
Untuk melaksanakan keseluruhan keputusan strategik tersebut dari suatu gambaran perencanaan menjadi kenyataan diperlukan suatu strategi untuk melaksanakannya.

19. MEMAHAMI STRATEGI DARI HURUF MENJADI
KATA BERMAKNA
Menghayati strategi dari sudut konsep telah kita ungkapkan diatas, marilah kita mencoba dari sudut pandang memahami dari huruf menjadi kata bermakna sebagai suatu usaha untuk merumuskan menjadi aplikatif.

Dari sudut huruf kata strategi dapat kita uraikan menjadi :

S menjadi kata (S) istem
T menjadi kata (T) ransformasi
R menjadi kata (R) asional
A menjadi kata (A) ktivitas
T menjadi kata (T) eknologi
E menjadi kata (E) dukasi
G menjadi kata (G) aya
I menjadi kata ( I) ndividual

Bila huruf itu kita rangkaikan menjadi kata bermakna, maka kita dapat merumuskan STRATEGI disini adalah suatu SISTEM untuk melaksanakan TRANSFORMASI secara RASIONAL (berpikir logis) untuk mengerjakan AKTIVITAS dalam peran-peran keorganisasian dengan memanfaatkan TEKNOLOGI kedalam EDUKASI dalam membangun GAYA INDIVIDUAL menjadi kebiasaan yang produktif.

Bertitik tolak dari pemahaman strategi diatas, maka kita dapat merumuskan suatu strategi sebagai pendekatan dalam sistem menghadapi tantangan abad 21.
Strategi tersebut akan berfokus kepada PEMBERDAYAAN DIRI, MEMBANGUN KOMITMEN, MEMBANGUN KOLABORASI, MEMBANGUN IKLIM ORGANISASI, sebagai pondasi yang kuat untuk meletakkan pilar-pilar yang mempunyai kekuatan sebagai penyanggak bangunan yang akan selalu ditempati dalam perjalanan menghadapi tantangan abad 21.
Tanpa pilar tersebut sangat sulitlah ia bangkit untuk menyesuaikan diri dalam keyakinan dirinya bila ia
menghadapi terpaan gelombang yang maha dahsyat yang akan menimpa dirinya.
Dengan demikian kita dapat memusatkan pikiran kedalam kekuatan dari fokus sebagai suatu strategi yang kita sebut dengan strategi fokus sebagai sistem yang didalamnya terdapat sub-sistem strategi yang masing-masing memiliki kekuatan yang mengikat dan memiliki sifat sifat ketergantungan satu samalainnya. Keseluruhan sistem tersebut kita tuang kedalam model strategi seperti yang terungkap pada bagian-bagian berikutnya.Jadi yang dipakai sebagai strategi induknya, diungkapkan dalam model seperti gambar dibawah ini

TANTANGAN ABAD 21
Dalam melaksanakan STRATEGI FOKUS INI terdapat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, sehingga didalamnya terdapat sub-sub sistem strategi pemberdayaan diri, komitmen, kolaborasi dan iklim organisasi untuk melaksanakan persfektif manajemen.
Dalam sub-sistem strategi pemberdayaan diri mencari jalan keluar agar setiap individu memerlukan peningkatan kemampuan berpikir metodis dan non metodis untuk mewujudkan kebersamaan dalam bersikap dan berperilaku. Dalam sub-sistem strategi komitmen mencari jalan keluar keluar agar setiap individu mendapatkan daya dorong dlam membangun kepercayaan diri.
Dalam sub-sistem strategi kolaborasi mencari jalan keluar untuk memotivasi menjadi suatu keyakinan diri atas keberadaannya dalam memenuhi kepen-tingan pribadi, organisasi dan masyarakat lingkungannya.
Dalam sub-sistem strategi iklim organisasi mencari jalan keluar untuk meng-impormasikan yang terkait dengan kondisi dan posisi dari permasalahan ling-kungan kerja yang berdampak kepada karyawan itu sendiri.
Wujud fokus sebagai kekuatan merupakan langkah-langkah yang berkaitan untuk membangun kebersamaan dalam menumbuhkan kepercayaan dan keyakinan diri sebagai sikap dan perilaku yang membentuk kepribadian yang beretika dalam membangun kebiasaan yang produktif.
Membangun kebiasaan yang produktif bukanlah suatu impian melainkan suatu kebutuhan yang tidak bisa dihindari, karena saat ini kita hidup dalam dunia baru

abad 21, yangditandai oleh era baru dengan ketidak pastian yangakan berakhir. Ingatlah ungkapan seperti “nothing is permanent except change”, oleh karena itu galilah tambang emas yang ada dalam diri kita yang kita sebut “pikiran” .
Dengan memanfaatkan otak berarti kita sedang berlari mewujudkan impian yang kita sebut “kebiasaan yang efektif”, sehingga di tengah-tengah kebingungan dan kekacauan, timbullah suatu ide menangkap ketidakpastian menjadi bermanfaat.
Jadi untuk mencapai dari yang tidak mungkin menjadi mungkin, maka kita harus memiliki kemampuan untuk mengelola yang tidak mungkin.
Untuk menjadikannya mungkin , maka kita harus mengimpikan lebih untuk mencapai impian kedalam FERSFEKTIF MANAJEMEN dengan mejangkau kepada sesa-ma dalam menjembatani kesenjangan yang timbul dari gaya lama ke gaya baru dalam menhadapi tantangan abad 21

MODEL STRATEGI PEMBERDAYAAN DIRI
TANTANGAN ABAD 21

Strategi PEMBERDAYAAN diri didekati dengan sistem sebagai seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, sehingga didalamnya terdapat sub-sub sistem strategi berpikir, belajar, bekerja dalam mewujudkan keputusan strategik.

Dalam sub-sistem strategi pemberdayaan berpikir mencari jalan keluar agar setiap individu memerlukan peningkatan kemampuan berpikir metodis dan non metodis dengan melibatkan semua pihak agar mereka memiliki keinginan menjangkau dalam berpikir intuitif yang mengarah kepada persfektif, berpikir rencana jangka panjang yang mengarah pemahaman posisi dan berpikir rencana jangka pendek yang mengarah kepada performansi.
Dalam sub-sistem strategi pemberdayaan belajar mencari jalan keluar keluar agar setiap individu mendapatkan daya dorong belajar kemauan sendiri, kemauan organisasi dan masyarakat.
Dalam sub-sistem strategi pemberdayaan bekerja mencari jalan keluar untuk memotivasi keberadaannya dalam memenuhi kepentingan pribadi, organisasi dan masyarakat lingkungannya.
Wujud pemberdayaan diri merupakan langkah-langkah yang berkaitan untuk meningkatkan kedewasaan

rohaniah sebagai tonggak membentuk kepribadian yang memiliki etika .
Dengan etika itu dapat menjadi pendorong ia bersikap dan berperilaku yang diinginkan kedalam kehidupan sosialnya, yang ditopang oleh kematangan emosional dan intelektual yang dimiliki.
Yang perlu diingat bahwa peningkatan kedewasaan tersebut tidak dikaitkan dengan umur seseorang artinya ada saja kemungkinan kedewasaan bisa terjadi pada manusia dewasa, tua dan ketuan. yang mempengaruhi kehidupannya dalam usaha-usaha yang bersangkutan untuk mewujudkan kebiasaan yang produktif.
Jadi, dengan melaksanakan strategi pemberdayaan diri, merupakan langkah awal untuk mengkomunikasikan kekuasan sebagai kemampuan dalam peran, keahlian dan sumber daya agar wewenang sebagai hak dalam kewibawaan sesuai apa yang dinginkan dalam perubahan karena adanya kesenjangan.
Untuk menjembatani adanya kesenjangan.dari pikiran lama ke pikiran baru untuk melaksanakan perubahan kedalam pikiran, belajar dan bekerja melalui berbagi informasi yang tersedia yang dapat diakses tepat waktu, akurat, benar, sehingga dapat mendorong menciptakan otonomi dalam watas wewenang kerja dengan mengganti pemikiran hirarkis lama dengan tim mandiri.

Dengan membangun kebiasaan-kebiasaan yang teratur, sistimatik dan terarah dengan landasan yang kuat dan konsisten akan menjadi kekuatan-kekuatan baru kedalam pemberdayaan diri untuk menghadapi tantangan masa depan.

MODEL STRATEGI MEMBANGUN KOMITMEN
Tantangan abad 21
Strategi membangun KOMITMEN didekati dengan sistem sebagai seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, sehingga didalamnya terdapat sub-sub sistem strategi bawahan, pemimpin dan organisasi dalam mewujudkan keputusan strategiDalam sub-sistem strategi membangun komitmen bawahan mencari jalan keluar bagaimana dapat memberikan motivasi kepada setiap individu dalam mengkomunikasikan apa arti keberadaannya dalam organisasi dan apa yang dapat dibe-rikannya dalam berkarya sehingga timbul komitmen dari lubuk hatinya sendiri, bukan timbul yang dipaksakan.

Dalam sub-sistem strategi membangun komitmen pimpinan mencari jalan keluar dalam bentuk keteladanannya dalam komitmen, sehingga dengan kemampuan ia dapat menunjukkan komitmen dalam mencari kesempatan kedalam tantangan proses, mengerakkan kreativitas individu dan kelompok menjadi inovasi organisasi, mendorong bawahan bertindak, menjadi penunjuk jalan dan memberikan motivasi sebagai daya dorong bagi bawahannya.

Dalam sub-sistem strategi membangun komitmen pimpinan mencari jalan keluar dalam bentuk keteladanannya dalam komitmen, sehingga dengan kemampuan ia dapat menunjukkan komitmen dalam

mencari kesempatan kedalam tantangan proses, mengerakkan kreativitas individu dan kelompok menjadi inovasi organisasi, mendorong bawahan bertindak, menjadi penunjuk jalan dan memberikan motivasi sebagai daya dorong bagi bawahannya.

Dalam sub-sistem strategi membangun komitmen oraginsasi walaupun kedudukan bersifat abstrak, namun organisasi sebagai alat yang digerakkan oleh orang-orang yang berada didalamnya harus mencari jalan keluar agar organisasi yang dibangun memiliki komitmen dalam bentuk yang fleksibel dan mudah dikontrol.

Wujud membangun komitmen mengkomunikasikan langkah-langkah untuk memberikan segala sesuatu yang dapat memahami sebagai daya dorong dalam kejelasan, kompetensi, pengaruh dan apresiasi / penghargaan, dengan penjelasan sebagai berikut :

KEJELASAN, artinya komitmen mampu mengkomunikasikan hal-hal yang terkait dengan keputusan strategik. Yang mengungkapkan organisasi hendak kemana di masa depan dan apa yang sebaiknya dilakukan di masa kini sehingga setiap orang tahu konstribusi yang harus diberikan olehnya melalui kejelasan pendayagunaan peran-peran dalam keorganisasian.

KOMPETENSI, artinya komitmen akan lahir sejalan dengan setiap orang merasa memiliki kompetensi, oleh karena itu disatu sisi mereka yakin atas pengeta-huan, keterampilan dan keinginan dan disisi lain mereka memiliki keyakinan diri untuk melaksanakan tugasnya.
PENGARUH, artinya komitmen dapat memberikan pengaruh kepada mereka dalam berpikir, bekerja dan belajar akan memperoleh hasil-hasil perbuatannya yang dapat bersifat kebosanan, keingkaran yang pasip atau bahkan sabotase, oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan misalkan membuat model kesempatan untuk memperluas pengaruh pegawai :

1. INOVASI 2.PERENCANAAN 3.MELAKSANAKAN
*membuat input *membuat input *membuat input
*membuat-keputusan*membuat-keputusan*membkepust
*penerapan *penerapan *penerapan

APRESIASI / PENGHARGAAN, artinya komitmen dapat ditimbulkan karena tidak selalu formil melainkan informil dilakukannya, membuat ia diketahui orang dengan
prestasinya, dilakukan secara kreatif, jadikan sesuatu bersifat umum.

Jadi dengan melaksanakan strategi membangun komitmen merupakan langkah kedua untuk meletakkan kekuatan kepercayaan agar keputusan strategik dapat dilaksanakan melalui komitmen yang dibangun, sehingga setiap orang tahu apa, mengapa, bagaimana, bilamana, siapa atas keberadaannya, sehingga dengan komitmen itu, ia dapat memberikan konstribusinya.

Dengan menumbuh kembangkan adanya kekuataan kepercayaan, maka setiap orang akan merasa terikat dalam organisasi bukan diikat oleh organisasi dalam arti yang dipaksakan sehingga menutup adanya keinginan orang untuk berbuat sesuatu dalam berkarya.

Membangun komitmen dapat menjembatani kesenjangan yang timbul dari pelaksanaan gaya pikiran lama untuk membangun kepercayaan kedalam pelaksanaan gaya pikiran baru.
Dengan membangun kebiasaan-kebiasaan yang teratur, sistimatik dan terarah dengan landasan yang kuat dan konsisten akan menjadi kekuatan-kekuatan baru kedalam komitmen untuk menghadapi tantangan masa depan.

MODEL STRATEGI MEMBANGUN KOLABORASI

TANTANGAN ABAD 21
Strategi membangun KOLABORASI didekati dengan sistem sebagai seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, sehingga didalamnya terdapat sub-sub sistem strategi budaya, proses dan struktur dalam mewujudkan keputusan strategik

Dalam sub-sistem strategi membangun budaya mencari jalan keluar dalam membentuk kesamaan berpikir kedalam norma, nilai, wewenang dan ganjar yang dijadikan landasan bersikap dan berperilaku sebagai budaya kolaboratif

Dalam sub-sistem strategi membangun proses mencari jalan keluar kedalam proses kerja tim sebagai jenis khas kelompok kerja dimana tim harus diorganisasikan dan dikelola secara berbeda dengan jenis kelompok kerja lainnya oleh tim profesional sebagai tim kerja koloboratif

Dalam sub-sistem strategi membangun struktur mencari jalan keluar kedalam struktur yang fleksibel dan mudah dikontrol dalam mengelola sumberdaya yang tersedia sebagai struktur kolaboratif.

Wujud membangun kolaborasi (kerja-sama) mengkomunikasikan langkah-langkah untuk memberikan
segala sesuatu yang dapat memahami sebagai daya dorong dalam membuka diri.

Jadi dengan melaksanakan strategi membangun kolaborasi merupakan langkah ketiga untuk membuka diri dalam kesejajaran dan ber-tanggung jawab penuh atas keberhasilan dan terbuka kesempatan mempelajari keterampilan baru yang bisa membuatnya berdiri sendiri.

Membangun kolaborasi (kerja-sama) dapat menjembatani kesenjangan yang timbul dari pelaksanaan gaya pikiran lama untuk membangun kesiapan untuk membuka diri kedalam pelaksanaan gaya pikiran baru.

Oleh karena itu, perlu kita sadari pula bahwa dengan membuka diri sebenarnya ia merupakan kunci untuk memulai membangun kebiasaan-kebiasaan yang ditopang atas pemahaman pemberdayaan diri dan komitmen. Memang hal ini mudah diucapkan tetapi sangat sulit untuk dilaksanakan kecuali bagi orang-orang yang memahami arti perubahan.

Dengan membangun kebiasaan-kebiasaan yang teratur, sistimatik dan terarah dengan landasan yang kuat dan
konsisten akan menjadi kekuatan-kekuatan baru kedalam kolaborasi untuk menghadapi tantangan masa depan.

MODEL STRATEGI MEMBANGUN IKLIM ORGANISASI
TANTANGAN ABAD 21

Strategi membangun IKLIM ORGANISASI didekati dengan sistem sebagai seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, sehingga didalamnya terdapat sub-sub sistem strategi mengelola input, mengelola proses dan mengelola output budaya, dalam mewujudkan keputusan strategik.

Dalam sub-sistem strategi membangun dalam mengelola input mencari jalan keluar bagaimana menata faktor-faktor apa saja dapat mempengaruhi di lingkungan tempat kerja baru yang terkait dengan arah, pekerjaan, remunerasi, karir dan kinerja.

Dalam sub-sistem strategi membangun dalam mengelola proses, mencari jalan keluar agar dapat memberikan jawaban bagaimana sebaiknya input itu dilola agar faktor-faktor yang mempengaruhi itu tidak memberi dampak sama sekali atau seminimal mungkin kedalam sistem manajemennya.

Dalam sub-sistem strategi membangun dalam mengelola output, mencari jalan keluar agar diharapkan terciptanya suatu iklim yang memberikan hasil perilaku organisasi yang sangat dirasakan oleh para pegawai utamanya.

Wujud membangun iklim orgnisasi mengkomunikasikan langkah-langkah untuk memberikan segala sesuatu yang
dapat memahami sebagai daya dorong dalam lingkungn yang harmonis, memiliki sifat fleksibilitas dan mudah di kontrol.

Jadi dengan melaksanakan strategi membangun iklim oraganisasi merupakan langkah keempat untuk menentukan posisi melalui keyakinan atas hubungan antara pikiran dan perbuatan atau antara ide dan penyelenggaraannya.

Untuk menentukan posisi tersebut dapat ditempuh melalui apa yang kita sebut dengan : 1) reaktif artinya oranisasi menunggu perubahan baru kemudian bereaksi ;2) mengubah lingkungan intern artinya mengantisipi atas perubahan ;3) mengubah lingkungan luar artinya organisasi yang mengantisipasikan perubahan untuk bertindak atas lingkungan itu sendiri sehingga perubahan cocok dengan kebutuh-annya ; 4) menetapkan hubungan baru antara lingkungan ekstern dan intern.

Oleh karena itu iklim organisasi adalah serangkaian sifat lingkungan kerja yang dapat dipahami secara langsung dan tak langsung pegawai yang bekerja di lingkungan itu.

Dan dianggap sebagai kekuatan yang besar pengaruhnya pada perilaku pegawai terhadap pekerjaannya, sehingga pengaruh yang menentukan reaksi pekerja terhadap pekerjaannya.

Jadi pegawai dipengaruhi oleh jenis iklim tertentu yang ada dalam lingkungan kerjanya.

Dengan membangun kebiasaan-kebiasaan yang teratur, sistimatik dan terarah dengan landasan yang kuat dan konsisten akan menjadi kekuatan-kekuatan baru kedalam iklim organisasi untuk menghadapi tantangan masa depan.

Read Full Post »

BAB III

BAB III. TANTANGAN DALAM PERUBAHAN POLA PIKIR
Dalam bab ini akan menekankan satu kekuatan yang disebut daya kemauan yang didorong oleh keinginan untuk melakukan perubahan pola pikir, sehingga keinginan membangun kebiasaan yang akan ditopang oleh adanya kemampuan memanfaatkan Otak, Hati dan Keberanian dalam usaha melaksanakan Manajemen Pengetahuan secara berencana.
11. IDENTIFIKASI TANTANGAN

Titik perhatian yang hendak diungkapkan disini bukanlah sebagai seorang yang “futurism” seperti John Naisbitt, Alvin Toeffler dan sebagainya, yang mengungkap tentang “content futurism” artinya mengungkapkan informasi mengenai masa depan, melainkan dari sisi “proses futurism” artinya memikirkan pusat perhatian bagaimana cara memanfaatkan arti informasi itu menjadi bermanfaat dalam memasuki abad ke 21 ini.

Bertitik tolak dari pemikiran diatas, maka disini akan mengungkapkan pertanya-an-pertanyaan yang terkait dengan tantangan yang kita hadapi yang situasi tersebut dapat menjadi kekuatan, kelemahan, kesempatan dan hambatan sbb. :
PERTAMA, Mengapa kita membutuhkan pandangan untuk melihat masa depan kedalam persfektif manajemen ?
Titik berat kita dalam membahas masa depan adalah agar kita lebih fokus untuk membangun kebutuhan seperangkat pengetahuan agar mampu diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan kedalam tindakan saat ini.
Organisasi yang dibangun bersifat fleksibel dan mudah dikontrol akan mampu mengikuti perubahan sejalan dengan perjalanan waktu sehingga melihat masa depan berarti juga tidak melepaskan diri dari situasi saat ini untuk memberikan tekanan pada kekuatan dari fokus sebagai keterampilan abad baru. Misalkan tahun 1950-an fokus pada aspek keuangan ; tahun 1960-an fokus pada aspek pemasaran dan sumber daya manusia ; tahun 1970-an fokus pada aspek pertanggungan jawab sosial, lingkungan dan skenario-skenario ; tahun 1980-an fokus pada aspek portfolio, saingan, dan budaya ; tahun 1990-an fokus pada aspek teknologi dan pelanggan ; tahun 2000-an fokus pada aspek modal intelektual.
Melihat masa depan kita mampu mengidentifikasi SWOT dari perubahan masyarakat agraris ke masyarakat industri ke masyarakat informasi ke masyara-kat pengetahuan Dengan kemampuan analisis strategis kita mampu menterjemahkan hal-hal yang berkaitan dengan Strengths (S), Weaknesses (W), Oppor-tunities (O), Threats (T).
Dengan melihat masa depan akan dapat memberikan daya dorong melihat masa kini berdasarkan masa lampau agar kita selalu siap bersikap dan berperilaku yang bersifat “proaktip” sebagai keterampilan abad baru.
KEDUA, Apakah yang menjadi daya dorong dalam mengantisipasi yang secara dramatis dan memilih kekuatan untuk menghadapi masa depan ?
Dalam hal ini dapat kita ungkapkan hal-hal yang perlu diperhatikan kedalam persfektif manajemen yang mencakup
• Ekonomi global dalam globalisasi dunia tanpa batas.
• Kemajuan teknologi web dan aplikasi internet.
• Perkembangan lingkup kerja global.
• Bertambahnya pengaruh dari para langganan.
• Kepentingan steakholders
• Perkembangan aplikasi manajemen pengetahuan.
• Keragaman dan mobilitas tempat kerja.
• Meningkatnya persaingan dan secara agresif melawan terhadap peningkatan pangsa pasar dalam penciutan pasar
• Tersedianya pengetahuan dan permintaan pelanggan yang menginginkan terbaik untuk nilai uang mereka. Kepuasan pelanggan meningkat menjadi basis mempertahankn dan pertumbuhan.
• Biaya-biaya meningkat dimana-mana dan tingkat bunga yang tinggi.

• Sistim-sistim ekolologi yang terus meningkatkan kerusakan secara tetap dalam kehidupan kita.

KETIGA, Dimanakah area utama dari perubahan yang secara signifikan akan berdampak atas praktek pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia ?
Terdapat enam area yang sangat signifikan dalam perubahan adalah :

1). Tekanan produktivitas di tempat kerja dimana setiap organisasi beru-saha dengan cara menghasilkan biaya yang rendah dengan kualitas produk dan jasa yang tinggi.
2). Langkah perubahan akan berlajut terhadap akselarasi . Putaran waktu akan berkurang, pemanfaatan dari daur informasi akan meningkat, kerja akan berubah sesuai dengan teknologi maju dan akan menjadi lebih mudah tersedia. Organisasi yang kerja dengan waktu yang kurang akan memiliki keuntungan kompetitip.
3). Menjadi lebih fokus bisnis yang diarahkan kepada pelanggan dan kualitas dimana setiap pegawai jelas sekali memahami nilai tersebut kedalam area baik pelanggan internal maupun external.
4). Dalam banyak organisasi pada perencanaan dan tindakan di arena global. Pasar, tempat sumber daya, kompetisi, kerjasama yang kesemuanya melintasi batas nasional. Adakalanya kompetitir sebagai pemasok atau bahkan sebagai pelanggan. Dalam jangka pendek, hubungan-hubungan menjadi komplex, menjadi batas-batas organisasi dan lingkungannya.
5). Strategi-strategu bisnis akan menjadi lebih bergantung atas kualitas dan personalitis dari sumber daya manusia. Sesuatu yang tidak mungkin tanpa manusia yang berkemampuan dan berkompete untuk mentransformasi strategi, sedangkan organisasi hanya menyediakan uang dan teknologi dan tidak membawa manusia yang siap mandiri, khusnya yang terkait dengan pengetahu-an, sikap, keterampilan dan keinginan untuk merubahah sesuatu yang utama dalam keunggulan bersaing.
6). Struktur dan rancangan kerja akan berubah secara deramatis yang dimulai dengan membangun perubahan itu sendiri. Walaupun telah dilakukan batasan kerja individu dan kerja dalam suatu tim yang lebih banyak memberikan partisipasinya dengan lebih bertanggung jawab dan fleksibel.
Tapi yang sangat menentukan keberhasilan adalah manusia itu yang berubah di angkatan kerja, yang memberikan dorongan dalam merespon pengembangan

sumber daya manusia. Oleh karena itu disini terdapat empat macam perubahan yaitu :
• Angkatan kerja di abad ini akan lebih beragam karena perbedaan budaya, lebih banyak perempuan, lebih banyak umur menuju ke umur 55 tahun, berasal dari multinasional, sehingga diperlukan penataan praktis, proses komunikasi dan isu lainnya dalam perubahan.

• Manusia yang dibutuhkan, menjadi berpengetahuan, fleksibel dan komitmen personal dari pada hanya sekedar memenuhi proses prosedur, Jadi tantangan disini adalah mengembangkan kompetnsi dari pekerja berpengathuan menjadi kunci tantangan profesional pengembangan sumber daya manusia.

• Manusia mengharapkan keterlibatan dan pemahaman kerja, sehingga mereka menyadari kebutuhan akan adanya keterampilan untuk melaksanakan kerja, oleh karena itu pemanfaatan teknologi lebih penting dari hirarki, sehingga mudah mudah mendapatkan informasi dalam melaksanakan kerja.
Mereka akan berpartisipasi dalam proses keputusan baik untuk kesejahteraan maupun menciptakan sesuatu. Dalam hal ini budaya perusahaan akan menjamin nilai perasaan dan memberikan akses baik
secara formal atau non formal melalui informasi dan pertumbuhan karir mereka.

• Secara alamiah akan terjadi dari suatu harapan bahwa setiap pegawai merasa terikat dalam organisasi, bukan diikat karena mereka merasakan bahwa akan ditempatkan sesuai dengan keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan oleh organisasi.

Apakah yang diharapkan oleh organisasi dari angkatan kerja mereka dalam abad ini ? Dilihat dari sisi perubahan diatas.
Dari sisi ketrampilan teknis dan ketrampilan komunikasi (berbicara, mendengar, membaca dan menulis), diharapkan dari para karyawan adalah :
• Menjadi proaktif dalam pekerjaan mereka dan karir mereka. Karena mereka 1) mengambil inisiatip dari pekerjaan saat ini, 2) menerima gerakan lateral untuk mendapatkan keterampilan beragam, 3) mengetahui diri sendiri dan meneruskan keinginan tahuannya, kemana mereka hendak pergi dalam organisasi, 4) mengambil resiko dengan pengembangan aktivitas baru dan menggunakan sistim suport untuk membantu mereka dalam pengembangan mereka, 5) memimpin diri sendiri dan menjadi siap terhadap perubahan.
• Menerima dan mengelola diri sendiri sehingga efektif dengan perubahan.

• Diperkiran akan lebih bertanggung jawab.
• Menjadi bertanggung jawab atas proses dan kualitas.
• Menjadi anggota yang mampu mengelola diri kedalam tim kerja yang diperlukan kompetensi antar personal.
• Menempatkan nilai lebih atas kepuasan pelanggan.
• Menjaga kekritan mereka dan keterampilan dalam kreativitas memecahkan masalah, keterampilan menyimpulkan dan menganalisa.
Dari sisi para eksekutip, organisasi mengharapkan, peningkatan keterampilan dalam merencanakan, mengorganisir, mengontrol dan memimpin yaitu :
• Berpikir secara global dan memahami peluang bisnis global.
• Mengelola mutibudaya mendukung kerja tim secara fleksibel dan responsip sebagai cara lintas kerja dengan budaya yang dapat mendukung tolaransi.
• Menjadi komit terhadap pengambangan manusia yang terkait dengan kerja.
• Memiliki keterampilan untuk mengelola kerja sama dengan kompetiter formal.
• Memperlihatkan keterampilan terhadap kerja lintas budaya, mengelola prubahan dalam satu lingkungan yang dinamis.
• Memperlihat keterampilan dalam kontektual, multi dimensi pemikiran, Mereka harus melihat tantangan

organisasi mereka menghadapi politik, sosial, teknologi atau latar belakang global yang terkait operasinya.
• Memproses keterampilan untuk menetapkan arah organisasi terhadap penciptaan visi, misi dan tujuan dan kemampuan menggerak manusia mewujudkan visi.
• Memiliki keterampilan untuk pemahaman dan efektivitas personal.

Dengan pengalaman yang luas menjadi komponen dasar untuk membangun bakat para esekutip. Eksekutip akan membutuhkan pengelaman luar negeri untuk mempelajari mengenai penerimaan, pengembangan dan mendorong tenaga luar nasianal dalam kantor luar negeri, yang terkait pemasaran dan pabrikasi dalam budaya baru dan mengambil manfaat dari sumber-sumber lokal serta kebiasaan-kebiasaan.
Selanjutnya pegawai dan eksekutip juga mengharapkan dari organisasi mereka.yang berkaitan dengan kompensasi dan kesejahteraan, profesional kontrak, pengalaman dan keterampilan yang dihargai atas karir dan gaya hidup mereka.
Bila terdapat kelemahan-kelemahan di tempat kerja, organisasi seharusnya mencarikan jalan keluar akan tidak menghambat karir dan berdampak atas kerja mereka, adanya kompetisi secara terbuka, ruang gerak kreativitas,
kebebasan dan tanggung jawab dan adanya kebersamaan visi terhadap misi perusahaan.
Kesemuanya itu diperlukan satu unit yang mampu menempatkan suatu strategi yang dapat diaplikasikan untuk menyelesaikan apa yang diharapkan organisasi dan apa yang diharapkan dari karyawan. Dengan menciptakan iklim organisasi yang sehat akan mendukung pemanfaatan budaya perusahaan yang mampu menggerakkan keseimbangan kepentingan kedua belah pihak. Disinilah letak kunci pentingnya adanya pelatihan dalam kerangka pengembangan sumber daya manusia yang bertanggung jawab.
KEEMPAT, Bagaimana merespon seluruh perubahan masa lampau dan perubahan dalam abad baru ini dimana individu dan organisasi dapat menjawab tantangan perubahan tersebut ? Dalam hal ini terdapat tiga hal yang terkait atas masalah tersebut yang signifikan terutama yaitu :
• Kita dapat mengharapkan untuk menjembatani dalam cara organisasi meneva-luasi dampak intervensi orientasi sumber daya manusia. Apa nilai dari beragam pelatihan atau praktek kerja ? Apa perbedaan pengembangan tim membuat terhadap kualitas keputusan tim dan kemampuannya menyelesaikan keputusan ? Adakah pertimbangan usaha-usaha

manajemen karir sungguh-sungguh memperbaiki tersedia keterampilan tepat waktu ?

• Bentuk-bentuk pertanyaan ini akan ditanyakan selalu dan jawaban atasnya diberikan dengan tidak ada keraguan.

• Kita dapat mengantisipasi yang lebih besar kerumitan dan beragam dalam teori-teori dan alat-alat pengembangan sumber daya manusia. Artifisial intelejen dan aplikasi pelajaran lebih baik dariantropologi, psykologi, sosiologi dan pendikan dengan bermain. Juga para praktisi orang yang mendengar kebutuhan organisasi mereka akan terus menciptakan dan menyumbangkan pendekatan, teknik dan ide baru.

• Akhirnya, kita menggerakkan kedalam era solusi sistim dimana memusatkan terhadap isu-isu pemecahan ulang atau membuat perubahan-perubahan nyata terhadap pelaksanaan program. Pemecahan masalah dan perubahan biasanya memerlukan banyak dan beragam tindakan-tindakan (seperti pelatihan, perubahan kebijaksanaan plus, rancangan pekerjaan plus).

Perbaikan kualitas umpamanya atau memfokuskan terhadap pelanggan, atau peningkatan pro-duktivitas

memerlukan lebih dari satu yang bertanggung jawab ( tunggal menjadi efektif untuk jangka pendek, tapi jangka panjang tidak). Kebanyakan dari pentingnya perubahan 19 % akan dan menjadi kelemahan secara sistimatik. Pengembangan sumber daya manusia akan melibatkan alat-alat dan solusi secara analitis untuk memenuhi kebutuhan.

KELIMA, Identifikasikan, pelatihan dan pengembangan angkatan kerja dalam abad 21 ini akan memerlukan asumsi-asumsi baru, gaya dan keterampilan dari praktisi dan profesionallisme pengembangan sumber daya manusia. (HRD)

Identifikasi dan pengembangan dari sumber daya manusia untuk ekonomi global akan berperan dipundak HRD. HRD akan menjadi pusat dalam ekonomi global sebagai profesui dan sebagai satu fungsi korporasi.
Pemikiran pertama kta butuhkan mengerjakan perubahan cara berpikir. Kita harus secera cepat belajar untuk melihat organisasi dalam kontek global bahkan bila kita tidak mungkin beroperasi diluar batas nasional. Kita harus berubah dari pandangan yang sempit organisasi, kecenderungan melihat hanya isu-isu organisasi internaldan memulai mengembangkan pikiran yang lebih besar dari bagaimana bisnis yang dimiliki tetap berhasil dimasa yang akan datang.

Belajar dari pengelaman tidak akan kerja lebih lama. Apa yang selalu dikerja-kan sebelumnya sekarang tidak akan dikerjakan. Apa yng selalu kerja dirumah mungkin kelemahan yang terbesar,

Sebagai praktisi HR, produktivitas sebenarnya kita dan keberhasilan bergantung tiga hal yaitu :
• Bagimana keterampilan dan kompetensi kita saat ini berada.
• Bagaimana jelasnya kita merumuskan dan memproritaskan kebutuhan strategik dan fungsi organisasi.
• Bagaimana efektipnya kita mengidentifikasi dan mengembangkan manusia dengan keterkaitan atas sikap, pengetahuan dan keterampilan
Akhirnya kesimpulan yang hendak kita ambil dari menghadapi tantangan abad ke 21 ini, bagimana yang sebaiknya agar membangun dan melaksanakan pemikiran kebiasaan yang produktif menjadi konsepsi atau paradigma baru dalam persfektif manajemen
Dengan demikian dari apa yang telah kita utarakan diatas diarahkan pertumbuhan yang dimiliki kita, sekarang adalah mempersiapkan untuk keberadaan kita dalam abad ke 21. Kita tidak dapat memberikan apa yang tidak kita miliki. Kita menghabiskan waktu dan usaha-usaha dalam pelatihan dan pengembangan lainnya. Sekarang
saatnya kita memberikan peluang-peluang yang sama pada diri kita sendiri.
Kita memerlukan seperangkat pengetahuan baru, keterampilan dan kompetensi untuk abad 21 ini. Kita membutuhkan peningkatan efektivitas kita sekarang, sehingga kita dapat mempengaruhi dan meningkatkan kemampuan yang memungkin kita berkontribusi secara penuh pemahaman terhadap pertumbuhan dari organisasi kita.

Zaman telah berubah, walapun pintu terbuka untuk mendapatkan MBA, MA dan Ph.D, tapi tidaklah lagi memberikan cukup efisien yang lebih baik dari kemampuan mereka dalam melaksanakan peran yang dibebankan kepada mereka.

Kita harus memperdayakan sendiri, sehingga kita dapat memperdayakan lain-nya. Apakah sesungguhnya pemberdayaan sendiri ? Pemberdayaan, sederhananya merupakan cara yang amat praktis dan produktif untuk mendapatkan yang terbaik dari diri kita sendiri dan dari staf kita.

Jadi PEMBERDAYAAN SENDIRI artinya menghilangkan batasan birokratis yang mengkotak-kotakkan orang dan membuat mereka menggunakan seefekti mungkin keterampilan, pengalaman, energi dan ambisinya. Ini

berarti memperkenankan mereka untuk mengem-bangkan suatu perasaan memiliki bagian-bagian dari proses, khususnya yang menjadi tanggung jawab mereka, sementara pada waktu yang sama menuntut mereka menerima suatu bagian tanggung jawab dan kepemilikan yang lebih luas dari keseluruhan proses.

Pemikiran tersebut untuk mengingatkan kita kembali bahwa pemikiran yang pernah membawa keberhasilan di masa lalu tidak akan membawa keberhasilan di masa datang dalam abad k 21 ini. Oleh karena itu peringatan itu yang pertama-tama yang harus berubah adalah pemikiran dari pihak pimpinan puncak.

Hal itu mengingatkan kita bahwa dengan memiliki keterampilan, kompetensi, informasi, sumber daya dan alat-alat untuk memulaikan kebutuhan perubahan mempengaruhi hasil-hasil dari usaha kita sendiri. Tapi tidak jarang pula kita temukan bahwa mengapa orang-orang yang pintar dan memiliki motif yang baik memperlihatkan ketidak mampuan membuat suatu analisa strategis yang dapat memberikan jalan keluar dalam mengantisipasi masa depan. Mungkin hal itu terjadi karena ketidak mampuannya memanfaat otak dalam berpikir.

12. PERUBAHAN PARADIGMA

Kita telah mengungkapkan tantangan abad ke 21 ini dari sudut pandang “proses futurism” untuk mendorong dalam mengungkit bagaimana sebaiknya kita memanfaatkan otak, hati dan keberanian ini dalam menghadapi tantangan tersebut.

Disinilah letak keinginan tahuan kita dengan mendorong kemampuan berpikir dari tidak tahu menjadi tahu dengan memanfaatkan alat pikir yang kita sebut dengan kesadaran, kecerdasan dan akal.

Dengan kesadaran kita mengungkapkan agar kita mampu berorientasi meninjau serta merasakan diri sendiri serta menangkap situasi diluar diri kita. Inilah yang kita sebut sedang mengungkapkan perubahan paradigma abad 20 ke abad 21. Artinya paradigma memberitahukan kepada kita adanya suatu permainan, ragamnya permainan dan bagaimana cara memainkannya.

Sebaliknya dengan kecerdasan, kita ingin mengungkapkan untuk memberi arti dari kesadaran itu menjadi bermakna untuk melaporkan keadaan perkara dan hubungan-hubungannya, seberapa jauh resiko yang kita hadapi sehingga dengan fakta dan informasi bagaimana kita menghindarinya atau menumpasnya.

Artinya kita dapat menangkap perubahan paradigma itu, jika demikian adalah peralihan kepada suatu permainan baru.

Akhirnya dengan akal, kita ingin mengungkapkan untuk mencari jalan, dimana letaknya bahaya, macam bahaya, luasnya bahaya, kapan datangnya, akan berlangsung teruskah bahaya itu, bagaimana cara penyelesainnya. Disinilah kita mencari penyebab awal dari kecenderungan tersebut, maka kita akan menemukan itu sebagai perubahan paradigma.

Pertama marilah kita memahami, apa yang dimaksudkan dengan PARADIGMA? Yang kita maksudkan dengan paradigma disini adalah situasi yang dapat berubah menjadi masalah karena adanya ketentuan baik yang kita dapatkan secara tertulis maupun tidak (kebiasaan) untuk melakukan pemecahan dengan disatu sisi membuat batasan-batasan dan disisi lain menunjukkan bagaimana kita bersikap dan berperilaku dalam batasan-batasan agar kita mampu berpikir ke arah penyelesaian masalah.

Bayangkan oleh kita betapa penting yang diungkapkan oleh John Naisbitt, tahun 1982 dalam bukunya Megatrend yang sangat laris terjual. Yang ia sebutkan adanya kecenderungan besar dalam milenium baru sehingga terjadi pergeseran-pergeseran dari :

• Masyarakat industri ke masyarakat informasi.
• Teknologi yang dipaksakan ke High tech / High touch.
• Perekonomian nasional ke perekonomian dunia.
• Jangka pendek ke jangka panjang
• Sentralisasi ke desentralisasi.
• Bantuan kelembagaan ke swakarsa.
• Demokrasi perwakilan ke demokrasi partisipasi
• Hirarki ke jaringan kerja (networking)
• Utara ke selatan
• Pilihan terbatas ke banyak pilihan.

Tapi kenyataan yang kita hadapi tidak banyak orang dapat memanfaatkan informasi tersebut menjadi bermanfaat dalam melaksanakan perubahan yang sistimatik dan berkelanjutan dalam kehidupan ini.

Mengapa, tidak lain karena ketidakmampuan untuk merubah paradigma lama ke paradigma baru dimana akan kita temukan adanya kesenjangan tanpa mampu membuat untuk menjem-batani melalui pemberdaya diri

13. MENGUBAH POLA PEMIKIRAN DALAM
PARADIGMA BARU

Mampukah pimpinan pucak mengkomunikasikan suara hatinya kepada setiap orang yang memiliki peran dalam organisasi untuk mengubah pola pemikiran yang lama

sudah menua dalam kehidupan mereka. Tidak begitu mudah, tapi lebih baik kita berbuat sesuatu daripada tidak sama sekali, ibarat ada yang berpendapat “ orang takut akan perubahan, karena hal itu mengurangi rasa aman mereka”

Yang dimaksudkan dengan POLA PEMIKIRAN adalah sesuatu yang diterima oleh seseorang dan dipakai sebagai pedoman sebagaimana diterimanya dari masyarakat sekelilingnya.

Disinilah letak peran kepemimpinan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku orang dan organisasi dengan keteladanannya.

Dalam perjalanannya bagi pimpinan puncak dengan kepemimpinannya, maka ia harus mampu menata hubungan dengan baik kepada setiap pimpinan yang ada dalam organisasi formal dan non-formal dalam melaksanakan perubahan pola pemikiran dalam paradigma baru.
Dalam pola pemikiran baru yang hendak kita pengaruhi adalah :

• Bagaimana kita bersikap terhadap pemimpin dan pengikutnya yang melihat tidak diperlukan perubahan karena keterbatasan imajinasi dan wawasan mereka,

sehingga sangat sulit untuk berubah dalam pola pemikiran baru.

• Bagaimana kita bersikap terhadap pemimpin dan pengikutnya yang melihat masa kini harus dilalui sebagai reaksi yang lahir dari dorongan pola pemikiran lama, namun siap berubah.

• Bagaimana kita bersikap terhadap pemimpin dan pengikutnya yang hanya memusatkan perhatian (fokus) ke masa depan saja.

Jalan keluar dalam menghadpi persolanan diatas, adalah seni bagi kepemimpin-an dalam melaksanakan perubahan pola pemikiran tapi juga harus fleksibel dalam bertindak untuk mengubah kesadaran orang untuk berubah.

Oleh karena itu kita dihadapkan apakah perubahan itu akan kita lakukan secara EVOLUSIONER artinya perubahan yang dilakukan segala sesuatu terencana, terkendali dan bisa diramalkan secara rasional dan atau REVOLUSIONER artinya suatu perubahan yang mendadak, radikal atau menyeluruh.

Dengan memahami ketiga kelompok pemimpinan tersebut diatas, maka baik dilakukan evolusi maupun revolusi dalam melaksanakan perubahan, tetap saja

diperlukan pendekatan-pendekatan yang diarah kedalam, apa yang disebut :
• Pendayagunaan kreatifitas individu yang ditingkatkan
• Mengembangkan kreatifitas kedalam kelompok
• Mengubah kreatifitas menjadi inovasi organisasi.

Dengan melaksanakan pendekatan-pendekatan tersebut diatas, maka pola pemikiran akan selalu siap menghadapi perubahan paradigma.

Sejalan dengan pemikiran diatas, timbullah pertanyaan yang perlu kita kembangkan sehubungan dengan perubahan paradigma sebagai berikut :

• Pertama, yang terkait dengan waktu, artinya bilamanakah terjadinya perubahan itu sendiri, bila kita mengetahui kapan memulainya sesuatu perubahan terjadi, itu memberikan kemampuan kita dalam membuat analisa strategis dalam kerangka kesiapan untuk membuat antisipasi.

• Kedua, sesuai dengan pemahaman kita tentang paradigma, maka yang penting adalah siapakah orang yang berperan untuk mengubah paradigma sesuai dengan kebutuhan akan perubahan itu sendiri.

• Ketiga, seberapa jauh pengubah paradigma mampu mempengaruhi orang-orang dari awal dan berkelanjutan untuk mengikuti jejaknya dalam mengikuti perubahan.

• Keempat, bagaimana pengubah paradigma untuk menjembatani kesenjangan dengan adanya perubahan paradigma lama ke paradigma baru dengan adanya penolakan-penolakan yang dapat bersifat :1) Penolakan logis, rasional (waktu yang diperlukan untuk menyesuaikan diri ; upaya ekstra untuk belajar kembali ; kemungkinan timbulnya situasi yang kurang diinginkan, seperti penurunan tungkat keterampilan ; kerugian ekonomik yang ditimbulkannya ; kelayak terapan teknis perubahan). 2) Penolakan sikap psykologis, emosio-nal ( khawatir akan sesuatu yang tidak diketahui ; rendahnya tolaransi terhadap perubahan ; tidak menyukai pimpinan atau agen perubahan yang lain ; kurangnya kepercayaan terhadap orang lain ; kebutuhan akan rasa aman, menginginkan status quo. 3) Penolakan sosiologis.

Kepentingan kelompok (psekongkolan politis ; bertentangan dengan nilai kelompok ; pandangan yang picik ; kepentingan pribadi ; keinginan untuk mempertahankan persahabatan yang terjalin sekarang.)
14. MENGUNGKIT PARADIGMA KEPERMUKAAN

Sebelum melangkah diperlukan satu keyakinan bahwa datangnya paradigma baru yang diungkapkan oleh pimpinan puncak berdasarkan analisis strategik dengan pola pemikiran “tidak ada yang permanen kecuali perubahan itu sendiri” maka ia mencoba mengkomunikasikan suara hati kepada orang lain untuk menjembatani kesejangan dari berpikir dengan paradigma lama ke paradigma baru untuk melakukan perubahan.

Seperti yang telah kita kemukakan didepan bahwa paradigma adalah situasi yang dapat berubah menjadi masalah karena adanya ketentuan baik yang kita dapatkan secara tertulis maupun tidak (kebiasaan) untuk melakukan pemecahan dengan disatu sisi membuat batasan-batasan dan disisi lain menunjukkan bagaimana kita bersikap dan berperilaku dalam batasan-batasan agar kita mampu berpikir ke arah penyelesaian masalah..

Dengan pemahaman itu, kita dapat mengungkit kapan paradigma itu muncul dan bagaimana kita bersikap atasnya, dengan memperhatikan gejala-gejala yang kita ungkapkan dibawah ini :

• Paradigma dapat bersifat umum dan atau khusus, sehingga kita mempunyai anggapan bukanlah sesuatu hal yang luar biasa artinya gejala itu ada sehingga kita dapat bersikap biasa saja, namun kita harus menaruh perhatian atasnya kalau tidak membawa jarak yang jauh atas akibat kesenjangan yang terjadi.

• Paradigma itu akan bergerak secara fungsional artinya sekelompok perilaku yang diharapkan dari suatu peran karena adanya tuntutan dari perubahan atas peran itu sendiri. Jangan dibiarkan akan melahirkan sikap yang menentang.

• Paradigma dapat juga menunjukkan suatu gejala yang tidak mungkin dapat kita robah menjadi mungkin karena adanya keyakinan bahwa apapun gelombang yang begitu dahsyat dapat kita menembus menjadi peluang.

• Paradigma dapat juga menunjukkan perlunya usaha-usaha untuk meningkatkan wawasan atau menjadi daya dorong seseorang untuk mengerakkan analisis strategis agar ia mampu berpikir tidak kedalam satu arah tapi mencari lebih dari satu jawaban

• Paradigma akan menunjukkan atas keberadaannya bukanlah sesuatu gejala yang harus diterima sebagai sesuatu yang pasti yang dapat mempengaruhi dalam cara pandang dalam melangkah pemberdayaan diri.
• Paradigma dapat juga menjadi kekuatan kepemimpinan dalam mengkomuni-kasikan suara hatinya dan mengubah perilaku sebagai kekuatan pertahanan strategis dalam melaksanakan perubahan.
• Paradigma dapat juga menjadi daya dorong untuk setiap orang termotivasi dalam menanggapi perubahan sehingga ia mampu menunjukkan kedalam pilihan paradigma yang sesuai dengan pandangannya dalam perubahan.
• Paradigma dapat juga menjadi petunjuk untuk meningkatkan pemahaman atas konsep kekuasaan, wewenang dan pemberdayaan dalam kerangka dalam mendaya gunakan peran-peran dalam keorganisasian.

15. KESIAPAN MENGHADAPI TANTANGAN
ABAD 21

Bagaimana kita sampai kepada suatu pemahaman tentang kesiapan menhadapi tantangan abad 21, terletak dari kemampuan kita menggerakkan otak agar kita bisa berpikir ke arah yang hendak dituju dari tidak tahu menjadi tahu, itulah
satu kekuatan seandainya anda menjadi pemimpin dengan kepemimpinannya.

Kepeimpinan adalah mempengaruhi orang lain, sehingga ia dipandang memiliki kapasitas untuk mentejemahkan pemikiran strategik, jangka panjang dan pendek untuk dikomunikasikan menjadi kenyataan. Oleh karena itu tidak ada batasan akan apa yang dapat dilakukan seseorang dengan pikiran mereka. Tidak ada rintangan yang tak dapat diatasi jika kita teguh dan percaya akan apa yang kita lakukan.

Dengan pemikiran diatas, maka di dasar tanggung jawab manusia adalah konsep yang dapat diterapkan sehingga menjadi dorongan untuk mencapainya, dengan alat pikir (kesadaran, kecerdasan dan akal) untuk menemukan jalan sehingga ada kemauan untuk mengikuti peta perjalanan tersebut.

Kesiapan menghadapi tantangan abad 21, memang perlu kita cermati agar kita dapat menjalankan apa yang kita harapkan masa kini dan masa depan, tapi usaha kita membangun masa depan sangat tergantung kemampuan kita dalam menganalisa pengalaman masa lampau dan masa kini, oleh karena itu bagaima-na peran anda untuk berpartisipasi dalam menghadapi tantangan abad 21 bila
anda tidak dapat menyingkap hal-hal yang disebutkan dibawah ini :

• Jauhkan rasa kebingungan anda untuk memanfaatkan informasi yang tersedia, dan jangan anda menutup pintu hati untuk tidak saling berbagi kepentingan.
• Jauhkan rasa kebingungan pribadi dalam memasuki perubahan, karena hal itu dapat mendorong anda menjadi orang yang masa bodoh, sehingga akan melibas kekuatan pikiran anda dalam memanfaatkan otak dengan maksimal.
• Jauhkan ketidak yakinan diri anda atas pelaksanaan perubahan yang dapat mempengaruhi jalan pikiran dalam ketidak mampuan untuk menguasai diri sendiri.
• Jauhkan pikiran anda dari pengaruh yang menginginkan suatu kepastian atas hasil dari perubahan tanpa anda menyadari kepentingan atas manfaat dari pelaksanaan pemberdayaan diri.
• Jauhkan pikiran anda bahwa wujud kerja sama bukanlah salah satu pondasi yang harus dibangun dengan melaksanakan kepemimpinan kolaborasi, tanpa memahami manfaat dengan dibangunnya pengelolaan partisipatif.
• Jauhkan pikiran anda yang mendorong untuk menciptakan status quo tanpa menatap masa depan dengan hanya memfokuskan masa kini dengan tanpa
usaha menumbuhkan kreativitas menjadi inovasi dalam melaksanakan perubahan-perubahan yang terjadi.
16. MODEL KESIAPAN MEMASUKI PERUBAHAN

Pada bagian ini kita mencoba untuk memahami apa yang harus kita lakukan dalam usaha agar kita dapat keluar dari penguasaan diri sendiri tanpa dikuasai orang lain. Untuk itu diperlukan satu model untuk menuntun setiap orang dapat memahami ungkapan “orang mendukung apa yang mereka bantu ciptakan, jadi libatkanlah mereka dalam perubahan perencanaan” karena disisi lain mereka juga menyadari pula arti ungkapan seperti “tidak ada yang salah dengan apa-apa dalam melaksanakan perubahan, jika itu mengarah pada yang benar”.

Dengan menyusun satu model kesiapan memasuki perubahan, dimulai dengan perencanaan skenario arti suatu metoda sebagai pendekatan untuk membayangkan dan menganalisa berbagai kemungkinan masa depan yang benar-benar dapat menuntun arah yang hendak dituju oleh organisasi tanpa mengabaikan masa kini dan masa lampau.

Proses itu akan mencakup langkah-langkah dari komite yang dibentuk khusus untuk masa depan sebagai berikut :

• Membangun kesamaan dalam pemahaman, tanpa melibatkan dalam menda- yagunakan peran-peran keorganisasian, maka sulit untuk menimbulkan motivasi dan efektivitas dapat mengoptimalkan potensi orang dalam organisasi. Dengan demikian diharapkan adanya pemahaman perencanaan skenario itu menjadi sangat berguna.
• Merumuskan cakupan kerangka skenario dan waktu yang terkait dengan isu-isu tantangan perubahan dalam abad 21 baik yang secara jelas telah mempengaruhi masa kini dan yang berdampak masa depan.
• Mengidentifikasikan secara rinci kecenderungan-kecenderungan dalam ke-hidupan aspek politik, hukum, ekonomi, teknologi, sosiologi, anthoprologi, budaya, keamanan dan ketahanan baik secara langsung maupun tidak langsung yang akan mempengaruhi status quo.
• Mengidentifikasikan kemungkinan-kemungkinan adanya fanktor-faktor yang sulit unuk diamati dan dianalisa tapi dalam waktu panjang memiliki dampak dalam kita mengelola msa depan.
• Susunlah skenario tentatip untuk menggambarkan situasi-situasi yang dapat menjadi masalah dan atau hambatan yang akan terjadi di masa depan dan sudah dirasakan
dampaknya masa kini, kedalam masalah kritis, pokok dan insidentil dari perubahan-perubahan lingkungan yang berkelanjutan dan mendorong semua pihak untuk memahami situasi-situasi tersebut agar selalu siap menghadapi tantangan tersebut.
• Mencoba untuk melaksanakan pembelajaran kedalam organisasi sebagai suatu langkah awal pemberdayaan terhadap masa kini dan diharapkan adanya partisipasi yang dapat melahirkan gagasan / ide baru dari pemanfaatan potensi energi karyawan sehingga melahirkan pemahaman yang lebih mendalam kedalam pemikir-pemikir masa depan.
• Berdasarkan pengalaman dari pembelajaran, maka disusunlah suatu skenario akhir yang telah dirumuskan oleh komite dengan mengungkap keseluruhan sesuai dengan kerangka kerja yang telah digariskan. Yang kesemuanya disajikan dalam satu pertemuan dengan melibatkan semua unsur yang ada dalam struktur formal. Setelah mendapatkan tanggapan disana sini, akhirnya perencanaan skenario diputuskan kedalam langkah-langkah aktivitas yang harus diikuti, ditindak lanjuti setiap ada permasalahan dalam pelaksanaan

MODEL KESIAPAN MEMASUKI PERUBAHAN
ABAD 21

Read Full Post »

BAB. II

BAB II. MEMPERDAYAKAN DAYA KEMAUAN KEDALAM
MANAJEMEN PENGETAHUAN
Dalam bab ini akan menekankan segala usaha dengan memperdayakan kemauan yang kuat untuk menumbuh kembangkan kompetensi-kompetesi yang terkait dengan kekuatan mengembangkan pola pikir sebagai kekayaan terbesar itu berarti anda memulai untuk memanfaatkan kekuatan OTAK, HATI dan KEBERANIAN yang harus dikembangkan secara berkesinambungan yang menyangkut
6. KEMAMPUAN DALAM KOMPETENSI MANAJERIAL
Pada tingkat eksekutip akan ditunjukkan kemampuan manajerial yang kuat dan terbangun dari kebiasaan yang efektif yang tumbuh dari pengalaman dan pengembangan bakat yang tersembunyi.
Dengan kemampuannya para eksekutip mengarahkan organisasi melalui kondisi lingkungan yang dinamik. Para eksekutip pembuat keputusan tingkat atas dengan melaksanakan penelitian strategis akan menghasilkan antisipasi dengan baik pula dari kemampuan mengidentifikasi situasi, merumuskan masalah (strategik, pokok dan insidentil), menyeleksi serta membuat solusi penyelesaian secara tepat dan benar yang ditunjukkan dalam membuat pilihan-pilihan strategi yang sempurna di dalam berbagai kondisi diatas lingkungan yang beragam dan kompleknya.
Sedangkan pada peringkat manajemen menengah dimana kemampuan akan manejerialnya lebih terfokuskan kedalam kegiatan untuk menterjemahkan keputusan strategik agar dapat dilaksanakan.
Sebaliknya pada kemampuan manajerial operasional dapat membantu mengaktualisasikan seluruh strategi organisasi di dalam jangka pendek.

7. KEMAMPUAN DALAM KOMPETENSI TEKNIK
Kemampuan teknik dapat memperkuat dan atau memperlemah pencapaian keputusan strategik dalam lingkungan tugasnya yang terletak di dalam area-area teknologi produk baru, teknologi proses, teknologi pendukung operasi serta manajemen sumber daya manusia.
Operasi yang mendukung teknologi adalah teknik-teknik, prosedur-prosedur dan sistem-sistem yang dimiliki oleh organisasi yang secara langsung dapat menyokong teknologi produk dan proses yang mampu meningkatkan kemampuan untuk bersaing.
Dengan berbagai teknik-tenik dan sistem-sistem mampu mentranformasikan informasi dengan kecepatan tinggi keluar. Begitu pula teknologi dukungan seperti teknik pengolahan pesanan, sistem logistik dan sebagainya.

8. KEMAMPUAN DALAM KOMPETENSI INFORMASI

Dengan informasi dapat membantu organisasi memasuki persaingan secara efektif di dalam pasar-pasar produknya yang disebut dengan kemampuan informasional.
Dengan memiliki kemampuan yang berhubungan dengan informasi luar mengenai lingkungan perusahaan, pasar dan pesaingnya, akan memberikan keuntungan lebih dari yang lainnya sehingga bagi organisasi yang memiliki kemampuan informasional tersebut mudah memasuki ekonomi dunia tanpa batas dan mampu menciptakan peluang dari ketidak pastian.
Kemampuan informasional termasuk sistem imformasi manajemen untuk mendukung komunikasi antar unit kerja menjadi efektif dan efesien karena dapat mengurangi kesalahan dan dapat tanggap atas perubahan lingkungan.

9. KEMAMPUAN DALAM KOMPETENSI ORGANISASI

Kemampuan dalam mendayagunakan peran-peran keorganisasian dalam merumuskan kerja, jabatan atau kedudukan, peran, pekerjaan, fungsi dan tugas akan mendukung terciptanya suatu pengorganisasian yang fleksibel dan mudah dikontrol.

Dengan kemampuan itu pula dapat memberikan daya dorong untuk supaya mudah memotivasi dan efektivitas peran dalam mengoptimalkan potensi karyawan.
Sejalan dengan itu memungkinkan untuk membangun hubungan horizontal, vertical dan diagonal dalam mewujudkan keharmonisan dan koordinasi dalam pekerjaan.
Memiliki kemampuan untuk menggerakkan dan menumbuhkan partisipasi dan komitmen dalam organisasi untuk setiap perubahan karena adanya iklim organisasi yang sehat.

10. MODEL KEBIASAAN YANG PRODUKTIF
Untuk mendukung pemahaman persfektif manajemen agar dapat diaplikasikan kedalam suatu organisasi yang efektif dan mudah dikontrol dibutuhkan kesungguhan untuk membangun kebiasaan yang produktif artinya diperlukan peningkatan yang berkelanjutan atas pengetahuan yang diperoleh dari informasi, keterampilan yang diperoleh dari pengalaman dan keinginan yang sejalan dengan sikap dan perilaku untuk menyesuaikan dengan tuntutan perubahan.
Maka seperangkat kebiasaan yang produktif menjadikan pondasi yang selalu ditumbuh kembangkan sebagai

usaha-usaha pengembangan sumber daya manusia agar ia selalu siap beradaptasi terhadap gelombang perubahan yang terus bergerak tanpa berakhir.
Sejalan dengan pemikiran itu maka diperlukan pilar-pilar sebagai tonggak untuk menahan setiap perubahan artinya selalu siap menghindari masalah, sehingga ia mampu berpikir, bekerja dan belajar sebagai tonggak perjalanan hidupnya.
Pemikiran tersebut dituangkan kedalam satu model kebiasaan yang produktif seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini
MODEL KEBIASAAN YANG PRODUKTIF DALAM
MELAKSANAKAN PERSFEKTIF MANAJEMEN

Read Full Post »

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan menguraikan pokok-pokok pikiran dalam usaha merumukan hal-hal yang perkaitan konsep dengan suatu pendekatan yaitu menguraikan kata dari unsur huruf dirumuskan menjadi satu untaian kalimat yang bermakna.

1. PEMAHAMAN KONSEP

Mendalami „Dunia Tanpa Batas“ memerlukan pengertian yang terkait dengan Persfektif Manajemen artinya ada sesuatu yang kita ungkapkan dimana disatu sisi manajemen membicarakan seperangkat pengetahuan (apa yang harus dilakukan dan mengapa), keterampilan (bagaimana melaksanakan) dan keinginan (mau melakukan) tentang usaha manusia mencapai tujuan dengan memaksimumkan sumber daya yang tersedia secara produktif (efisein, efektif dan kualitas), sedangkan disisi lain persfektif membicarakan kemampuan berpikir strategis untuk melihat segala sesuatu di masa depan.

Kemampuan berpikir strategis merupakan kebutuhan bagi setiap pemimpin masa depan, tanpa kemampuan itu sangat sulitlah ia menerapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menggerakkan orang dalam usaha untuk mencapai tujuan yang diharapkan,

oleh karena itu banyak pemimpin menguasai informasi tapi ia tidak mampu memanfaat informasi menjadi berguna.

Sejalan dengan pemikiran diatas, maka kepemimpinan masa depan sangat ditentukan kemampuannya untuk menggerakkan kemampuan berpikir dalam kerangka persfektif artinya ia memiliki kemampuan mengungkapkan situasi dalam gelombang perubahan karena perubahan akan selalu ada dimana-mana sehingga pemahaman yang mendalam memanfaatkan otak dan hati dalam mewujudkan antisipasi.

Antisipasi adalah keterampilan baru untuk menggerakkan kemampuan yang terkait dalam pemikiran analisis strategis dimana ia mampu mengungkapkan segala sesuatu yang belum terjadi. Inilah keterampilan yang sangat perlu dan penting dalam membicarakan apa yang kita sebut dengan persfektif.
Dengan mengungkapkan persfektif dari hasil analisis strategis sebagai satu usaha untuk meramalkan sesuatu yang harus dihindari dimasa depan, maka dengan melaksanakan manajemen yang benar diharapkan kita mampu untuk menciptakan peluang-peluang dalam masa ketidak pastian.
2. PERSFEKTIF DARI SISI HURUF MENJADI
KATA BERMAKNA
Dari huruf dalam kata persfektif , bila kita uraikan maka setiap huruf akan menjadi satu kata yang bermakna yaitu :
P menjadi kata Perencanaan
E menjadi kata Esensi
R menjadi kata Relokasi
S menjadi kata Sumber daya
F menjadi kata Faktor
E menjadi kata Ekonomi
K menjadi kata Keterampilan
T menjadi kata Teknologi
I menjadi kata Informasi
F menjadi kata Fondasi
Dengan menguraikan huruf menjadi kata yang bermakna diatas, maka kita dapat pula merumuskan makna kata Persfektif sebagai berikut :
PERSFEKTIF adalah PERENCANAAN analisis strategi sebagai ESENSI merumuskan hal-hal yang berkaitan

dengan RELOKASI terhadap SUMBER-DAYA sebagai satu FAKTOR penentu EKONOMI keberhasilan dengan memanfaatkan KETERAMPILAN dalam TEKNOLOGI dan INFORMASI sebagai FONDASI dalam mewujudkan keputusan strategik.
Pemahaman kata persfektif yang dirumuskan diatas diharapkan akan menjadi alat pendorong sikap dan perilaku agar semua rumusan dalam kerangka berpikir ANTISIPATIF mampu meramalkan keputusan strategik.
Dengan pemanfaatan otak dan hati dalam kerangka kemampuan berpikir antisifatif maka menggerakkan kompetensi agar komponen memahami apa yang dapat mempengaruhi, cara berpikir yang dalam mencari jawaban lebih dari satu arah, lebih terfokuskan, mampu menggambarkan jalan yang akan ditempuh, maka keseluruhan proses berpikir itu disebut analisis strategis.
Jadi merumuskan persfektif akan memberikan hasil yang memuaskan bilamana kompetensi untuk membuat satu analisa strategis dipenuhi sehingga informasi yang tersedia dapat dimanfaatkan sebagai langkah untuk membuat antisipasi yang lebih terarah, terpadu dan kompeherensip.

3. MANAJEMEN DARI SISI HURUF MENJADI
KATA BERMAKNA
Kata manajemen terdiri dari beberapa huruf, bila kita uraikan dari huruf menjadi kata bermakna, akan memberikan petunjuk kedalam operasionalnya artinya bagaimana anda menerapkannya dalam pelaksanaan. Jadi huruf dalam kata manajemen dapat diuraikan sebagai berikut :

M menjadi kata Mengelola
A menjadi kata Aktiva
N menjadi kata Nilai tambah
A menjadi kata Akseptasi
J menjadi kata Jaminan
E menjadi kata Ekuitas
M menjadi kata Masa depan
E menjadi kata Emisi
N menjadi kata Naik N
Dengan menguraikan huruf menjadi kata bermakna diatas, maka kita dapat pula merumuskan manajemen dari sisi huruf menjadi kata bermakna sbb.:
MANAJEMEN adalah Kemampuan dalam MENGELOLA penggunaan sumber daya yang tercantum sebagai AKTIVA untuk mewujudkan NILAI TAMBAH ekonomis ( economic value added) menjadi AKSEPTASI untuk memberikan JAMINAN atas EKUITAS yang ditanam sebagai EMISI akan NAIK sejalan dengan pertumbuhan usaha.
Pemahaman manajemen yang dikemukakan diatas mendjadi satu kekuatan bagi pemimpin bertanggung jawab dalam menjamin pertumbuhan usaha yang berkelanjutan dan selalu siap memasuki gelombang ketidak pastian menjadi peluang.
Jadi manajemen haruslah dipandang bukan saja dalam arti abstrak tetapi juga dipandang dari konkrit artinya manajemen sebagai keterampilan membutuhkan kompetensi tertentu. Dengan keterampilan itu bagi pemimpin akan selalu mampu menggerakkan sumber daya manusia untuk dapat memaksimumkan sumber daya yang lain dalam mewujudkan tujuan yang hendak dicapai.
Keterampilan tertentu tersebut harus dikembangkan menjadi kompetensi dalam manajerial, organisasi, teknik

dan informasi sehingga manajemen dapat dipahami dalam arti praktis yang dapat diaktualisasikan kedalam sikap dan perilaku yang bersifat yang proaktif
Sikap dan perilaku proaktif akan mampu mendorong kemampuan dalam kompetensi tertentu dengan memanfaatkan manajemen dari kebiasaan memecahkan masalah menjadi menghindari masalah.

4. PERSFEKTIF MANAJEMEN (P.M.)
Pada bagian terdahulu telah diutarakan pemahaman secara umum dan dari sisi huruf menjadi kata yang bermakna atas persfektif dan manajemen, maka bila kedua kata itu disatukan
menjadi persfektif manajemen berarti kita melihat dari sisi bagaimana seharusnya ia diaplikasikan menjadi kenyataan dalam praktek.

Dengan pemahaman itu, maka aplikasi Persfektif Manajemen disini kita maksudkan adalah penguasaan seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang dapat memberi kekuatan kepemimpinan dalam mewujudkan keinginan agar dapat memberikan motivasi dalam menciptakan keseimbangan kepentingan individu, kelompok dan organisasi.

Pengetahuan, keterampilan dan keinginan tersebut harus ditumbuh kembangkan menjadi suatu kebiasaan yang produktif untuk mendukung kemampuan dalam pemikiran strategis, jangka panjang dan pendek dalam organisasi dan menjadi pendorong lahirnya kompetensi-kompetensi manajerial, teknik, informasi dan organisasi.

5. PENGETAHUAN
Pada bagian terdahulu telah kita ungkapkan kata MANAJEMEN dengan menguraikan dari unsur kata, selanjutnya dibawah ini kita uraikan makna PENGETAHUAN dari unsur kata :
P menjadi (P) engalaman
E menjadi (E) mosi
NG menjadi (NG) emmbangkan
T menjadi (T) antangan
A menjadi (A) kal
H menjadi (H)idup
U menjadi (U) saha
A menjadi (A) malan
N menjadi (N) ilai tambah

Bertolak dari unsur kata tersebut, bila dirumuskan menjadi untaian kalimat yang bermakna, maka PENGETAHUAN adalah satu kebiasaan yang tumbuh dan berkembang yang diperoleh dari PENGALAMAN menjadi satu kekuatan kecerdasan EMOSI dalam usaha untuk me-NGEMBANKAN kemampuan menghadapi TANTANGAN dengan memanfaatkan kesadaran, kecerdasan dan AKAL untuk menjalani HIDUP sebagai USAHA dalam menjalankan AMALAN untuk meningkatkan NILAI TAMBAH.
Bertolak dari rumusan katan MANAJEMEN dan PENGETAHUAN, maka dalam tulisan sebagai buku pedoman yang dimaksudkan dengan MANAJMEN PENGETAHUAN adalah seperangkat pengetahuan yang ditumbuh kembangkan dari pengalaman untuk mengelola sumber daya yan terbatas dalam rangka mewujudkan nilai tambah yang berkesinambungan.
Dengan demikian maka MANAJEMEN PENGETAHUAN haruslah dipandang dari dua sisi yang kita sebut dengan PENGETAHUAN yang bersumber dari pengalaman sedangkan PENGETAHUAN yang didapat dengan jalan keterangan disebut ILMU.

Read Full Post »