MEMBANGUN AKHLAK / MORALDENGAN MEMAHAMI UNSUR KATA BERMAKNA
MENJADI PENGETUK DINDING JIWA
BAGIAN I A-J
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………. 4
1. PENDAHULUAN …………………………………………………………….. 6
2. KATA AMANAH …………………………………………………………… 7
3. KATA AMPUNAN ………………………………………………………… 12
4. KATA ANIAYA ……………………………………………………………. 18
5. KATA ANGKUH ………………………………………………………….. 23
6. BERKATA BENAR DAN JUJUR ………………………………….. 27
7. BERZINA ……………………………………………………………………… 30
8. BOROS …………………………………………………………………………. 33
9. BENCI ………………………………………………………………………….. 34
10. BUNUH DIRI ……………………………………………………………… 37
11. BALAS DENDAM ………………………………………………………. 40
12. BERBATAH-BANTAHAN …………………………………………. 44
13. CITA-CITA ……………………………………………………………….. 49
14. DENGKI ……………………………………………………………………. 50
15. DUSTA ……………………………………………………. 55
16. ENGGAN ………………………………………………….. 62
17. EGOIS, KIKIR ……………………………………………. 70
18. EJEKAN / OLOKAN ……………………………………… 75
19. FAKIR MISKIN …………………………………………… 78
20. HIKMAH …………………………………………………… 88
21. HATI ……………………………………………………….. 96
22. HIRAUAN …………………………………………………. 113
23. IRI HATI ……………………………………………………………………. 115
24. JIWA …………………………………………………………………………. 116
25. JIWA KEDAMAIAN …………………………………………………. 129
26. JUDI …………………………………………………………………………. 131
KATA PENGANTAR
Mengetuk dinding jiwa dengan harapan agar kita selalu mampu menemukan jati diri sebenarnya, maka disitu terletak kemampuan manusia untuk dapat merenungkan dalam bersikap dan berperilaku yang sejalan dengan ungkapan seperti „Bertindak dengan nafsu sama dengan berlayar ke lautan di waktu badai dan topan sedang mengamuk“, dengan begitu kita akan sadar pentingnya membangun kekuatan kemauan yang kuat, maka disitu pula kita sadar membangun kebiasaan yang produktif untuk menuntun kekuatan jiwa yang bersih.
Jadi kehidupan manusia adalah sebagai jalannya matahari : Pertama kita membayangkan terbit matahari sama dengan bayi lahir, minta asuhan ; Kedua matahari naik sama dengan zaman anak-anak penting pendidikan ; Ketiga tengah hari sama dengan zaman pemuda, hendaklah kuat belajar ; Keempat matahari telah mulai turun sama dengan zaman dewasa, sehatkan ekonomi ; Kelima hampir terbenam matahari sama dengan zaman tua, menunggu maut.
Oleh karena itu, bercerminlah, sebab dengan begitu engkau akan lebih mudah sadar. Sebab kelemahanmu, kekuranganmu, aib dan sifat-sifat burukmu amatlah banyak. Namun karena dia menutupinya dari pandanganmu dan pandangan makhluk-Nya engkau tidak menjadi rendah diri.
Jadi waspadailah dirimu saat ketaatan sedang meliputimu. Sebab godaannya sering kali begitu besar, sehingga kuatkan kebiasaan yang digerakkan oleh kemauanmu yang kuat agar kamu berpegang pada nurani, jangan pada naluri sehingga dengan kebiasaan bagaimana engkau mengelola jiwamu dengan kesadaran, kecerdasan dan akal dapat menuntun sikap dan perilakumu.
Bertitik tolak dengan pemikiran diatas, maka „membangun akhlak / moral“ merupakan pondasi dalam kita melangkah agar kita selalu mengagungkan Allah sebagai sahabat sejatimu, dengan begitu kita akan mampu membentuk ingatan yang kuat agar kekuatan pikiran menjadi terang berdasarkan kemampuan kita memahami makna kata dengan pendekatan sbb. :
Pertama, apa yang kami sebut melalui pendekatan menguraikan unsur dalam kata menjadi untaian kalimat yang bermakna ;
Kedua, mendalami kata dengan pendekatan 7M artinya belajar dengan (M)embaca, (M)enterjemahkan, (M)eneliti, (M)engkaji, (M)enghayati, (M)emahami dan (M)engamalkan).
Kedua pendekatan tersebut sering kami manfaatkan untuk menggerakkan kekuatan „OTAK“ (Orang, Tawakal, Amanah, Kerja) dari sudut bathin, dengan begitu kita akan berpikir baik secara sadar (metodis) dengan otak dan hati maupun tidak sadar (non-metodis) dengan hati.
Dengan demikian, pendekatan tersebut memberikan daya dorong untuk mengetuk dinding jiwa dalam proses berpikir biasa, logis, ilimiah, filsafat dan theologis, maka disitu terletak kemampuan kita berpikir untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui, dalam usaha mencari kebenaran, sehingga manusia berpikir.
1. PENDAHULUAN
Bila kita merenung sejenak untuk memanfaatkan kemampuan kita berpikir dalam menemukan diri menuju ke perjalanan hidup ini, maka kita harus berusaha menemukan tentang diri kita melalui suatu pendekatan yang kita sebut dengan menghayati makna huruf dalam kata sebagai daya dorong untuk membangun diri menuju perjalanan hidup yang abadi.
Dengan membangun kebiasaan yang produktif tersebut, kita menarik satu kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan kita mengenal tentang diri, agar kita mampu dapat menuntun dalam bersikap dan berperilaku sesuai dengan tuntunan ajaran agama yang mendidik manusia yang memiliki moral / akhlak sebagai suatu pondasi yang sangat menentukan dalam proses dalam menuntun hati yang selalu disinari jiwa yang bersih.
Oleh karena itu hanya dengan membangun kebiasaan yang produktif, kita mampu mengendalikan pemanfaatan harta, nafsu, syahwat dan pangkat duniawi kedalam ruang dan waktu dalam menumbuh kembangkan ke dalam hati yang ditopang oleh kekuatan jiwa agar kita mampu meningkatkan arti kesadaran, kecrdasan dan akal sebagai alat berpikir dalam diri manusia.
Tingkat kedewasaan berpikir hanya dapat ditingkatkan bila kita menghayati sepenuhnya keinginan ingin tahu yang mendalam makna kata sebagai daya dorong agar kita selalu meyakini bahwa dalam bersikap dan berperilaku kita selalu diawasi oleh Allah Swt.
Dengan cara begitu pikiran kita akan dibawa ke alam yang penuh keyakinan bahwa kita diciptakan oleh Allah Swt sebagai mahkluk yang paling mulia disisinya, oleh karena itu kita harus menyadari arti sepenuhnya keberadaan kita di dunia untuk tujuan bahagia di dunia dan akherat. Hal tersebut hanya dapat dicapai bila kita setiap waktu mampu memanfaatkan kemampuan berpikir dalam usaha untuk mensucikan hati agar kita selalu diingatkan untuk mengetahui diri kita.
Sejalan dengan pemikiran diatas, maka kebiasaan pikiran harus mampu secara berkelanjutan untuk meningkatkan kedewaan berpikir kedalam rohaniah, sosial, emosional dan intelektual dalam kerangka medalami secara mendalami unsur kata yang bermakna untuk menjadi pendorong dalam membangun akhlak / moral yang tergambarkan dalam jati diri manusia.
2. KATA AMANAH
Untuk menghayati apa yang diajarkan dalam Al Qur’an mengenai kata amanah sebagai salah satu landasan untuk meningkatkan ahklak / moral dalam kehidupan kita, dapat kit baca dalam surat dan ayat dibawah ini :
SQ. 2 : 283 “ Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu`amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
S.Q. 4 : 58 “ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
S.Q. 8 : 27 “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.
SQ. 23 : 8” Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya,
SQ. 33 : 72 “ Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,
SQ. 70 : 32” Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
Apa yang dapat kita petik dari surat dan ayat yang kita ungkapkan diatas, mengingatkan kepada kita pentingnya kita menghayati makna amanah yang terungkapkan didalam surat dan ayat tersebut untuk menjadi sumber penggerak pikiran kita mengenai :
- Kesaksian dalam mu’amalah.
- Dasar-dasar pemerintahan
- Larangan berkhianat dan faedah bertakwa.
- Tujuh buah sifat yang menjadaikan orang-orang mu’min beruntung
- Segi kezaliman dan kebodohan manusia ialah mau menerima tugas tetapi tidak melaksanakannya.
- Ajaran islam untuk mengatasi sifat-sifat yang jelek pada manusia.
Jadi dengan memahami ungkapan diatas, manusia seharusnya menyadari arti keberadaannya didunia sebagai mahkluk yang paling mulia disisi Allah Swt. Dengan pemahaman itu sudah seharusnya manusia harus pula menyadari untuk terus meningkatkan pemahaman tentang dirinya.
Sejalan dengan pemikiran diatas, maka dibawah ini kita mencoba untuk menyadarkan agar kita tunduk seperti yang diperintahkan, tapi yang menjadi persoalan kita, bagaimana caranya agar kita selalu dapat mengingatkan diri ini agar gerakan berpikir menuju ke satu arah amanah yang telah dibebankan kepada manusia. Untuk kebutuhan itu marilah kita mencoba untuk terus mempengaruhi dalam proses berpikir dengan menghayati makna hururuf menjadi kata bermakna sebagai berikut :
Kata AMANAH, bila diuraikan dari sisi huruf menjadi kata bermakna yaitu (A)Mal ;(M) anusia ;(A) kal ; (N) afsu ; (A) jal ; (H) ihup, maka bila kita renungkan makna kata tersebut memberikan daya dorong dalam proses berpikir agar sikap dan perilaku kita tertuntun dalam usaha menyadarkan tentang keberadaan diri kita dibumi ini.
Marilah kita mencoba untuk mengingatkan kembali dalam ingatan kita mengenai kata-kata tersebut seperti yang tertuang dalam surat dan ayat :
AMAL, tertuang diantaranya dalam Al Qur’an :
Amal yang menentukan derajat manusia dalam S.Q. 6 : 132 “Dan masing-masing orang memperoleh derjat-derjat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”
Dengan amal dapat dicapai kemenangan akhirat dalam S.Q. 37 : 61 “Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja.
Setiap amal dicatat Malaikat dalam S.Q. 78 : 29 “dan segala sesuatu telah Kami catat dalam suatu kitab.”
MANUSIA, tertuang diantaranya dalam Al Qur’an :
Manusia amat diperhatikan Allah dalam S.Q. 55 : 31 “Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti rumput-rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang.
Manusia diistimwakan Allah dalam S.Q. 17 : 70 “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
AKAL, tertuang diantaranya dalam Al Qur’an :
Agar kalian menggunakan akal dalam S.Q. 2 : 73, 242 “Lalu Kami berfirman: “Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu!” Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti “
“Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya (hukum-hukum-Nya) supaya kamu memahaminya.
Hanya orang berakal yang dapat mengambil pelajaran dalam S.Q. 14 : 52 “(Al Qur’an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.”
NAFSU, tertuang diantaranya dalam Al Qur’an :
S.Q. 2 : 87 “Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mu`jizat) kepada `Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul-Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu angkuh; maka beberapa orang (di antara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh?
Allah mengunci hati orang yang menuruti nafsu dalam S.Q. 45 : 23 “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
AJAL, tertuang diantaranya dalam Al Qur’an:
S.Q. 3 : 145 “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.
S.Q. 6 : 2 “Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).
Sampai ajal tiba, tetap menyembah Allah dalam S.Q. 15 : 99 “dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).
HIDUP, tertuang diantaranya dalam Al Qur’an :
Hidup sebagai ujian / cobaan dalam S.Q. 67 : 2 “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Hanya hidup di dunia yang dipercayai dalam S.Q. 6 : 29 “Dan tentu mereka akan mengatakan (pula): “Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja, dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan”.
Allah menghidupkan dan mematikan dalam S.Q. 2 : 28 “Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?
KESIMPULAN :
Dengan menghayati kata yang bermakna dari huruf yang kita utarakan diatas diharapkan akan selalu mengingatkan kita dalam menuju perjalanan hidup yang abadi, maka disitu terletak keinginan kita untuk meningkatkan arti penting untuk selalu mengingat dalam kita bersikap dan berperilaku yang akan selalu didorong oleh pikiran-pikiran ke jalan yang selalu diridhoi oleh Allah Swt.
Jadi bila kita mengingat huruf dalam kata AMANAH berarti pula kita akan selalu ingat untuk menghayati tentang pemahaman kita menuju perjalanan hidup abadi dengan meningkatkan makna Akhlak kedalam diri kita dalam bersikap dan berperilaku karena ia akan selalu memancarkan cahaya dalam mewujudkan kesucian hati.
Ingatlah selalu bahwa untaian kalimat dari huruf menjadi kata bermakna mengenai AMANAH sebagai berikut : “ Melaksanakan (A)MAL oleh (M)ANUSIA dengan memanfaatkan (A)KAL yang sehat dalam proses berpikir agar mampu menahan hawa (N)AFSU agar kita mampu menerima (A)JAL secara ikhlas setelah kita dipanggil oleh Allah Swt maka (H)IDUP ini perlu kita pertanggung jawabkan“
Dengan mengingat-ingat kata tersebut kita akan berusaha pula untuk mempelajari khasanah ilmu yang dituangkan didalam Al Qur’an yang begitu banyak surat dan ayat yang dapat menuntun kepribadian kita menjadi manusia yang diciptakan oleh Allah Swt yang memiliki Akhlak.
Oleh karena itu, tekad untuk mendidik jiwa, sangat tergantung kepada manusia yang mengerti arti keberadaannya hidup dinuia sehingga ia dapat menangkap sebuah peringatan untuk menjauhkan jiwa dari tempat maksiat.
3. KATA AMPUNAN
Untuk menghayati apa yang diajarkan dalam Al Qur’an mengenai kata amanah sebagai salah satu landasan untuk meningkatkan ahklak / moral dalam kehidupan kita, dapat kit baca dalam surat dan ayat dibawah ini :
SQ. 3 : 159” Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
SQ. 4 : 27“ Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran). – 28“ Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.
SQ. 4 : 98” kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah), – 99“ mereka itu, mudah-mudahan Allah mema`afkannya. Dan adalah Allah Maha Pema`af lagi Maha Pengampun.
SQ. 7 : 199”Jadilah engkau pema`af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma`ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.
SQ. 11 : 11” kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar.
SQ. 39 : 24“ Maka apakah orang-orang yang menoleh dengan mukanya menghindari azab yang buruk pada hari kiamat (sama dengan orang mu’min yang tidak kena azab)? Dan dikatakan kepada orang-orang yang zalim: “Rasakanlah olehmu balasan apa yang telah kamu kerjakan”.
SQ. 53 : 32“ (Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunanNya. Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan) mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.
SQ. 64 : 14” Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Untuk menghayati apa yang diajarkan dalam Al Qur’an mengenai kata AMPUNAN sebagai salah satu landasan untuk meningkatkan ahklak / moral dalam kehidupan kita, dapat kita baca dalam surat dan ayat seperti yang terungkap dibawah ini :
SQ. 3 : 159 “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
SQ. 4 : 27“ Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).
–28“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.
SQ. 7 : 199 “Jadilah engkau pema`af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma`ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.
SQ. 11 : 11 “kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar.
SQ. 39 : 24 “Maka apakah orang-orang yang menoleh dengan mukanya menghindari azab yang buruk pada hari kiamat (sama dengan orang mu’min yang tidak kena azab)? Dan dikatakan kepada orang-orang yang zalim: “Rasakanlah olehmu balasan apa yang telah kamu kerjakan”.
SQ. 53 : 32 “(Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunanNya. Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan) mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.
SQ. 64 : 16 “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta ta`atlah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Dengan memahami makna ampunan seperti yang diajarkan dalam Al Qur’an diantara surat dan ayat tersebut diatas, maka kita lebih meyakini lagi bahwa usaha untuk menghadapi jika rasa sedih, gundah, gelisah dan rasa malumu akan muncul dihadapan kita yang disebut dengan murka Allah Swt dan cinta Allah Swt kepada dirimu.
Untuk itulah kita harus terus mengasyah jiwa dengan memahami yang lebih medalam apa-apa yang diajarkan mengenai
- Sifat akhlak Nabi yang harus kita teladani.
- Mampu mengendalikan hawa nafsu
- Memahami dasar-dasar al-akhlaqul karimah.
- Memahmi perbedaan sifat orang-orang kafir dan sifat orang mu’mim.
- Menjauhi dosa besar dan mendapat ampunan dari Allah
- Hati-hatilah terhadap kehidupan duniawi.
Dengam menyelami makna ampunan yang kita ungkapkan diatas, maka diharapkan ia dapat menyirami kesucian hati sebagai landasan agar kita dalam bersikap dan berperilaku didasarkan adanya kemampuan kita memanfaatkan pikiran ke jalan yang benar.
Sejalan dengan pemikiran itu, untuk menumbuhkan kembangkan kesadaran kita yang lebih mendalam dan menghayati makna ampunan agar dapat kita aktualisasikan dalam kehidupan, diperlukan pula satu pemikiran yang menggerahkan proses kemampuan berpikir menuju kearah peningkatan akhlak.
Kata AMPUNAN, bila diuraikan dari sisi huruf menjadi kata bermakna yaitu (A) kal ;(M) anusia ;(P) atuh ; (U) saha ; (N) asehat ; (A) gama ; (N) eraka. Bila kita renungkan makna kata tersebut memberikan daya dorong dalam proses berpikir agar sikap dan perilaku kita tertuntun dalam usaha menyadarkan tentang keberadaan diri kita.
AKAL, surat dan ayat lain yang tertuang dalam Al Qur’an diantaranya :
Kepada orang yang menggunakan akal, Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya S.Q. 30 : 28 “Dia membuat perumpamaan untuk kamu dari dirimu sendiri. Apakah ada diantara hamba-sahaya yang dimiliki oleh tangan kananmu, sekutu bagimu dalam (memiliki) rezki yang telah Kami berikan kepadamu; maka kamu sama dengan mereka dalam (hak mempergunakan) rezki itu, kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu takut kepada dirimu sendiri? Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang berakal.
Sikap orang berakal S.Q. 39 : 17 – 18 “Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku”
“yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.”
MANUSIA, surat dan ayat lain yang tertuang dalam Al Qur’an diantaranya :
Manusia amat loba dunia S.Q. 2 : 96 “Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
Manusia hanya bertanggung jawab atas amalnya sendiri dalam S.Q. 2 : 134 “Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan.”
Manusia pasti kembali kepada Allah dalam S.Q. 2 : 28 “Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?
PATUH, diantaranya tertuang dalam Al Qur’an :
dalam S.Q. 24 : 51 Tak ada pilihan lain kecuali patuh “Sesungguhnya jawaban orang-orang mu’min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan.” “Kami mendengar dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Perintah mematuhi syarial dalam S.Q. 45 : 18 “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.
USAHA, diantaranya tertuang dalam Al Qur’an :
Usaha ke arah kehidupan duniawi dalam S.Q. 17 : 18 “Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.
Usaha ke arah kehidupan ukhrawi dalam S.Q. 17 : 19 “Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mu’min, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik.
NASEHAT, diantaranya tertuang dalam Al Qur’an :
Saling menasehati dengan kebaikan dalam S.Q. 103 : 3” kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Nasehat Luqman kepada anaknya dalam S.Q. 31 : 12-13 “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
AGAMA, diantaranya tertuang dalam Al Qur’an :
Agama yang diridhai Allah dalam S.Q. 3 : 19 “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
Perintah mendengarkan eruan agama dalam S.Q. 64 : 16 “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta ta`atlah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.
NERAKA, diantaranya tertuang dalam Al Qur’an :
Keadaan didalam neraka dalam S.Q. 3 : 12 “Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: “Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka Jahannam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya”.
Yang tidak dapat keluar dari neraka dalam S.Q. 5 : 37 “Mereka ingin ke luar dari neraka, padahal mereka sekali-kali tidak dapat ke luar daripadanya, dan mereka beroleh azab yang kekal.”
KESIMPULAN :
Usaha untuk membangun akhlak merupakan proses yang harus dilakukan secara sadar artinya keinginan untuk melaksanakan kemampuan berpikir secara methodis mendorong seseorang menyatukan kemampuan akal dan hati seperti halnya kita harus memahami makna AMANAH.
Oleh karena itu untuk mendukung landasan dalam pemahaman AMANAH diperlukan pula mendalami makna AMPUNAN sebagai penggerak dalam proses peningkatan berpikir untuk menuntun dalam bersikap dan berperilaku dalam kehidupan ini.
Jadi bila kita dapat memahami dari sisi huruf dalam kata AMANAH dan kita rumuskan menjadi untaian kalimat yang bermakna, maka ia harus dapat dijadikan renungan untuk mendalami untuk tidak terjerumus sebagai orang kafir dan munafik.
Sejalan dengan pemikiran diatas, maka makna AMPUNAN yang harus kita bangkitkan kedalam hati adalah kemampuan (A)KAL yang diaktualisasikan oleh (M)ANUSIA agar kita selalu (P)ATUH atas perintah yang diajarkan dalam islam agar menjadi (U)SAHA sebagai bagian dari kebiasaan untuk menuruti (N)ASEHAT-NASEHAT yang diajarkan dalam (A)GAMA agar kita tidak termasuk golongan orang-orang yang masuk (N)ERAKA.
Dengan mendalami makna AMPUNAN dari sisi huruf menjadi kata yang bermakna seperti yang kita uraiankan sebelumnya mampu mempertebal arti keberadaan di bumi sebagai landasan dalam bersikap dan berperilaku agar kita selalu ingat apakah itu dosa yang terpikirkan, itulah sekelunit yang diajarkan kepada diri kita.
Tanpa usaha-usaha yang mendasar untuk membangun akhlak kiranya kita hidup di tengah masyarakat yang penuh dengan topeng kehidupan, kiranya sangat sulit untuk menyadarkan diri, apabila kebiasaan untuk membangun itu tidak dalam pikiran menuju kehidupan yang abadi.
4. KATA ANIAYA
Kata ANIAYA juga merupakan landasan yang dapat mendorong usaha-usaha membangun akhlak manusia, bila yang bersangkuta mau memikirkan dalam bersikap dan berperilaku. Oleh karena itu marilah kita mencoba untuk memahaminya apa yang tertuang dalam Al Qur’an, diantaranya dalam surat dan ayat dibawah ini:
S.Q. 2 : 281 “Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).
S.Q. 3 : 108 “Itulah ayat-ayat Allah, Kami bacakan ayat-ayat itu kepadamu dengan benar; dan tiadalah Allah berkehendak untuk menganiaya hamba-hamba-Nya.
S.Q. 4 : 30 “Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
S.Q. 5 : 2 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi`ar-syi`ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian (mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
Dalam Al Qur’an makna ANIAYA begitu banyak diungkap dalam surat-surat dan ayat, selain yang kita ungkapkan diatas, maka cobalah untuk mendalaminya sebagai bahan dalam usaha kita untuk membangun akhlah sebagai yang tidak bisa kita elakkan dalam kehidupan mengenai ANIAYA yang akan selalu akan kita hadapi. Sejalan dengan pikiran tersebut, maka apa yang dapat mendorong orang untuk memikirkan dari sekelunit surat dan ayat yang telah kita ungkapkan diatas sebagai berikut :
- Kita harus menyadari adanya hukum rimba.
- Keharusan menjaga persatuan
- Islam melindungi hak milik laki-laki dan perempuan.
- Janji prasetia kepada Allah dan penyempurnaan agama islam
Kata ANIAYA, bila diuraikan dari sisi huruf menjadi kata bermakna yaitu (A) ncaman ;(N) afsu ;(I) ngat ; (A) mpun ; (Y) akin ; (A) khirat. Bila kita renungkan makna kata tersebut memberikan daya dorong dalam proses berpikir agar sikap dan perilaku kita tertuntun dalam usaha menyadarkan tentang keberadaan diri kita. Sejalan dengan pemahaman itu diperlukan pendalaman mengenai makna huruf menjadi kata sebagai berikut :
ANCAMAN, diantaranya tercantum dalam Al Qur’an :
Ancaman Allah terhadap orang durhaka dalam S.Q. 55 : 31 “Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu hai manusia dan jin.
Ancaman Allah terhada orang kafir dalam S.Q. 3 : 10 “Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka, sedikitpun tidak dapat menolak (siksa) Allah dari mereka. Dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka,
NAFSU, diantaranya tercantum dalam Al Qur’an :
Allah mengunci hati orang yang menuruti nfsu dalam S.Q. 45 : 23 “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
Nafsu selalu mendorong pada kejahatan kecuali yang diberi rahmat Tuhan dalam S.Q. 12 : 53 “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
INGAT, diantaranya tercantum dalam Al Qur’an :
Ingatlah Allah niscaya akan mendapat rahmat dalam S.Q. 2 : 152 “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni`mat) -Ku.”
Mengingat Allah akan menentramkan hati dalam S.Q. 13 : 19 “Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran,”
Mengingat Allah menambah berani / keyakinan dalam S.Q. 8 : 45 “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.”
AMPUN, diantaranya tercantum dalam Al Qur’an :
Allah mengabulkan yang minta ampun dalam S.Q. 4 : 110 “Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Allah pemberi ampun dan karunia dalam S.Q. 2 : 268 “Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Malaikat memintakan ampun bagi orang yang bertaubat dalam S.Q. 40 : 7 “(Malaikat-malaikat) yang memikul `Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala,
YAKIN, diantaranya tercantum dalam Al Qur’an :
Meyakini tentang perjumpaan dengan Allah dalam S.Q. 2 : 46 “(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”
Keyakinan Kafir tentang keadaan setelah mati dalam S.Q. 3 : 5 “(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”
Keyakinan yang benar (haqqul yaqin) dalam S.Q. 56 : 95 “Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar.
Menyembah Allah tanpa keyakinan penuh dalam S.Q. 22 : 11 “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.
AKHIRAT,diantaranya tercantum dalam Al Qur’an :
Barangsiapa yang buta hati di dunia maka ia akan tersesat di akhirat dalam S.Q. 17 : 22 “Janganlah kamu adakan tuhan yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah).
Hidup kembali di akhirat dalam S.Q. 2 : 28 “Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?
KESIMPULAN :
Kata AMANAH dan AMPUN telah kita ungkapkan dalam rangka untuk meningkatkan akhlak manusia bergerak menuju kesempurnaan, oleh karena itu kita perlu terus mencari makna kata lain yang mendorong kemampuan kita memanfaatkan pikiran agar sikap dan perilaku kita terus tertuntun olehnya.
Dibawah ini akan kita utarakan kata ANIAYA, yang dapat dimanfaatkan untuk menumbuh kembangkan keinginan kita untuk terus mencintai kesempurnaan dalam rangka mengenal tentang diri kita sendiri.
Dengan memahmai unsur huruf dalam kata ANIAYA diharapkan kita mampu meningkatkan kemampuan berpikir untuk mampu membangun pengendalian diri dan disiplin diri karena kita memiliki kekuatan akal untuk menuntun dalam bersikap dan berperilaku.
Kata ANIAYA, bila diuraikan dari sisi huruf menjadi kata bermakna yaitu (A) ncaman ;(N) afsu ;(I) ngat ; (A) mpun ; (Y) akin ; (A) khirat. Bila dari ungkapan kata tersebut kita renungkan kedalam untaian kalimat, maka makna ANIAYA adalah mengingatkan kesadaran kita atas (A)NCAMAN yang ditimbulkan oleh (N)AFSU dari prbuatan yang tercela, oleh karena itu (I)NGATlah selalu agar kita selalu meminta (A)MPUN dengan satu usaha dengan ke (Y)AKINan menggerakkan kecerdasan dan akal untuk memahami keberadaan (A)KHIRAT.
Dengan memahami makna kata ANAIAYA dalam proses berpikir untuk menuntun sikap dan perilaku menjadi manusia yang memiliki akhlak, maka diperlukan motivasi untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah Swt. sebagai jalan keluar untuk menemukan diri dalam usaha menuju peralanan hidup yang abadi.
5. ANGKUH
Kata ANGKUH juga merupakan landasan yang dapat mendorong usaha-usaha membangun akhlak manusia, bila yang bersangkutan mau memikirkan
dalam bersikap dan berperilaku agar tidak menjadi sombong dalam arti lainnya. Oleh karena itu marilah kita mencoba untuk memahaminya apa yang tertuang dalam Al Qur’an, diantaranya dalam surat dan ayat dibawah ini:
S.Q. 31 : 18 “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
S.Q. 51 : 44 “Maka mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhannya, lalu mereka disambar petir sedang mereka melihatnya.
Sejenak bila kita renungkan kedua surat tersebut diatas, mengusik rasa dalam mengungkitkan kesadaran manusia yang lupa arti keberadaannya dibumi sebagai makhluk yang paling mulia diciptakan oleh Allah Swt. Tapi yang menjadi persoalaan kita bila tingkat kesadaran indrawi manusia, maka dalam kehidupan sering kita ketemukan sikap dan perilaku yang angkuh.
Oleh karena itu, marilah kita mencoba mengetuk mata hati ini melalui pemahaman kata ANGKUH, bila diuraikan dari sisi huruf menjadi kata bermakna yaitu (A) ncaman ;(N) afsu ;(G) anjaran ; (K) acau ; (U) saha ; (H) hidup. Bila kita renungkan makna kata tersebut memberikan daya dorong dalam proses berpikir agar sikap dan perilaku kita tertuntun dalam usaha menyadarkan tentang keberadaan diri kita. Sejalan dengan pemahaman itu diperlukan pendalaman mengenai makna huruf menjadi kata sebagai berikut :
ANCAMAN, diantaranya tercantum di dalam Al Qur’an sbb. :
S.Q. 3 : 10 “Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka, sedikitpun tidak dapat menolak (siksa) Allah dari mereka. Dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka,
S.Q. 7 : 70 “Mereka berkata: “Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? Maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar”.
S.Q. 11 : 32 “Mereka berkata: “Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar”.
NAFSU,
S.Q. 2 : 87 “Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mu`jizat) kepada `Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul-Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu angkuh; maka beberapa orang (di antara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh?
S.Q. 4 : 27 “Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).
S.Q. 5 : 29 ““Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh) ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim.”
GANJARAN,
S.Q. 4 : 40 “Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.
S.Q. 6 : 160 “Barangsiapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).
KACAU,
S.Q. 9 : 94 “Mereka (orang-orang munafik) mengemukakan `uzurnya kepadamu, apabila kamu telah kembali kepada mereka (dari medan perang). Katakanlah: “Janganlah kamu mengemukakan `uzur; kami tidak percaya lagi kepadamu, (karena) sesungguhnya Allah telah memberitahukan kepada kami beritamu yang sebenarnya. Dan Allah serta Rasul-Nya akan melihat pekerjaanmu, kemudian kamu dikembalikan kepada Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.
S.Q. 50 : 5 “Mereka (orang-orang munafik) mengemukakan `uzurnya kepadamu, apabila kamu telah kembali kepada mereka (dari medan perang). Katakanlah: “Janganlah kamu mengemukakan `uzur; kami tidak percaya lagi kepadamu, (karena) sesungguhnya Allah telah memberitahukan kepada kami beritamu yang sebenarnya. Dan Allah serta Rasul-Nya akan melihat pekerjaanmu, kemudian kamu dikembalikan kepada Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.
USAHA,
Tiap diri mendapat balasan dar yang di-usaha-kannya, tercantum dalam
S.Q. 2 : 134 “Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan.
S.Q. 14 : 51 “agar Allah memberi pembalasan kepada tiap-tiap orang terhadap apa yang ia usahakan. Sesungguhnya Allah Maha cepat hisab-Nya.
S.Q. 20 : 15 “agar Allah memberi pembalasan kepada tiap-tiap orang terhadap apa yang ia usahakan. Sesungguhnya Allah Maha cepat hisab-Nya.
S.Q. 53 : 39 “dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.
HIDUP,
S.Q. 2 : 28 “Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?
S.Q. 3 : 2 “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.
S.Q. 4 : 109 “Beginilah kamu, kamu sekalian adalah orang-orang yang berdebat untuk (membela) mereka dalam kehidupan dunia ini. Maka siapakah yang akan mendebat Allah untuk (membela) mereka pada hari kiamat? Atau siapakah yang jadi pelindung mereka (terhadap siksa Allah)?
S.Q. 7 : 10 “Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.
KESIMPULAN
Kata AMANAH, AMPUN ANIAYA telah kita ungkapkan dalam rangka untuk meningkatkan akhlak manusia bergerak menuju kesempurnaan, oleh karena itu kita perlu terus mencari makna kata lain yang mendorong kemampuan kita memanfaatkan pikiran agar sikap dan perilaku kita terus tertuntun olehnya.
Dibawah ini akan kita utarakan kata ANGKUH, yang dapat dimanfaatkan untuk menumbuh kembangkan keinginan kita untuk terus mencintai kesempurnaan dalam rangka mengenal tentang diri kita sendiri.
Dengan memahmai unsur huruf dalam kata ANGKUH diharapkan kita mau meningkatkan kemampuan berpikir untuk mampu membangun pengendalian diri dan disiplin diri karena kita memiliki kekuatan akal untuk menuntun dalam bersikap dan berperilaku.
Oleh karena itu, marilah kita mencoba mengetuk mata hati ini melalui pemahaman kata ANGKUH, bila diuraikan dari sisi huruf menjadi kata bermakna yaitu (A) ncaman ;(N) afsu ;(G) anjaran ; (K) acau ; (U) saha ; (H) hidup. Bila dari ungkapan kata tersebut kita renungkan kedalam untaian kalimat, maka makna ANGKUH adalah mengingatkan kesadaran kita atas (A)ncaman yang ditimbulkan oleh (N)afsu dari perbuatan yang tercela dengan menerima (G)anjaran dalam bentuk jiwa yang (K)acau dalam menata (U)saha menuju perjalanan (H)idup abadi
Dengan memahami makna kata ANGKUH dalam proses berpikir untuk menuntun sikap dan perilaku menjadi manusia yang memiliki akhlak, maka diperlukan motivasi untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah Swt. sebagai jalan keluar untuk menemukan diri dalam usaha menuju perJalanan hidup yang abadi.
6. BERKATA BENAR DAN JUJUR
Disini kita dihadapkan dengan dua kata yaitu berkata disatu sisi dan disisi lain benar. Berkata artinya melahirkan isi hati dengan kata-kata (berbicara). Jadi dalam hidup ini kita akan sering berkata-kata, untuk menunjukkan sikap disatu sisi yang menggambarkan kemampuan kita mengkomunikasikan suara hati ini kepada orang lain, disisi lain untuk kita menunjukkan perilaku yang menggambarkan gaya atau tingkah laku dalam kita berbuat.
Dengan mengungkapkan pemikiran diatas, maka makna „berkata“ dalam
„Perintah berkata yang adil seperti yang termuat dalam :
SQ. 6 : 152“ Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfa`at, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendatipun dia adalah kerabat (mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat“
Sejalan dengan pemahaman „Perintah berkata yang adil“, mampukah kita melaksanakan dalam sikap dan perilaku yang sejalan dengan jiwa tanpa topeng kepalsuan. Untuk itu perhatikan pula makna lain seperti dibawah in
„Perintah berkata yang baik kepada Rasulullah, termuat
SQ. 2 : 104 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad): “Raa`ina”, tetapi katakanlah: “Unzhurna”, dan “dengarlah”. Dan bagi orang-orang kafir siksaan yang pedih.“
Perintah kata benar, seperti yang termuat dalam
SQ. 4: 8“ Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.
SQ. 4 : 9“ Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
SQ. 17 : 39“ Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhan kepadamu. Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah).
SQ. 33 : 70“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar,
Orang yang benar (ucapan dan perbuatannya), dapat kita hayati seperti yang termuat dalam
SQ. 33 : 35“ Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu’min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta`atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu`, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.“
Perintah berada di tengah orang yang benar dalam
SQ. 9 : 119“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.
KESIMPULAN
Tidak gampang untuk membangun dan meningkatkan kedewasaan berpikir dalam usaha untuk meyakini bahwa dengan mendalami makna kata menjadi daya dorong dalam sikap dan perilaku yang sesuai dengan keinginan mata hati yang sesuai dengan kesiapan orang untuk berubah kedalam kebiasaan yang produktif.
Oleh karena itu, kebiasaan yang produktif hanya bisa tumbuh dan berkembang dalam jiwa tanpa topeng kepalsuan sehingga diperlukan peningkatan terus menerus dalam penguasaan ilmu, keterampilan dan keinginan untuk mampu mengaktualisasikan makna „Berkata Benar“ sebagai bagian dalam kebiasaan untuk menemukan diri sendiri.
Sejalan dengan pikiran diatas, ingatlah selalu ungkapan yang termuat dalam SQ. 33 : 70” Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.
Dengan kekuatan pikiran untuk mengamalkannya diperlukan kemauan yang kuat sehingga dalam bersikap dan berperilaku menjadi kebiasaan dalam berpikir yang positif, maka disitulah terletak niat sebagai keinginan untuk mempertahankan kedalam jiwa yang bersih sehingga memberikan sinar yang bersih ke mata hati.
Jadi bila kita selalu membentuk ingatan yang kuat untuk mengamalkannya, akan selalu ada jalan yang terbentang dalam menumbuh kembangkan pikiran yang teran untuk menuntun kebiasaan pikiran kita.
7. BERZINA
Kehidupan ini penuh dengan jiwa yang bertopeng kepalsuan, inilah satu kenyataan yang dihadapi manusia sebagai akibat ia tidak mampu mengenal dirinya, sehingga ia tidak tahu siapa dirinya.
Dalam kehidupan banyak orang dengan tingkat kedewasaan intelektual yang tinggi, namun dangkal dalam kedewasaan rohaniah sehingga ia tidak mampu menangkap segala sesuatu yang menjadi larangan seperti berzina sebagai suatu musibah yang lebih besar dari pada musibah menolak mengikuti ajaran syari’at muslimin.
Mengapa manusia terjebak dengan kehinaan sebenarnya perbuatan yang buruk sebagai akibat pandangan hidub yang kiblat kepada kebendaan sehingga sangat sulit ia mampu menempuh kebiasaan yang produktif dalam kehidupan agar ia mampu membangun kebiasaan menegakkan kehormatan dalam hidupnya, karena disitu terletak makna takwa dalam sikap dan perilaku yang akan menuntun manusia keluar dari kehinaan.
Bertambah jauh usaha manusia untuk mengenal tentang dirinya, maka akan bertambah jauh pula hubungan hamba dengan Tuhannya sehingga begitu mudah syetan berusaha mempengaruhi jiwa manusia dan disitulah pula tingkat kesadaran inderawi yang paling rendah dimana didalam diri seseorang tidak mampu berfungsi dalam intrasaksi positip atas lingkungannya sehingga kebiasaan yang buruk mudah menimpanya.
Oleh karena itu, renungkan kembali makna „berzina“ dalam kehidupan anda, maka berdoalah agar anda dapat menuntun jiwa untuk tidak tergoda oleh syetan dengan selalu mengingat apa yang terungkapkan dalam Al Qur’an sebagai berikut :
Allah mengampuni orang yang dipaksa melakukan zina
SQ. 24 : 33 „Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri) nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan budak-budak yang kamu miliki yang menginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Dan barangsiapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa (itu).
Dilarang berzina
SQ. 4 : 24 „dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu ni`mati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
SQ. 5 : 5“ Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang merugi.
SQ.25 : 68“ Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya),
SQ. 60 : 12“ Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatupun dengan Allah; tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dilarang mendekati zina
SQ. 17 :32“ Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.
Hukum bagi yang berzina
SQ. 4 : 15“ Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji, hendaklah ada empat orang saksi diantara kamu (yang menyaksikannya). Kemudian apabila mereka telah memberi persaksian, maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan yang lain kepadanya.
SQ. 24 : 2“ Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.
Pria pezina untuk perempuan pezina
SQ.24 : 3“Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mu’min.
SQ. 24 : 26” Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga).
KESIMPULAN
Dengan membangun kebiasaan yang produktif, diharapkan dapat menumbuhkan sesuatu perubahan dalam sikap dan perilaku tetapi dalam hal ini sangat bergantung pada keinginan dengan niat yang kuat dari suatu pemikiran untuk menemukan tentang diri.
Kebiasaan menemukan diri merupakan langkah dalam perjalanan hidup ini yang penuh dengan tantangan dari godaan syetan, salah satunya adalah berzina. Oleh karena itu, kita dapat keluar dari godaan itu bila kita berkeinginan untuk tidak lalai kepada Allah, sehingga kerjakanlah oleh kalian apa yang telah Allah perintahkan, niscaya Dia akan memenuhi janji-Nya kepada kalian.
Bila pikiran tersebut diatas, kita renungkan melalui pemahaman kita kedalam Surat dan Ayat yang tertuang dalam Al-Qur’an diharapkan menjadi daya dorong untuk membangun kebiasaan dari kesadran inderawi menjadi kesadaran rasional / ilimiah menjadi kesadaran spiritual.
Dengan mendalami yang terungkap dalam Surat dan Ayat Al-Qur’an diatas, maka perubahan tingkat ksadaran mendorong melakukan kebiasaan yang prodktif, karena dengan kebiasaan itulah manusia mengetahui kadar jiwanya sehingga dia tidak akan mengotorinya dengan maksiat kepada Allah.
8. BOROS
Membangun kebiasaan yang produktif akan mendorong kekuatan pikiran dalam bersikap dan berperilaku yang dapat menuntun atas perubahan kesadaran inderawi kedalam kesadaran yang lebih tinggi. Itu berarti manusia menempuh kehidupan ini semuanya untuk terus berdzikir.
Manusia yang berakhlak akan berusaha dalam perjalanan hidupnya akan menunjukkan keteladanannya, sehingga perbuatan “boros” merupakan perbuatan yang tidak terpuji, namun pengaruh godaan syetan dengan tingkat kesadaran yang rendah, soal boros jadi kebutuhan untuk menunjukkan status sosial.
Untuk keluar dari kebiasaan menjalankan hidup dengan “boros” berarti anda menyadari sepenuhnya untuk berubah, sebagai landasan untuk berubah, marila kita ungkapkan seperti yang termuat dalam surat dan ayat Al-qur’an sebagai berikut :
Larangan memboroskan harta
SQ. 17 : 26 “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
SQ. 17 : 27” Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.
Tidak bertindak boros
SQ. 25 : 67” Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.
KESIMPULAN
Salah satu pesan Rasulullah “sesungguhnya orang yang paling saya cintai dan paling dekat kedudukannya dengan saya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya” (H.R. Tirmidzi).
Bila kita renungkan pesan tersebut, sebagai daya dorong untuk meletakkan landasan yang kuat dengan mendalami kandungan surat dan ayat yang telah diungkapkan diatas, maka kerjakanlah oleh kalian apa yang telah Allah perintahkan, niscaya Dia aka memenuhi janji-Nya kepada kalian.
Jadi membangun kebiasaan yang tidak boros berarti bagian dari usaha membangun jiwa tanpa topeng kepalsuan, sehingga di dunia ini tidak ada satupun orang yang tidak ingin hidup dalam keselamatan di dunia dan di akhirat kelak.
Oleh karena itu, meretas jalan untuk menemukan diri sendiri dengan menciptakan kehidupan yang harmonis, menerapkan kebiasaan yang produktif (ilmu, keterampilan, keinginan) dan mendalami serta mempelajari Al-Qur’an sebagai suatu kebutuhan yang mampu untuk menuntun jiwa manusia yang selalu ingat dan dekat dengan Allah Swt.
9. BENCI
Memahami arti keberadaan anda di dunia yang sejalan dengan jiwa tanpa topeng kepalsuan agar mau menjauhi akhlak tercela yang akan merusakkan hubungan kita dengan sesama. Oleh karena itu “BENCI” merupakan salah satu yang dapat mrusak hubungan manusia, sehingga dengan adanya perasaan tidak suka ini menyebabkan seseorang tidak mau saling memberikan dan menerima nasehat.
Dengan mengungkapkan pikiran diatas, marilah kita mencoba untuk mendalami makna “benci” seperti yang termuat dalam surat dan ayat Al-Qur’an sebagai berikut :
SQ. 2 : 130” Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.
SQ. 2 : 216” Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
SQ. 3 : 118” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.
SQ. 3 : 119” Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata: “Kami beriman”; dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati.
SQ. 4 : 22” Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).
SQ. 5 : 2” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi`ar-syi`ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian (mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
SQ. 5 : 8” Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan
Dengan mengungkap surat dan ayat tersebut diatas, untuk mengingatkan kita kepada hal-hal disebut dibawah ini :
- Agama Nabi Ibrahim a.s.
- Hukum perang dalam Islam
- Larangan mengambil orang yahudi sebagai teman kepercayaan
- Beberapa hukum perkawinan
- Janji rasetia kepada Allah dan penyempurnaan agama islam.
- Kewajiban berlaku adil dan jujur
Selanjutnya renungkan pula ungkapan yang dapat mengingatkan ingatan kita kepada hal-hal yang berkaitan dengan :
Yang membenci Nabi Muhammad terputusi Rahmat
SQ. 108 : 3” Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.
Kebanyakan kafir membenci kebenaran
SQ. 23 : 70“ Atau (apakah patut) mereka berkata: “Padanya (Muhammad) ada penyakit gila.” Sebenarnya dia telah membawa kebenaran kepada mereka, dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran.
SQ. 43 : 78“ Sesungguhnya Kami benar-benar telah membawa kebenaran kepada kamu tetapi kebanyakan di antara kamu benci pada kebenaran itu.
Yang dibenci ternyata baik
SQ. 4 : 49“ Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih? Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak dianiaya sedikitpun.
KESIMPULAN
Dengan mendalami makna surat dan ayat dalam Al-Qur’an diatas, maka kekuatan pikiran untuk meretas jalan menemukan tentang diri, haruslah menjadi tantangan untuk terus membangun kebiasaan yang prouktif agar terjaga kebiasaan dari sikap dan perilaku yang dapat merusak akhlak yang tercela.
Oleh karena itu, bangunlah jiwa tanpa topeng kepalsuan, agar anda selamat menempuh perjalanan hidup ini, diperlukan untuk membangun kebiasaan yang produktif agar anda tertuntun untuk memanfaatkan pengetahuan, keterampilan dan keinginan yang selalu menjadi daya dorong untuk melepaskan diri dari godaan syetan yang selalu mendorong manusia terperangkap dari keinginan mempertahankan kesadaran inderawinya.
Jadi ingatlah selalu kata benci dalam pikiran anda yang akan selalu mendorong jiwa kita mnjadi lemah kemauan, sehingga syetan akan selalu mendorong agar benci menjadi alat untuk membentuk ingatan yang kuat, maka hidup ini, dimanakah kita berdiri dan melangkah dalam perjalanan hidup ini ditentukan oleh kita akan masuk dalam golongan mana, apakah kita selalu membentuk ingatan yang kuat kedalam golongan ke kanan, disitulah terletak kebahagian hidup di dunia dan akherat.
10. BUNUH DIRI
Bila seseorang yang tidak biasa membangun kebiasaan yang produktif, maka dengan mudah mereka tidak mampu mengendalikan kekuatan pikiran yang dapat merusak jalan hidup mereka, bahkan tidak jarang mendorong orang menjadi putus asa dengan „BUNUH DIRI“ sebagai manusia yang tidak beriman karena tidak berilmu.
Oleh karena itu dengan membangun kebiasaan yang produktif, mendorong orang untuk berpikir dan belajar seperti yang dimuat surat dan ayat yang mengajarkan bahwa „Allah membri pahala kepada orang beriman „ seperti yang termuat dalam Al-Qur’an sbb. :
SQ. 2 : 62“ Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
SQ. 4 : 152”Orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasul-Nya dan tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka, kelak Allah akan memberikan kepada mereka pahalanya. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
SQ.5 : 69”Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Bertitik tolak dari pemahaman mengenai „beriman“ seperti yang termuat dalam surat dan ayat yang diungkapkan diatas, maka setiap manusia akan mengetahui apa arti keberadaan di dunia sebagai mahluk yang dimuliakan oleh Allah Swt. Oleh karena itu mampukah manusia selalu ingat apa arti kehidupan ini. Manusia dengan kemampuan berpikirnya harus mampu meletakkan suatu keinginan yang berlandaskan niat yang sejalan dengan pemahamannya mengenai „beriman“ kepada Allah Swt. Sehingga manusia seharusnya secara sadar, apa yang terungkap dalam surat dan ayat yang mengungkapkan bahwa „Allah pelindung orang beriman „ oleh karena itu renungkan surat dan ayat dibawah ini :
SQ. 2 : 257“ Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
SQ. 2 : 54“ Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
SQ. 18 : 6“ Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al Qur’an
SQ. 2 : 72“ Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan.
SQ. 2 : 84“ Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu (yaitu): kamu tidak akan menumpahkan darahmu (membunuh orang), dan kamu tidak akan mengusir dirimu (saudaramu sebangsa) dari kampung halamanmu, kemudian kamu berikrar (akan memenuhinya) sedang kamu mempersaksikannya.
SQ. 3 : 112“ Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.
SQ. 3 : 114“ Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan mereka menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.
SQ. 3 : 152“ Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu; dan sesungguhnya Allah telah mema`afkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman.
KESIMPULAN
Manusia sebagai mahluk yang mulia di mata Tuhan, maka untuk dapat dekat dengan-Nya diperlukan usaha meningkatkan kesadaran rohaniah secara berkesinambungan agar manusia mengerti arti keberadaannya di dunia sebagai khalifah.
Apapun yang terjadi pada diri anda, maka asahlah kekuatan jiwa anda agar tidak berpikir keputus asahan yang mendorong menjadi manusia yang tidak beriman yang akan menjadi pemicu „bunuh diri“ sebagai jalan pintas untuk melepaskan diri dari segudang masalah hidup yang tidak terpecahkan.
Apa yang kita ungkapkan diatas dalam kaitan dengan „bunuh diri“ dimaksudkan untuk menggugah setiap manusia harus mampu menyadari untuk menemukan tentang dirinya, dengan secara teratur untuk menumbuh kembangkan kebiasaan yang produktif
Read Full Post »