Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘Bab I sambungan Mendewasakan Akhlak’ Category

                           BAB.  I   P E N D A H U L U A N

 1. Latar belakang penulisan

Dalam kehidupan berbangsa dan negara Indonesia, tak terbayangkan  daur hidup Negara dan Bangsa Indonesia berada pada posisi “Masa Ketuaan Birokrasi Menuju Kehancuran”, karena itu tidak heran bila bangsa ini hidup dengan tingkat kemiskinan yang tinggi.

Walaupun bumi Indonesia terkenal dengan kekayaan alamnya yang sangat melimpah atas karunia Allah Swt., tetapi mengapa bangsa Indonesia tidak memiliki peluang untuk merubah nasibnya. Kenyataan saat ini dalam kehidupan bahwa kesenjangan kehidupan betapa tingginya, yang kaya bertambah dan yang miskin bertambahnya jauh lebih besar.

Kemerdekaan selama 66 Tahun, tapi apa yang terjadi bahwa kehiduan dalam berbangsa dan bernegara dari waktu ke waktu tidaklah membawa kebebasan menjadi kebahagian melainkan penderitaan yang kita alami.

Bangsa ini di Pimpinan oleh manusia yang kepemimpinan penuh dengan topeng kepalsuan, antara sikap dan perilaku tidak sejalan dengan ucapannya. Oleh karena itu, tidak ada jalan keluar dari perbuatan pemimpin saat ini mampu meretas jalan menuju ke jati dirinya karena penyakit kehidupannya adalah buah dari amalannya yang buruk.

Dengan pikiran tersebut, suatu hal yang tidak dapat kita mungkiri bahwa hidup pemimpin dalam status sosial apapun dibentuk oleh pikiran pemimpin sendiri, sehingga kebahagian, kesengsaraan, kecemasan dan ketenangan pemimpin muncul dari dalam dirinya sendiri, sehingga pemimpin bangsa masa kini banyak diwarnai dalam kehidupan yang tidak mengagungkan dari kekuatan hasil pikiran ketaatan dan pikiran positif, maka disitu terletak setiap pemimpin memberi warna kehidupan yang mengagungkan pikiran maksiat dan pikiran negatif yang berdampak ketidakmampuan mendaur ulang jiwa dengan tingkat kesadaran yang paling rendah dimata Allah Swt.

Pemimpin pada semua tingkatan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk yang mengakuai KEPERCAYAAN (islam) dan KEYAKINAN (iman) tidak mampu memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan apa-apa yang terungkap dalam surat ayat dibawah ini :

QS. 30 : 41 “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

QS. 42 : 30” Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” 31)” Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindungpun dan tidak pula seorang penolong selain Allah.”

Jadi kepemimpinan dalam peran dan fungsinya tidak mampu memberikan keteladanan dalam kepercayaan dan keyakinan atas kehidupan berbangsa dan bernegara menjawab kegelisahan hidup , walaupun bangsa dipimpin oleh ummat mengakui islam dan beriman menjadi penuntun hidup mereka, tetapi sebaliknya ajaran-ajaran liberalisme dan individualisme yang dimbimbing oleh elit-elit (pemimpin bangsa telah menimbulkan ilusi kebebasan meluas dan merasuk ke dalam pribadi-pribadi masyarakat kita.

Sejalan dari kekuatan melawan kezaliman, maka dengan daya kemauan sangat perlu untuk memahami bagaimana manipulasi ilusi kebebasan berdampak menuntun manusia keluar dari kekuatan jiwa yang negatif, maka dapat kita bayangkan perubahan UUD 1945 (1) oktober 1999 ; 2) agustus 2000 ; 3) november 2001 ; 4) agustus 2002 dan perubahan terus di dorong berkelanjutan.

Mungkinkah pemimpin masa kini mengubah kehidupan berbangsa dan bernegara keluar dari musibah yang telah ditunjukkan oleh kebesaran Allah Swt. Kita meyakini musibah adalah satu bagian dari gambaran manusia, lihatlah daur hidup bangsa dan negara ini yang berada pada posisi yang sangat kritis, jadi bayangkan pula musibah kedatangannya tak diinginkan dan tak dinanti-nanti. Tetapi tak ada orang yang dapat menghalangi kedatangannya.

Lihatlah peristiwa dalam tahun 2011 dari seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara  yang telah memperlihatkan keburukun pemimpin ummat yang menciptakan penyakit dalam kemiskinan.

Bayangkan, apa yang terjadi dalam tahun 2114, bila kepemimpinan masa depan dengan pemimpin yang berlandaskan kekuatan kesadaran inderawi, sehingga dapat kita bayangkan penyakit dalam kemiskinan menjadi masalah yang sangat kritis untuk bangsa kita  bisa tumbuh dan berkembang dikarenakan sikap dan perilaku pemimpin bangsa kita sebagai agen untuk kepentingan pihak ketiga agar Bangsa Indonesia tidak bisa menyelesaikan penyakit kemiskinan.

Oleh karena itu, haruslah lahir pemimpin yang memiliki jiwa keteladanan dalam kepemimpinan dengan jiwa penuh damai tanpa topeng kepalsuan dalam menjalankan amalan lahir dan batin dengan kedewasaan akhlak.

2. Perubahan Pola Pikir Kepemimpinan yang ber-Akhlak kedalam Daur-Hidup.

Kebutuhan perubahan pola pikir haruslah ditempuh secara radikal, tidak mungkin lagi dari pandangan evolusi karena menerapkan suatu gagasan atau yang dicetuskan sebagai hasil penggalian pola pikir menjadi kepemimpinan yang penuh keteladanan merupakan daya dorong ntuk memasyarakatkan ide-ide baru untuk menjawab hal-hal yang terkait dengan proses di awal dan akhir pengambilan keputusan menjadi kebutuhan kepemimpinan untuk merubah pola pikir dari tingkat kesadaran yang paling rendah ke tingkat yang lebih tinggi sejalan dengan hidayah yang diberikan oleh Allah Swt.

Oleh karena itu, keteladanan kepemimpinan sebagai potensi yang terpendam harus mampu untuk menggalinya yang berbasiskan pola pikir yang mampu menuntun pemimpin dalam menjalankan amalan lahir dan batin yang sejalan dengan kebiasaan pikiran dalam ketaatan dan berpikir positif.

Pengalaman telah menunjukkan kepada kita betapa sulit pemimpin masa kini untuk berubah, seperti halnya yang diungkapkan oleh Koentjaraningrat dalam bukunya “kebudayaan mentalitet dan pembangunan” dan oleh Mohtar Lubis dalam bukunya “manusia indonesia-sebuah pertanggunganjawaban”.

Belajar dari apa-apa yang dituangkan dalam kedua buku diatas, memberikan daya dorong, dalam suata gagasan atau ide sebagai pendekatan dalam pola pikir untuk mendaur ulang jiwa kepemimpinan dalam kekuatan moral atau akhlak yang harus disadarkan.

Untuk merumuskan pendekatan perubahan sikap dan perilaku pemimpin masa depan dalam menjalankan amalan lahir dan batin, maka gagasan atau ide yang dituangkan disini bertolak dari pendekatan pemahaman atas unsur

kata dalam POLA PIKIR, KEPEMIMPINAN, AKHLAK dan DAUR HIDUP, menjadi satu kekuatan pikiran kedalam untaian kalimat yang bermakna sebagai landasan perubahan yang harus kita jalankan untuk meretas jalan menjadi diri sendiri sebagai pemimpin yang memiliki jiwa tanpa topeng kepalsuan, seperti yang terurai dibawah ini :

POLA PIKIR, bila diuraikan POLA menjadi (P)rinsip, (O)rganisir, (L)atihan, (A)ktualisasi, sedangkan PIKIR menjadi (P)embenaran, (I)ntelegensia, (K)ekuatan, (I)ntergrasi, (R)asional.

Bila dirumuskan menjadi untaian kalimat dari unsur huruf menjadi kata bermakna, maka POLA PIKIR adalah menjalankan (P)rinsip-prinsip dalam meng(O)rganisir daya kekuatan pikiran ke dalam konsepsi dimana (L)atihan menjadi (A)ktualisasi membentuk wujud (P)embenaran dengan pemanfaatan (I)ntelegensia sebagai suatu (K)ekuatan yang DI (I)ntergrasikan secara  (R)asional.

KEPEMIMPINAN, bila diuraikan menjadi (K)apabilitas, (E)ksekutif, (P)emberdayaan, (E)mosional, (M)empengaruhi, (I)nterpersonal, (M)emotivasi, (P)erilaku, (I)ntensitas, (Nalar, (A)kal, (N)aluri.

Bila dirumuskan menjadi untaian kalimat dari unsur huruf menjadi kata bermakna, maka KEPEMIMPINAN adalah (K)apabilitas dari seorang (E)ksukitif untuk melaksanakan (P)emberdayaan (E)mosional sebagai daya dorong berpikir untuk (M)empengaruhi hubungan (I)nterpersonal dalam usaha untuk (M)emotivasi  gaya (P)erilaku pada tingkat (I)ntensitas pada kemampuan (N)alar yang sejalan dengan (A)kal dan (N)aluri.

AKHLAK, bila diuraikan menjadi (A)malan, (K)ebiasaan, (H)idup, (A)gama , (K)ebenaran.

Bila dirumuskan menjadi untaian kalimat dari unsur huruf menjadi kata bermakna, maka AKHLAK adalah melaksanakan (A)malan lahir dan batin menjadi (K)ebiasaan dalam (H)idup berlandaskan (A)gama dalam mewujudkan (K)ebenaran.

DAUR HIDUP, bila diuraikan menjadi (D)aya, (A)ksi, (U)mur, (R ) asional, (H)ijerah, (I)nsyaf, (D)urhaka, (U)saha, (P)ahala

Bila dirumuskan menjadi untaian kalimat dari unsur huruf menjadi kata bermakna, maka DAUR HIDUP adalah meningkatkan (D)aya kemauan yang kuat dalam melaksanakan (A)ksi untuk mempertahankan (U)mur secara (R ) asional dalam menuntun ke arah (H)ijerah  dari perbuatan yang salah menuju ke jalan yang benar sesuai dengan aturan dan perintahNYA, maka manusia berusaha menghayati arti hidup dengan (I)nsyaf dalam menebus dosa  dengan bertaubat ebagai manusia seutuhnya menuju ke sucian hati untuk tidak termasuk golongan orang (D)urhaka ehingga diperlukan membangun kebiasaan kedalam (U)saha untuk mewujudkan (P)ahala yang di anugerah oleh Allah Swt.

Bertitik tolak dari pendekatan rumusan kata-kata yang diungkapkan diatas sebagai suatu gagasan atau ide untuk mendorong setiap pemain peran dalam menjalankan fungsi, tugas dan kerja sangat dipengaruhi oleh daya kemauan yang kuat untuk menjadikan kebiasaan kedalam keinginan untuk membentuk perubahan sejalanan dengan kepercayaan dan keyakinan kedalam pola pikir kepemimpinan yang berakhlak kedalam daur hidup yang senantiasa berusaha mendekatkan diri sebagai manusia yang mengakui yang diciptakan dari kebesaran Allah Swt sehingga menjadi khalifah di bumi.

3. Mendewasakan Pola Pikir

Bertolak dari pemahaman unsur kata dalam “Pola Pikir”, yang telah kita rumuskan, maka renungkan apa-apa yang terungkap dalam Surat dan Ayat dibawah ini sebagai „PRINSIP-PRINSIP“ dalam perjalanan hidup ini sbb:

QS. 38 : 26“ Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.

QS. 5 : 42“ Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram. Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), maka putuskanlah (perkara itu) di antara mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikitpun. Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) di antara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.”

QS. 5 : 49” dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.

QS. 4 : 58” Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

QS. 4 : 80” Barangsiapa yang menta`ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta`ati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari keta`atan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.

QS. 4 : 65” Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.

Dengan 7 M (membaca, menterjemahkan, meneliti, mengkaji, menghayati, memahami, mengamalkan), kita belajar untuk mendewasakan kedewasaan berpikir, dari apa-apa yang tertuang dalam surat dan ayat diatas agar kita mampu mengetuk dinding jiwa  kearah yang mampu memberikan sinar cahaya kedalam hati yang bersih.

Oleh karena itu, gerakkan dalam kemampuan meng (O)rganisir daya  kekuatan pikiran ke dalam konsepsi dimana (L)atihan menjadi (A)ktualisasi membentuk wujud (P)embenaran dengan pemanfaatan (I)ntelegensia sebagai suatu (K)ekuatan yang di (I)ntergrasikan secara  (R)asional, maka disitu terletak ruang untuk menemukan jati diri dengan berpegang kepada prinsip-prinsip yang menjadi pondasi kepercayaan dan keyakinan yang terus kita dewasakan dalam menuju perjalanan hidup abadi.

4. Mendewasakan Kepemimpinan

Kita selalu membayang untuk memulai hidup baru, oleh karena itu ingatlah selalu untuk mengungkit daya ingat bahwa hidup kita dibentuk oleh pikiran anda sendiri, sehingga berpikir keinginantahuan dalam usaha-usaha untuk mengetuk benih-benih jiwa menjadi satu kekuatan untuk mendorong daya kemauan dalam mendewasakan kepemimpinan, pahamilah ungkapan dalam surat dan ayat dibawh ini :

QS. 20 : 124“ Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”.

Bertolak dari peringatan yang diungkapkan diatas, maka sejalan dengan pikiran untuk mendewasakan kepmimpinan yang diridhoi Allah Swt, maka pemikiran untuk memulai hidup baru, tegakkan benih jiwa atas dasar kepercayaan dan keyakinan, dengan mengingat ungkapan dalam surat dan ayat dibawah ini

QS. 6 : 44“ Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyongkonyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.“

Jadi dengan mendewasakan kepemimpinan sebagai manusia yang bertaubat yang akan mampu mengambil manfaat dari keadaan sekitarnya sambil menjaga ciri khas dirinya. Jika kita bisa membayangkan dalam pikiran seperti ibarat benih-benih bunga yang ditanam, kemudian tumbuh ketas sang surya dengan baunya yang harum semerbak, walaupun tanah lumpur berbau dan air yang keruh kini telah beralihmenjadi suatu warna yang menarik dan bau yang harum.

Sejalan dengan pikiran diatas, maka dengan mendewasakan kepemimpinan ia dapat memulai hidup barunya dengan taubat yang ikhlas, niat yang lurus dan ketundukan pada Allah Swt., maka renungkan apa-apa yang tertuang dalam surat dan ayat dibawah ini :

QS. 2 : 38“ Kami berfirman: “Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.

QS. 3 : 104“ Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.“

QS. 7 : 71“ Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma`ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.“

Dari apa-apa yang kita utarakan mendewasakan pikiran diatas berarti kita mampu mengungkit pikiran bagaikan tanaman. Kita harus memelihara, menyirami bahkan jika diperlukan kita harus memangkasnya. Jiwa pikiran kita seperti ladang yang subur. Semuanya terletak dari hasil pikiran ketataan dan pikiran positif, yang mampu menuntun kedewasaan kepemimpinan dalam mewujudkan (K)apabilitas dari seorang (E)ksukitif untuk melaksanakan (P)emberdayaan (E)mosional sebagai daya dorong berpikir untuk (M)empengaruhi hubungan (I)nterpersonal dalam usaha untuk (M)emotivasi  gaya (P)erilaku pada tingkat (I)ntensitas pada kemampuan (N)alar yang sejalan dengan (A)kal dan (N)aluri.

5. Mendewasakan Akhlak

Akhlak merupakan sisten nilai yang sesuai dengan ajaran yang dianut oleh manusia yang sejalan dengan kepercayaan dan keyakinan yang dapat menuntun manusia dalam bersikap dan berperilaku  Oleh karena itu, dalam Islam maka sistem yang dimaksud adalah Al Qur’an dan Sunnah Rasul sebagai sumber nilainya.

Sejalan dengan pikiran diatas, maka apa yang dirumukan dari untaian kalimat dari unsur huruf menjadi kata bermakna, maka AKHLAK adalah melaksanakan (A)malan lahir dan batin menjadi (K)ebiasaan dalam (H)idup berlandaskan (A)gama dalam mewujudkan (K)ebenaran.

Jadi akhlak yang menuntun dan membentuk kepibadian individu manusia sehingga setiap individu berbeda dari orang lain, oleh karena itu seberapa jauh seseorang dapat berakhlak dengan kepibadian sesuai dengan tuntunan Allah Swt., tergantung yang berangkutan mengangkat derajatnya di mata Allah.

Mengenai dasar-dasar akhlak dapat kita ketemukan dalam Al Qur’an pada surat-surat S.Q. 7 : 199, 200, 201 ; 2 :109 ; 3 : 134, 159 ; 4 : 149 ; 5 :13. Dibawah ini kita ungkapkan surat dan ayat yang dimaksud sebagai berikut :

S.Q. 7 : 199 “Jadilah engkau pema`af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma`ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.”

S.Q. 7 : 200 “Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

S.Q. 7 :201 “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.

S.Q. 2 : 109 “Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran.

Maka ma`afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

S.Q.  3 : 134 “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

S.Q. 3 : 159 “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

Dari contoh surat dan ayat yang kita ungkapkan diatas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa bimbingan yang diberikan Islam merupakan pendekatan yang paling luhur dan paling berharga yang dapat menuntun akhlak dengan kepribadian yang luhur sehingga dapat dalam bersikap dan berperilaku sesuai dengan fitrah dan bakat untuk memanfaatkan hikmah berpikir ke jalan Allah SWT.

Selanjutnya marilah kita menyimak makna amalan lahir dan batin. Dalam Ajaran agama islam, mengajarkan bahwa seseorang mengaku memeluk islam wajib menjalankan syariat yang menyeluruh persoalan hidup lahir dan batin.

Allah SWT telah menggariskan bahwa amalan-amalan lahir yang disebut dengan syariat lahir adalah untuk diamalkan oleh jasad lahir, sedangkan amalan-amalan batin yang disebut dengan syariat batin atau hakikat adalah untuk diamalkan oleh jasad batin (roh).

Kedua syariat itu wajib dilaksanakan serentak dalam menjalankan hidup di dunia dan keselamatan di akherat dalam satu masa di semua waktu dan keadaan. Keduanya memiliki sifat saling ketergantungan, ibarat buah (kulit dan isi) bahwa disatu sisi memperlihatkan lahir (isi) dan disisi lain memperlihatkan batin (kulit), baru memiliki makna dan penting bila saling membutuhkan. Manusia lebih menekankan isi karena bisa dimakan, sebaliknya Allah SWT menekankan kulit karena isi buah tanpa kulit akan membusuk, tapi tidak berarti isi menjadi tidak penting.

Amalan lahir mencakup, amalan Hablumminallah yaitu amalan yang terkait dengan persoalan ibadah seperti sembahyang, puasa, zakat, haji, dan sebagainya, dan amalan Hab-lummnannas yaitu amalan-amalan lahir kita seperti perkawinan, jual beli dalam perdagangan dan sebagainya.

Amalan batin (hakikat) yang diperintahkan Allah SWT kepada umat-Nya mencakup amalan batin yang terkait dalam akhlak dengan Allah sperti untuk mengenal Allah dengan keyakinan dan kebulatan hati,  merasa selalu diawasi oleh Allah, mensyukuri nikmat pemberian Allah dan sebagainya, dan amalan batin yang terkait dalam akhlak dengan manusia seperti baik sangka kepada orang islam, bertolak ansur kepadanya, memaafkan kesalahannya dan sebagainya.

Realita menunjukkan kepada kita betapa sulit amalan batin untuk dilaksanakan seperti kebaikan dan sabar, begitu juga amalan lahir seperti menjalankan shalat dan puasa.

Tetapi lain halnya bila orang islam yang khusuk dalam perbuatannya yang secara berkelanjutan selalu bermimpi untuk mendewasakan akhlak seperti ia selalu diawasi oleh Allah dan dekat kepada-Nya. Kenyataan ini dapat juga mengingatkan kepada kita dari kedua amalan itu lebih memberatkan kepada amalan batin, hal ini berarti dengan rasa khusyuk kita meyakini benar atas keberadaan Allah SWT, dengan itu kita dapat melawan nafsu amarah sehingga kita dapat membedakan perbuatan baik atau buruk dalam suatu situasi seperti bila kyai dipertuhankan, lebih-lebih ia menjadi seorang pemimpin

6. Mendewasakan Daur Hidup

Mendewasakan daur hidup terkait dengan pikiran selamat hidup di dunia dan akherat adalah suatu usaha mendewasakan secara berkesinambungan dari masa umur yang sejalan dengan semua perbuatan yang menuju kecintaan kepada Alah Swt., oleh karena itu wujudkan gerakan untuk berpikir tentang karunia-Nya melalui proses peningkatan amalan batin.

Membicarakan tentang daur hidup akan terkait dengan kita merenungkan untuk berpikir tentang karunia-Nya maka terlintas dalam pikiran untuk mengetahui tentang masa umur, dalam hal ini seperti yang terungkap dalam buku”Renungan tentang Umur manusia” oleh Allamanah Sayyid Addullah Haddad dimana didalam buku tersebut, ia mngungkapkan dari Ibnul Jauzi telah membagi umur itu menjadi lima masa :

1) Masa kanak-kanak ; sejak dilahirkan mencapai umur 15 tahun ;

2) Masa muda ; dari umur 15 tahun hingga umur 35 tahun ;

3) Masa dewasa ; dari umur 35 tahun hingga umur 50 tahun ;

4) Masa tua ; dari umur 50 tahun hingga umur 70 tahun

5) Masa usia-lanjut  ; dari umur 70 tahun hingga akhir umur yang dikarunia

oleh Allah.

Bertitik dari ungkapan diatas, ungkitkanlah daya kemuauan yang kuat untuk memikirkan makna DAUR HIDUP adalah meningkatkan (D)aya kemauan yang kuat dalam melaksanakan (A)ksi untuk mempertahankan (U)mur secara (R ) asional dalam menuntun ke arah (H)ijerah  dari perbuatan yang salah menuju ke jalan yang benar sesuai dengan aturan dan perintahNYA, maka manusia berusaha menghayati arti hidup dengan (I)nsyaf dalam menebus dosa  dengan bertaubat ebagai manusia seutuhnya menuju ke sucian hati untuk tidak termasuk golongan orang (D)urhaka ehingga diperlukan membangun kebiasaan kedalam (U)saha untuk mewujudkan (P)ahala yang di anugerah oleh Allah Swt.

Sejalan dengan pemahaman makna daur hidup diatas, maka dengan merenung tentang umur dalam daur hidup, tak lain untuk mengingatkan kita dalam menempuh perjalanan hidup ini bahwa kita harus pejemput maut pasti datang., hanya kita tidak tahu kapan datangnya. Rasulullah saw. Diwafatkan oleh Allah Swt. Yaitu dalam usia 63 tahun menurut riwayat yang shaih. Apa artinya bagi kita termasuk sebagai penguasa tak lain ingatlah dengan pesan Rasulullah saw. Bahwa :

“Rebutlah lima peluang sebelum terjadi lima perkara : Masa mudamu sbelum tiba masa tua ; Masa sehatmu sebelum tiba masa sakit ; Masa lapangmu sebelum tiba masa sibuk ; Masa kayamu sebelum tiba masa papa ; dan Masa hidupmu sebelum tiba ajalmu” (H.R. Al-Hakim Baihagi, Ibnu Abi’ddunia Ibnul – Mubarak)

Selanjutnya beliau bersabda bahwa : “Takkan tergeser  kedua kaki manusia pada hari kiamat sampai selesai  ditanya tentang empat perkara :

1) Tentang umurnya, untuk apa dihabiskan ;

2) Tentang masa mudanya, untuk apa dipergunakan ;

3) Tentang hatanya, dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan :

4) Tentang ilmunya, apa yang sudah diperbuat dengannya

(H.R. Tirmidzi)

Dengan memikirkan hal-hal yang kita ungkapkan diatas, semoga ada motivasi kita untuk lebih mengenal tentang diri kita dengan pendekatan 7 M,

apa-apa yang tertuang dalam QS. 45 : 37“ Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan”. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.“

Dengan mndalami apa-apa yang terungkap diatas, bangkitkan cahaya hati ini melalui kekuatan benih jiwa dalam menempuh perjalanan hidup untuk dunia dan akherat melalui tahapan peningkatan kedewasaan kecintaan kita kepada Allah Swt., hanya dengan itulah kita akan selalu ingat bahwa maut pasti datang dan oleh karena itu persiapkan dirimu dengan melihat masa umur kita dengan berpikir, bekerja dan belajar sepanjang hidup ini, disitulah terletak kemampuanmu untuk memanfaatkan unsur jiwa berupa kesadaran, kecerdasan dan akal untuk berpikir baik secara metodis (otak dan hati) dan non-metodis (hati) yang ada dalam otakmu untuk amalan lahir (syariat lahir disebut syariat diamalkan oleh jasad lahir) dan amalan batin (syariat batin disebut hakikat diamalkan oleh jasad batin atau roh)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Read Full Post »