BAB III. TANTANGAN DALAM PERUBAHAN POLA PIKIR
Dalam bab ini akan menekankan satu kekuatan yang disebut daya kemauan yang didorong oleh keinginan untuk melakukan perubahan pola pikir, sehingga keinginan membangun kebiasaan yang akan ditopang oleh adanya kemampuan memanfaatkan Otak, Hati dan Keberanian dalam usaha melaksanakan Manajemen Pengetahuan secara berencana.
11. IDENTIFIKASI TANTANGAN
Titik perhatian yang hendak diungkapkan disini bukanlah sebagai seorang yang “futurism” seperti John Naisbitt, Alvin Toeffler dan sebagainya, yang mengungkap tentang “content futurism” artinya mengungkapkan informasi mengenai masa depan, melainkan dari sisi “proses futurism” artinya memikirkan pusat perhatian bagaimana cara memanfaatkan arti informasi itu menjadi bermanfaat dalam memasuki abad ke 21 ini.
Bertitik tolak dari pemikiran diatas, maka disini akan mengungkapkan pertanya-an-pertanyaan yang terkait dengan tantangan yang kita hadapi yang situasi tersebut dapat menjadi kekuatan, kelemahan, kesempatan dan hambatan sbb. :
PERTAMA, Mengapa kita membutuhkan pandangan untuk melihat masa depan kedalam persfektif manajemen ?
Titik berat kita dalam membahas masa depan adalah agar kita lebih fokus untuk membangun kebutuhan seperangkat pengetahuan agar mampu diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan kedalam tindakan saat ini.
Organisasi yang dibangun bersifat fleksibel dan mudah dikontrol akan mampu mengikuti perubahan sejalan dengan perjalanan waktu sehingga melihat masa depan berarti juga tidak melepaskan diri dari situasi saat ini untuk memberikan tekanan pada kekuatan dari fokus sebagai keterampilan abad baru. Misalkan tahun 1950-an fokus pada aspek keuangan ; tahun 1960-an fokus pada aspek pemasaran dan sumber daya manusia ; tahun 1970-an fokus pada aspek pertanggungan jawab sosial, lingkungan dan skenario-skenario ; tahun 1980-an fokus pada aspek portfolio, saingan, dan budaya ; tahun 1990-an fokus pada aspek teknologi dan pelanggan ; tahun 2000-an fokus pada aspek modal intelektual.
Melihat masa depan kita mampu mengidentifikasi SWOT dari perubahan masyarakat agraris ke masyarakat industri ke masyarakat informasi ke masyara-kat pengetahuan Dengan kemampuan analisis strategis kita mampu menterjemahkan hal-hal yang berkaitan dengan Strengths (S), Weaknesses (W), Oppor-tunities (O), Threats (T).
Dengan melihat masa depan akan dapat memberikan daya dorong melihat masa kini berdasarkan masa lampau agar kita selalu siap bersikap dan berperilaku yang bersifat “proaktip” sebagai keterampilan abad baru.
KEDUA, Apakah yang menjadi daya dorong dalam mengantisipasi yang secara dramatis dan memilih kekuatan untuk menghadapi masa depan ?
Dalam hal ini dapat kita ungkapkan hal-hal yang perlu diperhatikan kedalam persfektif manajemen yang mencakup
• Ekonomi global dalam globalisasi dunia tanpa batas.
• Kemajuan teknologi web dan aplikasi internet.
• Perkembangan lingkup kerja global.
• Bertambahnya pengaruh dari para langganan.
• Kepentingan steakholders
• Perkembangan aplikasi manajemen pengetahuan.
• Keragaman dan mobilitas tempat kerja.
• Meningkatnya persaingan dan secara agresif melawan terhadap peningkatan pangsa pasar dalam penciutan pasar
• Tersedianya pengetahuan dan permintaan pelanggan yang menginginkan terbaik untuk nilai uang mereka. Kepuasan pelanggan meningkat menjadi basis mempertahankn dan pertumbuhan.
• Biaya-biaya meningkat dimana-mana dan tingkat bunga yang tinggi.
• Sistim-sistim ekolologi yang terus meningkatkan kerusakan secara tetap dalam kehidupan kita.
KETIGA, Dimanakah area utama dari perubahan yang secara signifikan akan berdampak atas praktek pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia ?
Terdapat enam area yang sangat signifikan dalam perubahan adalah :
1). Tekanan produktivitas di tempat kerja dimana setiap organisasi beru-saha dengan cara menghasilkan biaya yang rendah dengan kualitas produk dan jasa yang tinggi.
2). Langkah perubahan akan berlajut terhadap akselarasi . Putaran waktu akan berkurang, pemanfaatan dari daur informasi akan meningkat, kerja akan berubah sesuai dengan teknologi maju dan akan menjadi lebih mudah tersedia. Organisasi yang kerja dengan waktu yang kurang akan memiliki keuntungan kompetitip.
3). Menjadi lebih fokus bisnis yang diarahkan kepada pelanggan dan kualitas dimana setiap pegawai jelas sekali memahami nilai tersebut kedalam area baik pelanggan internal maupun external.
4). Dalam banyak organisasi pada perencanaan dan tindakan di arena global. Pasar, tempat sumber daya, kompetisi, kerjasama yang kesemuanya melintasi batas nasional. Adakalanya kompetitir sebagai pemasok atau bahkan sebagai pelanggan. Dalam jangka pendek, hubungan-hubungan menjadi komplex, menjadi batas-batas organisasi dan lingkungannya.
5). Strategi-strategu bisnis akan menjadi lebih bergantung atas kualitas dan personalitis dari sumber daya manusia. Sesuatu yang tidak mungkin tanpa manusia yang berkemampuan dan berkompete untuk mentransformasi strategi, sedangkan organisasi hanya menyediakan uang dan teknologi dan tidak membawa manusia yang siap mandiri, khusnya yang terkait dengan pengetahu-an, sikap, keterampilan dan keinginan untuk merubahah sesuatu yang utama dalam keunggulan bersaing.
6). Struktur dan rancangan kerja akan berubah secara deramatis yang dimulai dengan membangun perubahan itu sendiri. Walaupun telah dilakukan batasan kerja individu dan kerja dalam suatu tim yang lebih banyak memberikan partisipasinya dengan lebih bertanggung jawab dan fleksibel.
Tapi yang sangat menentukan keberhasilan adalah manusia itu yang berubah di angkatan kerja, yang memberikan dorongan dalam merespon pengembangan
sumber daya manusia. Oleh karena itu disini terdapat empat macam perubahan yaitu :
• Angkatan kerja di abad ini akan lebih beragam karena perbedaan budaya, lebih banyak perempuan, lebih banyak umur menuju ke umur 55 tahun, berasal dari multinasional, sehingga diperlukan penataan praktis, proses komunikasi dan isu lainnya dalam perubahan.
• Manusia yang dibutuhkan, menjadi berpengetahuan, fleksibel dan komitmen personal dari pada hanya sekedar memenuhi proses prosedur, Jadi tantangan disini adalah mengembangkan kompetnsi dari pekerja berpengathuan menjadi kunci tantangan profesional pengembangan sumber daya manusia.
• Manusia mengharapkan keterlibatan dan pemahaman kerja, sehingga mereka menyadari kebutuhan akan adanya keterampilan untuk melaksanakan kerja, oleh karena itu pemanfaatan teknologi lebih penting dari hirarki, sehingga mudah mudah mendapatkan informasi dalam melaksanakan kerja.
Mereka akan berpartisipasi dalam proses keputusan baik untuk kesejahteraan maupun menciptakan sesuatu. Dalam hal ini budaya perusahaan akan menjamin nilai perasaan dan memberikan akses baik
secara formal atau non formal melalui informasi dan pertumbuhan karir mereka.
• Secara alamiah akan terjadi dari suatu harapan bahwa setiap pegawai merasa terikat dalam organisasi, bukan diikat karena mereka merasakan bahwa akan ditempatkan sesuai dengan keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan oleh organisasi.
Apakah yang diharapkan oleh organisasi dari angkatan kerja mereka dalam abad ini ? Dilihat dari sisi perubahan diatas.
Dari sisi ketrampilan teknis dan ketrampilan komunikasi (berbicara, mendengar, membaca dan menulis), diharapkan dari para karyawan adalah :
• Menjadi proaktif dalam pekerjaan mereka dan karir mereka. Karena mereka 1) mengambil inisiatip dari pekerjaan saat ini, 2) menerima gerakan lateral untuk mendapatkan keterampilan beragam, 3) mengetahui diri sendiri dan meneruskan keinginan tahuannya, kemana mereka hendak pergi dalam organisasi, 4) mengambil resiko dengan pengembangan aktivitas baru dan menggunakan sistim suport untuk membantu mereka dalam pengembangan mereka, 5) memimpin diri sendiri dan menjadi siap terhadap perubahan.
• Menerima dan mengelola diri sendiri sehingga efektif dengan perubahan.
• Diperkiran akan lebih bertanggung jawab.
• Menjadi bertanggung jawab atas proses dan kualitas.
• Menjadi anggota yang mampu mengelola diri kedalam tim kerja yang diperlukan kompetensi antar personal.
• Menempatkan nilai lebih atas kepuasan pelanggan.
• Menjaga kekritan mereka dan keterampilan dalam kreativitas memecahkan masalah, keterampilan menyimpulkan dan menganalisa.
Dari sisi para eksekutip, organisasi mengharapkan, peningkatan keterampilan dalam merencanakan, mengorganisir, mengontrol dan memimpin yaitu :
• Berpikir secara global dan memahami peluang bisnis global.
• Mengelola mutibudaya mendukung kerja tim secara fleksibel dan responsip sebagai cara lintas kerja dengan budaya yang dapat mendukung tolaransi.
• Menjadi komit terhadap pengambangan manusia yang terkait dengan kerja.
• Memiliki keterampilan untuk mengelola kerja sama dengan kompetiter formal.
• Memperlihatkan keterampilan terhadap kerja lintas budaya, mengelola prubahan dalam satu lingkungan yang dinamis.
• Memperlihat keterampilan dalam kontektual, multi dimensi pemikiran, Mereka harus melihat tantangan
•
organisasi mereka menghadapi politik, sosial, teknologi atau latar belakang global yang terkait operasinya.
• Memproses keterampilan untuk menetapkan arah organisasi terhadap penciptaan visi, misi dan tujuan dan kemampuan menggerak manusia mewujudkan visi.
• Memiliki keterampilan untuk pemahaman dan efektivitas personal.
Dengan pengalaman yang luas menjadi komponen dasar untuk membangun bakat para esekutip. Eksekutip akan membutuhkan pengelaman luar negeri untuk mempelajari mengenai penerimaan, pengembangan dan mendorong tenaga luar nasianal dalam kantor luar negeri, yang terkait pemasaran dan pabrikasi dalam budaya baru dan mengambil manfaat dari sumber-sumber lokal serta kebiasaan-kebiasaan.
Selanjutnya pegawai dan eksekutip juga mengharapkan dari organisasi mereka.yang berkaitan dengan kompensasi dan kesejahteraan, profesional kontrak, pengalaman dan keterampilan yang dihargai atas karir dan gaya hidup mereka.
Bila terdapat kelemahan-kelemahan di tempat kerja, organisasi seharusnya mencarikan jalan keluar akan tidak menghambat karir dan berdampak atas kerja mereka, adanya kompetisi secara terbuka, ruang gerak kreativitas,
kebebasan dan tanggung jawab dan adanya kebersamaan visi terhadap misi perusahaan.
Kesemuanya itu diperlukan satu unit yang mampu menempatkan suatu strategi yang dapat diaplikasikan untuk menyelesaikan apa yang diharapkan organisasi dan apa yang diharapkan dari karyawan. Dengan menciptakan iklim organisasi yang sehat akan mendukung pemanfaatan budaya perusahaan yang mampu menggerakkan keseimbangan kepentingan kedua belah pihak. Disinilah letak kunci pentingnya adanya pelatihan dalam kerangka pengembangan sumber daya manusia yang bertanggung jawab.
KEEMPAT, Bagaimana merespon seluruh perubahan masa lampau dan perubahan dalam abad baru ini dimana individu dan organisasi dapat menjawab tantangan perubahan tersebut ? Dalam hal ini terdapat tiga hal yang terkait atas masalah tersebut yang signifikan terutama yaitu :
• Kita dapat mengharapkan untuk menjembatani dalam cara organisasi meneva-luasi dampak intervensi orientasi sumber daya manusia. Apa nilai dari beragam pelatihan atau praktek kerja ? Apa perbedaan pengembangan tim membuat terhadap kualitas keputusan tim dan kemampuannya menyelesaikan keputusan ? Adakah pertimbangan usaha-usaha
manajemen karir sungguh-sungguh memperbaiki tersedia keterampilan tepat waktu ?
• Bentuk-bentuk pertanyaan ini akan ditanyakan selalu dan jawaban atasnya diberikan dengan tidak ada keraguan.
• Kita dapat mengantisipasi yang lebih besar kerumitan dan beragam dalam teori-teori dan alat-alat pengembangan sumber daya manusia. Artifisial intelejen dan aplikasi pelajaran lebih baik dariantropologi, psykologi, sosiologi dan pendikan dengan bermain. Juga para praktisi orang yang mendengar kebutuhan organisasi mereka akan terus menciptakan dan menyumbangkan pendekatan, teknik dan ide baru.
• Akhirnya, kita menggerakkan kedalam era solusi sistim dimana memusatkan terhadap isu-isu pemecahan ulang atau membuat perubahan-perubahan nyata terhadap pelaksanaan program. Pemecahan masalah dan perubahan biasanya memerlukan banyak dan beragam tindakan-tindakan (seperti pelatihan, perubahan kebijaksanaan plus, rancangan pekerjaan plus).
Perbaikan kualitas umpamanya atau memfokuskan terhadap pelanggan, atau peningkatan pro-duktivitas
memerlukan lebih dari satu yang bertanggung jawab ( tunggal menjadi efektif untuk jangka pendek, tapi jangka panjang tidak). Kebanyakan dari pentingnya perubahan 19 % akan dan menjadi kelemahan secara sistimatik. Pengembangan sumber daya manusia akan melibatkan alat-alat dan solusi secara analitis untuk memenuhi kebutuhan.
KELIMA, Identifikasikan, pelatihan dan pengembangan angkatan kerja dalam abad 21 ini akan memerlukan asumsi-asumsi baru, gaya dan keterampilan dari praktisi dan profesionallisme pengembangan sumber daya manusia. (HRD)
Identifikasi dan pengembangan dari sumber daya manusia untuk ekonomi global akan berperan dipundak HRD. HRD akan menjadi pusat dalam ekonomi global sebagai profesui dan sebagai satu fungsi korporasi.
Pemikiran pertama kta butuhkan mengerjakan perubahan cara berpikir. Kita harus secera cepat belajar untuk melihat organisasi dalam kontek global bahkan bila kita tidak mungkin beroperasi diluar batas nasional. Kita harus berubah dari pandangan yang sempit organisasi, kecenderungan melihat hanya isu-isu organisasi internaldan memulai mengembangkan pikiran yang lebih besar dari bagaimana bisnis yang dimiliki tetap berhasil dimasa yang akan datang.
Belajar dari pengelaman tidak akan kerja lebih lama. Apa yang selalu dikerja-kan sebelumnya sekarang tidak akan dikerjakan. Apa yng selalu kerja dirumah mungkin kelemahan yang terbesar,
Sebagai praktisi HR, produktivitas sebenarnya kita dan keberhasilan bergantung tiga hal yaitu :
• Bagimana keterampilan dan kompetensi kita saat ini berada.
• Bagaimana jelasnya kita merumuskan dan memproritaskan kebutuhan strategik dan fungsi organisasi.
• Bagaimana efektipnya kita mengidentifikasi dan mengembangkan manusia dengan keterkaitan atas sikap, pengetahuan dan keterampilan
Akhirnya kesimpulan yang hendak kita ambil dari menghadapi tantangan abad ke 21 ini, bagimana yang sebaiknya agar membangun dan melaksanakan pemikiran kebiasaan yang produktif menjadi konsepsi atau paradigma baru dalam persfektif manajemen
Dengan demikian dari apa yang telah kita utarakan diatas diarahkan pertumbuhan yang dimiliki kita, sekarang adalah mempersiapkan untuk keberadaan kita dalam abad ke 21. Kita tidak dapat memberikan apa yang tidak kita miliki. Kita menghabiskan waktu dan usaha-usaha dalam pelatihan dan pengembangan lainnya. Sekarang
saatnya kita memberikan peluang-peluang yang sama pada diri kita sendiri.
Kita memerlukan seperangkat pengetahuan baru, keterampilan dan kompetensi untuk abad 21 ini. Kita membutuhkan peningkatan efektivitas kita sekarang, sehingga kita dapat mempengaruhi dan meningkatkan kemampuan yang memungkin kita berkontribusi secara penuh pemahaman terhadap pertumbuhan dari organisasi kita.
Zaman telah berubah, walapun pintu terbuka untuk mendapatkan MBA, MA dan Ph.D, tapi tidaklah lagi memberikan cukup efisien yang lebih baik dari kemampuan mereka dalam melaksanakan peran yang dibebankan kepada mereka.
Kita harus memperdayakan sendiri, sehingga kita dapat memperdayakan lain-nya. Apakah sesungguhnya pemberdayaan sendiri ? Pemberdayaan, sederhananya merupakan cara yang amat praktis dan produktif untuk mendapatkan yang terbaik dari diri kita sendiri dan dari staf kita.
Jadi PEMBERDAYAAN SENDIRI artinya menghilangkan batasan birokratis yang mengkotak-kotakkan orang dan membuat mereka menggunakan seefekti mungkin keterampilan, pengalaman, energi dan ambisinya. Ini
berarti memperkenankan mereka untuk mengem-bangkan suatu perasaan memiliki bagian-bagian dari proses, khususnya yang menjadi tanggung jawab mereka, sementara pada waktu yang sama menuntut mereka menerima suatu bagian tanggung jawab dan kepemilikan yang lebih luas dari keseluruhan proses.
Pemikiran tersebut untuk mengingatkan kita kembali bahwa pemikiran yang pernah membawa keberhasilan di masa lalu tidak akan membawa keberhasilan di masa datang dalam abad k 21 ini. Oleh karena itu peringatan itu yang pertama-tama yang harus berubah adalah pemikiran dari pihak pimpinan puncak.
Hal itu mengingatkan kita bahwa dengan memiliki keterampilan, kompetensi, informasi, sumber daya dan alat-alat untuk memulaikan kebutuhan perubahan mempengaruhi hasil-hasil dari usaha kita sendiri. Tapi tidak jarang pula kita temukan bahwa mengapa orang-orang yang pintar dan memiliki motif yang baik memperlihatkan ketidak mampuan membuat suatu analisa strategis yang dapat memberikan jalan keluar dalam mengantisipasi masa depan. Mungkin hal itu terjadi karena ketidak mampuannya memanfaat otak dalam berpikir.
12. PERUBAHAN PARADIGMA
Kita telah mengungkapkan tantangan abad ke 21 ini dari sudut pandang “proses futurism” untuk mendorong dalam mengungkit bagaimana sebaiknya kita memanfaatkan otak, hati dan keberanian ini dalam menghadapi tantangan tersebut.
Disinilah letak keinginan tahuan kita dengan mendorong kemampuan berpikir dari tidak tahu menjadi tahu dengan memanfaatkan alat pikir yang kita sebut dengan kesadaran, kecerdasan dan akal.
Dengan kesadaran kita mengungkapkan agar kita mampu berorientasi meninjau serta merasakan diri sendiri serta menangkap situasi diluar diri kita. Inilah yang kita sebut sedang mengungkapkan perubahan paradigma abad 20 ke abad 21. Artinya paradigma memberitahukan kepada kita adanya suatu permainan, ragamnya permainan dan bagaimana cara memainkannya.
Sebaliknya dengan kecerdasan, kita ingin mengungkapkan untuk memberi arti dari kesadaran itu menjadi bermakna untuk melaporkan keadaan perkara dan hubungan-hubungannya, seberapa jauh resiko yang kita hadapi sehingga dengan fakta dan informasi bagaimana kita menghindarinya atau menumpasnya.
Artinya kita dapat menangkap perubahan paradigma itu, jika demikian adalah peralihan kepada suatu permainan baru.
Akhirnya dengan akal, kita ingin mengungkapkan untuk mencari jalan, dimana letaknya bahaya, macam bahaya, luasnya bahaya, kapan datangnya, akan berlangsung teruskah bahaya itu, bagaimana cara penyelesainnya. Disinilah kita mencari penyebab awal dari kecenderungan tersebut, maka kita akan menemukan itu sebagai perubahan paradigma.
Pertama marilah kita memahami, apa yang dimaksudkan dengan PARADIGMA? Yang kita maksudkan dengan paradigma disini adalah situasi yang dapat berubah menjadi masalah karena adanya ketentuan baik yang kita dapatkan secara tertulis maupun tidak (kebiasaan) untuk melakukan pemecahan dengan disatu sisi membuat batasan-batasan dan disisi lain menunjukkan bagaimana kita bersikap dan berperilaku dalam batasan-batasan agar kita mampu berpikir ke arah penyelesaian masalah.
Bayangkan oleh kita betapa penting yang diungkapkan oleh John Naisbitt, tahun 1982 dalam bukunya Megatrend yang sangat laris terjual. Yang ia sebutkan adanya kecenderungan besar dalam milenium baru sehingga terjadi pergeseran-pergeseran dari :
• Masyarakat industri ke masyarakat informasi.
• Teknologi yang dipaksakan ke High tech / High touch.
• Perekonomian nasional ke perekonomian dunia.
• Jangka pendek ke jangka panjang
• Sentralisasi ke desentralisasi.
• Bantuan kelembagaan ke swakarsa.
• Demokrasi perwakilan ke demokrasi partisipasi
• Hirarki ke jaringan kerja (networking)
• Utara ke selatan
• Pilihan terbatas ke banyak pilihan.
Tapi kenyataan yang kita hadapi tidak banyak orang dapat memanfaatkan informasi tersebut menjadi bermanfaat dalam melaksanakan perubahan yang sistimatik dan berkelanjutan dalam kehidupan ini.
Mengapa, tidak lain karena ketidakmampuan untuk merubah paradigma lama ke paradigma baru dimana akan kita temukan adanya kesenjangan tanpa mampu membuat untuk menjem-batani melalui pemberdaya diri
13. MENGUBAH POLA PEMIKIRAN DALAM
PARADIGMA BARU
Mampukah pimpinan pucak mengkomunikasikan suara hatinya kepada setiap orang yang memiliki peran dalam organisasi untuk mengubah pola pemikiran yang lama
sudah menua dalam kehidupan mereka. Tidak begitu mudah, tapi lebih baik kita berbuat sesuatu daripada tidak sama sekali, ibarat ada yang berpendapat “ orang takut akan perubahan, karena hal itu mengurangi rasa aman mereka”
Yang dimaksudkan dengan POLA PEMIKIRAN adalah sesuatu yang diterima oleh seseorang dan dipakai sebagai pedoman sebagaimana diterimanya dari masyarakat sekelilingnya.
Disinilah letak peran kepemimpinan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku orang dan organisasi dengan keteladanannya.
Dalam perjalanannya bagi pimpinan puncak dengan kepemimpinannya, maka ia harus mampu menata hubungan dengan baik kepada setiap pimpinan yang ada dalam organisasi formal dan non-formal dalam melaksanakan perubahan pola pemikiran dalam paradigma baru.
Dalam pola pemikiran baru yang hendak kita pengaruhi adalah :
• Bagaimana kita bersikap terhadap pemimpin dan pengikutnya yang melihat tidak diperlukan perubahan karena keterbatasan imajinasi dan wawasan mereka,
sehingga sangat sulit untuk berubah dalam pola pemikiran baru.
• Bagaimana kita bersikap terhadap pemimpin dan pengikutnya yang melihat masa kini harus dilalui sebagai reaksi yang lahir dari dorongan pola pemikiran lama, namun siap berubah.
• Bagaimana kita bersikap terhadap pemimpin dan pengikutnya yang hanya memusatkan perhatian (fokus) ke masa depan saja.
Jalan keluar dalam menghadpi persolanan diatas, adalah seni bagi kepemimpin-an dalam melaksanakan perubahan pola pemikiran tapi juga harus fleksibel dalam bertindak untuk mengubah kesadaran orang untuk berubah.
Oleh karena itu kita dihadapkan apakah perubahan itu akan kita lakukan secara EVOLUSIONER artinya perubahan yang dilakukan segala sesuatu terencana, terkendali dan bisa diramalkan secara rasional dan atau REVOLUSIONER artinya suatu perubahan yang mendadak, radikal atau menyeluruh.
Dengan memahami ketiga kelompok pemimpinan tersebut diatas, maka baik dilakukan evolusi maupun revolusi dalam melaksanakan perubahan, tetap saja
diperlukan pendekatan-pendekatan yang diarah kedalam, apa yang disebut :
• Pendayagunaan kreatifitas individu yang ditingkatkan
• Mengembangkan kreatifitas kedalam kelompok
• Mengubah kreatifitas menjadi inovasi organisasi.
Dengan melaksanakan pendekatan-pendekatan tersebut diatas, maka pola pemikiran akan selalu siap menghadapi perubahan paradigma.
Sejalan dengan pemikiran diatas, timbullah pertanyaan yang perlu kita kembangkan sehubungan dengan perubahan paradigma sebagai berikut :
• Pertama, yang terkait dengan waktu, artinya bilamanakah terjadinya perubahan itu sendiri, bila kita mengetahui kapan memulainya sesuatu perubahan terjadi, itu memberikan kemampuan kita dalam membuat analisa strategis dalam kerangka kesiapan untuk membuat antisipasi.
• Kedua, sesuai dengan pemahaman kita tentang paradigma, maka yang penting adalah siapakah orang yang berperan untuk mengubah paradigma sesuai dengan kebutuhan akan perubahan itu sendiri.
• Ketiga, seberapa jauh pengubah paradigma mampu mempengaruhi orang-orang dari awal dan berkelanjutan untuk mengikuti jejaknya dalam mengikuti perubahan.
• Keempat, bagaimana pengubah paradigma untuk menjembatani kesenjangan dengan adanya perubahan paradigma lama ke paradigma baru dengan adanya penolakan-penolakan yang dapat bersifat :1) Penolakan logis, rasional (waktu yang diperlukan untuk menyesuaikan diri ; upaya ekstra untuk belajar kembali ; kemungkinan timbulnya situasi yang kurang diinginkan, seperti penurunan tungkat keterampilan ; kerugian ekonomik yang ditimbulkannya ; kelayak terapan teknis perubahan). 2) Penolakan sikap psykologis, emosio-nal ( khawatir akan sesuatu yang tidak diketahui ; rendahnya tolaransi terhadap perubahan ; tidak menyukai pimpinan atau agen perubahan yang lain ; kurangnya kepercayaan terhadap orang lain ; kebutuhan akan rasa aman, menginginkan status quo. 3) Penolakan sosiologis.
Kepentingan kelompok (psekongkolan politis ; bertentangan dengan nilai kelompok ; pandangan yang picik ; kepentingan pribadi ; keinginan untuk mempertahankan persahabatan yang terjalin sekarang.)
14. MENGUNGKIT PARADIGMA KEPERMUKAAN
Sebelum melangkah diperlukan satu keyakinan bahwa datangnya paradigma baru yang diungkapkan oleh pimpinan puncak berdasarkan analisis strategik dengan pola pemikiran “tidak ada yang permanen kecuali perubahan itu sendiri” maka ia mencoba mengkomunikasikan suara hati kepada orang lain untuk menjembatani kesejangan dari berpikir dengan paradigma lama ke paradigma baru untuk melakukan perubahan.
Seperti yang telah kita kemukakan didepan bahwa paradigma adalah situasi yang dapat berubah menjadi masalah karena adanya ketentuan baik yang kita dapatkan secara tertulis maupun tidak (kebiasaan) untuk melakukan pemecahan dengan disatu sisi membuat batasan-batasan dan disisi lain menunjukkan bagaimana kita bersikap dan berperilaku dalam batasan-batasan agar kita mampu berpikir ke arah penyelesaian masalah..
Dengan pemahaman itu, kita dapat mengungkit kapan paradigma itu muncul dan bagaimana kita bersikap atasnya, dengan memperhatikan gejala-gejala yang kita ungkapkan dibawah ini :
• Paradigma dapat bersifat umum dan atau khusus, sehingga kita mempunyai anggapan bukanlah sesuatu hal yang luar biasa artinya gejala itu ada sehingga kita dapat bersikap biasa saja, namun kita harus menaruh perhatian atasnya kalau tidak membawa jarak yang jauh atas akibat kesenjangan yang terjadi.
• Paradigma itu akan bergerak secara fungsional artinya sekelompok perilaku yang diharapkan dari suatu peran karena adanya tuntutan dari perubahan atas peran itu sendiri. Jangan dibiarkan akan melahirkan sikap yang menentang.
• Paradigma dapat juga menunjukkan suatu gejala yang tidak mungkin dapat kita robah menjadi mungkin karena adanya keyakinan bahwa apapun gelombang yang begitu dahsyat dapat kita menembus menjadi peluang.
• Paradigma dapat juga menunjukkan perlunya usaha-usaha untuk meningkatkan wawasan atau menjadi daya dorong seseorang untuk mengerakkan analisis strategis agar ia mampu berpikir tidak kedalam satu arah tapi mencari lebih dari satu jawaban
• Paradigma akan menunjukkan atas keberadaannya bukanlah sesuatu gejala yang harus diterima sebagai sesuatu yang pasti yang dapat mempengaruhi dalam cara pandang dalam melangkah pemberdayaan diri.
• Paradigma dapat juga menjadi kekuatan kepemimpinan dalam mengkomuni-kasikan suara hatinya dan mengubah perilaku sebagai kekuatan pertahanan strategis dalam melaksanakan perubahan.
• Paradigma dapat juga menjadi daya dorong untuk setiap orang termotivasi dalam menanggapi perubahan sehingga ia mampu menunjukkan kedalam pilihan paradigma yang sesuai dengan pandangannya dalam perubahan.
• Paradigma dapat juga menjadi petunjuk untuk meningkatkan pemahaman atas konsep kekuasaan, wewenang dan pemberdayaan dalam kerangka dalam mendaya gunakan peran-peran dalam keorganisasian.
15. KESIAPAN MENGHADAPI TANTANGAN
ABAD 21
Bagaimana kita sampai kepada suatu pemahaman tentang kesiapan menhadapi tantangan abad 21, terletak dari kemampuan kita menggerakkan otak agar kita bisa berpikir ke arah yang hendak dituju dari tidak tahu menjadi tahu, itulah
satu kekuatan seandainya anda menjadi pemimpin dengan kepemimpinannya.
Kepeimpinan adalah mempengaruhi orang lain, sehingga ia dipandang memiliki kapasitas untuk mentejemahkan pemikiran strategik, jangka panjang dan pendek untuk dikomunikasikan menjadi kenyataan. Oleh karena itu tidak ada batasan akan apa yang dapat dilakukan seseorang dengan pikiran mereka. Tidak ada rintangan yang tak dapat diatasi jika kita teguh dan percaya akan apa yang kita lakukan.
Dengan pemikiran diatas, maka di dasar tanggung jawab manusia adalah konsep yang dapat diterapkan sehingga menjadi dorongan untuk mencapainya, dengan alat pikir (kesadaran, kecerdasan dan akal) untuk menemukan jalan sehingga ada kemauan untuk mengikuti peta perjalanan tersebut.
Kesiapan menghadapi tantangan abad 21, memang perlu kita cermati agar kita dapat menjalankan apa yang kita harapkan masa kini dan masa depan, tapi usaha kita membangun masa depan sangat tergantung kemampuan kita dalam menganalisa pengalaman masa lampau dan masa kini, oleh karena itu bagaima-na peran anda untuk berpartisipasi dalam menghadapi tantangan abad 21 bila
anda tidak dapat menyingkap hal-hal yang disebutkan dibawah ini :
• Jauhkan rasa kebingungan anda untuk memanfaatkan informasi yang tersedia, dan jangan anda menutup pintu hati untuk tidak saling berbagi kepentingan.
• Jauhkan rasa kebingungan pribadi dalam memasuki perubahan, karena hal itu dapat mendorong anda menjadi orang yang masa bodoh, sehingga akan melibas kekuatan pikiran anda dalam memanfaatkan otak dengan maksimal.
• Jauhkan ketidak yakinan diri anda atas pelaksanaan perubahan yang dapat mempengaruhi jalan pikiran dalam ketidak mampuan untuk menguasai diri sendiri.
• Jauhkan pikiran anda dari pengaruh yang menginginkan suatu kepastian atas hasil dari perubahan tanpa anda menyadari kepentingan atas manfaat dari pelaksanaan pemberdayaan diri.
• Jauhkan pikiran anda bahwa wujud kerja sama bukanlah salah satu pondasi yang harus dibangun dengan melaksanakan kepemimpinan kolaborasi, tanpa memahami manfaat dengan dibangunnya pengelolaan partisipatif.
• Jauhkan pikiran anda yang mendorong untuk menciptakan status quo tanpa menatap masa depan dengan hanya memfokuskan masa kini dengan tanpa
usaha menumbuhkan kreativitas menjadi inovasi dalam melaksanakan perubahan-perubahan yang terjadi.
16. MODEL KESIAPAN MEMASUKI PERUBAHAN
Pada bagian ini kita mencoba untuk memahami apa yang harus kita lakukan dalam usaha agar kita dapat keluar dari penguasaan diri sendiri tanpa dikuasai orang lain. Untuk itu diperlukan satu model untuk menuntun setiap orang dapat memahami ungkapan “orang mendukung apa yang mereka bantu ciptakan, jadi libatkanlah mereka dalam perubahan perencanaan” karena disisi lain mereka juga menyadari pula arti ungkapan seperti “tidak ada yang salah dengan apa-apa dalam melaksanakan perubahan, jika itu mengarah pada yang benar”.
Dengan menyusun satu model kesiapan memasuki perubahan, dimulai dengan perencanaan skenario arti suatu metoda sebagai pendekatan untuk membayangkan dan menganalisa berbagai kemungkinan masa depan yang benar-benar dapat menuntun arah yang hendak dituju oleh organisasi tanpa mengabaikan masa kini dan masa lampau.
Proses itu akan mencakup langkah-langkah dari komite yang dibentuk khusus untuk masa depan sebagai berikut :
• Membangun kesamaan dalam pemahaman, tanpa melibatkan dalam menda- yagunakan peran-peran keorganisasian, maka sulit untuk menimbulkan motivasi dan efektivitas dapat mengoptimalkan potensi orang dalam organisasi. Dengan demikian diharapkan adanya pemahaman perencanaan skenario itu menjadi sangat berguna.
• Merumuskan cakupan kerangka skenario dan waktu yang terkait dengan isu-isu tantangan perubahan dalam abad 21 baik yang secara jelas telah mempengaruhi masa kini dan yang berdampak masa depan.
• Mengidentifikasikan secara rinci kecenderungan-kecenderungan dalam ke-hidupan aspek politik, hukum, ekonomi, teknologi, sosiologi, anthoprologi, budaya, keamanan dan ketahanan baik secara langsung maupun tidak langsung yang akan mempengaruhi status quo.
• Mengidentifikasikan kemungkinan-kemungkinan adanya fanktor-faktor yang sulit unuk diamati dan dianalisa tapi dalam waktu panjang memiliki dampak dalam kita mengelola msa depan.
• Susunlah skenario tentatip untuk menggambarkan situasi-situasi yang dapat menjadi masalah dan atau hambatan yang akan terjadi di masa depan dan sudah dirasakan
dampaknya masa kini, kedalam masalah kritis, pokok dan insidentil dari perubahan-perubahan lingkungan yang berkelanjutan dan mendorong semua pihak untuk memahami situasi-situasi tersebut agar selalu siap menghadapi tantangan tersebut.
• Mencoba untuk melaksanakan pembelajaran kedalam organisasi sebagai suatu langkah awal pemberdayaan terhadap masa kini dan diharapkan adanya partisipasi yang dapat melahirkan gagasan / ide baru dari pemanfaatan potensi energi karyawan sehingga melahirkan pemahaman yang lebih mendalam kedalam pemikir-pemikir masa depan.
• Berdasarkan pengalaman dari pembelajaran, maka disusunlah suatu skenario akhir yang telah dirumuskan oleh komite dengan mengungkap keseluruhan sesuai dengan kerangka kerja yang telah digariskan. Yang kesemuanya disajikan dalam satu pertemuan dengan melibatkan semua unsur yang ada dalam struktur formal. Setelah mendapatkan tanggapan disana sini, akhirnya perencanaan skenario diputuskan kedalam langkah-langkah aktivitas yang harus diikuti, ditindak lanjuti setiap ada permasalahan dalam pelaksanaan
MODEL KESIAPAN MEMASUKI PERUBAHAN
ABAD 21
Read Full Post »