Feeds:
Posts
Comments

Archive for March, 2010

MENGGALI  POLA  PIKIR  SEBAGAI KEKAYAAN TERBESAR

OLEH ABDUL  TALIB  RACHMAN

DISAMPAIKAN DALAM RANGKA HUT GMBI KE 8 DENGAN MOTTO

”SEKALI MELANGKAH KEDEPAN PANTANG UNTUK MUNDUR“

DAFTAR  ISI

KATA PENGANTAR

A. P E N D A H U L U AN

  1. Rumusan pola pikir dan pendekatan
  2. Pemahaman konsepsi dasar

2.1. Otak

2.2. Memori

2.3. Naluri

2.4. Emosi

2.5. Berpikir

2.6. Sikap, perilaku dan kepribadian

3. Otak dan kreativitas

4. Kesimpulan

B. PENDEKATAN  DENGAN  MENGGALI MAKNA BAKAT

YANG TERSEMBUNYI  DALAM DIRI

1. Rumusan apa itu bakat.

2. Rumuskan penemuan bakat anda

3. Pensyaratan dalam mengungkit potensi dalam bakat

4. Pahamilah kekuatan pikiran dapat mempengaruhi keberhasilan

5. Membangun kebiasaan pikiran yang produktif

C. PENDEKATAN DENGAN MENGGALI MAKNA ARTI OTAK

BERDASARKAN PENGETAHUAN DARI PENGALAMAN

1. Perencanaan terpadu dalam pemberdayaan otak

2. Mengorganisir dalam pemberdayaan otak

3. Menggerakkan dalam pemberdayaan otak

4. Kontrol dalam pemberdayaan otak

5. Aplikasi pengelolaan dalam pemberdayaan otak

D. PENDEKATAN  DENGAN  MENGGALI  MAKNA

PERJALANAN HIDUP ABADI

1. Makna perjalanan hidup abadi

2. Memahami, menghayati, mengamalkan makna kekuatan otak

3. Memaksimumkan pemanfaatan otak

4. Makna orang dalam otak

5. Makna tawakal dalam otak

6. Makna amanah dalam otak

7. Makna kerja dalam otak.

E. P E N U T U P

KATA PENGANTAR

Dapatkah anda membayangkan makna “manusia mencintai dirinya” dan sejalan dengan itu bahwa anda ingin tahu “apa yang anda pikirkan?”, maka jawabnya adalah prinsip kehidupan yang bagaimana yang hendak anda tempuh dalam perjalanan hidup abadi ini.

Prinsip kehidupan yang anda jalani adalah anda meyadari bahwa membuat cita-cita yang besar, tetapi bukan cita-cita yang membuat orang besar, melainkan hidup ini memberi respon dengan menyesuaikan diri dan oleh karena itu hidup anda dibentuk oleh pikiran anda sendiri.

Jadi gantungkan cita-citamu supaya tak lekas dapat dirusak orang lain, karena cita-cita itulah sumber kekuatan pikiran yang tak terhingga lahir batin sehingga kehidupan anda akan menjadi seperti yang telah anda putuskan. Oleh karena itu, ingatlah selalu bahwa masalahnya dengan kebanyakan orang adalah bahwa mereka berpikir dengan pengharapan atau ketakutan atau bermimpi ketimbang dengan otaknya.

Dengan menggali pola pikir sebagai kekayaan terbesar, maka anda memiliki kemampuan luar biasa, yang tidak pernah anda sadari sebelumnya, bahwa keberhasilan anda suatu perjalanan bukan tujuan, oleh karena itu dengan kekuatan pikiran menjadi kebiasaan pikiran, maka kemampuan untuk melihat suatu situasi dan mengetahui apakah anda dapat melakukannya sehingga anda dapat membayangkan masa yang anda miliki adalah hari ini sehingga temukan takdirmu.

Galilah kekuatan pikiran dengan pikiran anda sendiri, disitulah terletak kemampuan anda untuk mengungkit bakat anda yang tersembunyi, oleh karena itu ingatlah bahwa hidup bukanlah semata-mata bernafas, melainkan bertindak dengan memanfaatkan kekuatan makna otak (orang, tawakal, amanah, kerja) kedalam visi hidup anda. Jadi jangan cemas menghadapi masa depan, ubahlah kecemasan sebagai racun kehidupan menjadi tantangan bahwa keberhasilan tidak datang melalui cara anda pikir, ia datang melalui cara anda berpikir, maka bangkitkan kekuatan daya kemauan untuk memulai hidup baru.

Bandung, 10 Maret 2010

A. PENDAHULUAN

1. Rumusan Pola Pikir dan Pendekatan

Untuk menggali “pola pikir”, maka kita perlukan kesamaan dalam suatu pengertian yang terkait dengan kata tersebut. Dalam hal ini kita uraikan kata POLA : (P)rinsip, (O)rgansir, (L)atihan, (A)ktualisasi ; sedangkan kata PIKIR : (P)embenaran, (I)ntlegensia, (K)ekuatan, (I)ntergrasi, (R)asional.

Jadi POLA PIKIR, bila dirumuskan menjadi untaian kalimat yang bermakna, maka Pola Pikir adalah menjalankan (P)prinsip-prinsip dalam meng(O)rganisir  daya kekuatan pikiran kedalam konsepsi dimana kekuatan (L)atihan kedalam (A)ktualisasi  membentuk agar (P)embenaran dengan pemanfaatan (I)ntelegensia sebagai suatu (K)ekuatan yang di (I)ntergrasiksn secara (R)asional.

Dengan memperhatikan pemahaman rumusan diatas, maka yang menjadi masalah bagaimana caranya anda mampu untuk mengungkit kemampuan memanfaatkan otak dalam berpikir, dalam hal ini akan sangat bergantung kepada seberapa jauh anda dapat merumuskan kembali yang terkait dengan PENDEKATAN apa yang akan anda gunakan dalam menggali kekayaan terbesar yang ada dalam OTAK untuk dapat dimanfaatkan.

Sejalan dengan pemikiran diatas, maka pendekatan yang kita gunakan dalam memaksimumkan pemanfaatan otak dalam menemukan jati diri sebagai manusia dalam wujud tanpa topeng kepalsuan sebagai berikut:

Pertama, “pendekatan dengan menggali makna BAKAT yag tersembunyi dalam diri”, maka disini anda lebih banyak menggerakkan kekuatan otak dengan pola pikir yang tidak sadari artinya lebih menekankan kekuatan dari menghayati yang kita sebut dengan “intuisi”(hasil kerja hati dengan penghayatan) anda sendiri melalui suatu kemampuan untuk menggerakkan kekuatan kebiasaan pikiran dalam mengetuk dinding jiwa dalam meretas jalan menjadi diri sendiri.

Kedua, “pendekatan dengan menggali makna arti  berdasarkan pengetahuan dari pengalaman”, maka disini anda lebih menekankan kemampuan berpikir yang disadari berarti ada niat untuk menggali tambang emas yang ada pada anda sebagai manusia ciptaan Allah SWT, disatu sisi ia harus merencanakan, menggerakkan, memimpin dan mengawasi terhadap unsur memori, emosi dan naluri yang ada dalam otak dan disisi lain bagaimana ia memberdayakan alat berpikir berupa kesadaran, kecerdasan dan akal untuk merumuskan dan memecahkan masalah dalam berpikir.

Ketiga, “pendekatan dengan menggali makna perjalanan hidup abadi”, maka anda berpikir ingin mendapatkan barokah yang bersumber dan merupakan karunia dari sifat Rahman-Rahim (Rahmat)Nya semata berarti anda berpikir memanfaatkan otak mencari jawaban bagaimana syariat lahir adalah untuk diamalkan oleh jasad batin. Oleh karena itu lahir batin anda yang berpadu erat tanpa terpisah-pisah, maka amalan lahir dan batin wajib dilaksanaksanakan serentak dalam satu masa di semua waktu dan keadan.

Dengan demikian hikmah berpikir itu harus dapat juga diaktualisasikan untuk kebaikan dirinya dan orang lain, maka disitulah anda akan menemukan tentang diri anda dengan mengkoordinasikan, mengintegrasikan, mengsinkronisasikan (3M) dari proses pemberdayaan otak untuk melakukan perubahan dalam bersikap dan berperilaku di dunia dan didalam kesiapan memasuki hidup di akhirat

Untuk memberi daya dorong, apakah anda memiliki kemampuan untuk menggali pola pikir sebagai kekayaan terbesar, maka sangat tergantung kesiapan anda dalam melaksanakan ketiga pendekatan tersebut diatas kedalam usaha meperkuat daya kemauan kedalam langkah mengetuk dinding jiwa dalam membangkitkan kebiasaan pikiran.

2. Pemahaman Konsepsi Dasar

Bertolak dari keyakinan dan kepercayaan bahwa menggali pola pikir  manusia sebagai kekayaan terbesar, itu berarti anda memulai untuk memanfaatkan kekuatan- kekuatan tersebunyi dalam kebiasaan pikiran, oleh karena itu dibawah ini diungkapkan hal-hal yang terkait untuk dipahami sebagai konsepsi dasar untuk mengungkit daya ingat dalam mengungkap kekuatan tersembunyi dalam pikiran anda.

2.1. OTAK

Otak adalah benda putih yang lunak, terdapat di dalam rongga tengkorak yang menjadi pusat saraf, yang memiliki 10 sampai 15 triliun sel saraf dan masing-masing sel saraf itu mempunyai ribuan sambungan. Oleh karena itu otak anda berfungsi seperti super komputer.

Berdasarkan penelitian ahli otak bahwa rata-rata orang menggunakan otaknya kurang dari satu persen, sehingga otak merupakan perangkat keras yang memiliki potensi yang sangat besar yang belum dimanfaatkan oleh manusia. Jadi otak merupakan organ satu-satunya di tubuh kita yang terus berkembang asalkan terus dipakai.

Sejalan dengan hal diatas, maka gariskan visi hidup anda untuk memanfaatkan otak untuk berpikir, bekerja dan belajar sampai akhir hayat, disinilah letak arti penting manajemen pemberdayaan otak untuk kita pahami karena ia merupakan fungsi menyerap, menyimpan dan mengeluarkan informasi.

Manajemen pemberdayaan otak mengajarkan kepada kita, bagaimana memanfaatkan sumber daya otak dapat diaktualisasikan secara produktif sesuai dengan visi hidup anda, agar kita percaya diri maka pada usia lanjut tidak mengenal pikun kecuali faktor-faktor yang harus diper-timbangkan seperti kondisi medis. Untuk itulah kita perlu menggariskan visi hidup dengan memperhatikan tahapan usia seperti yang dikemukakan oleh IBNUL JAUZI yang membagi umur ini menjadi lima masa yaitu:

(1)   masa kanak-kanak, sejak dilahirkan hingga mencapai 15 tahun;

(2)   masa muda dari 15 tahun sampai dengan 30 tahun;

(3)   masa dewasa dari 30 tahun sampai dengan 50 tahun;

(4)   masa tua dari 50 tahun sampai dengan 70 tahun;

(5)   masa usia-lanjut dari 70 tahun sampai dengan hingga akhir umur yang dikaruniakan oleh Allah.

Dengan memahami umur manusia diharapkan dapat memberikan daya dorong dalam menghayati arti hidup ini dengan memanfaatkan otak yang ada pada setiap manusia untuk mengerjakan berbagai ketaatan, menunjukkan hatinya kepada Allah SWT dan selalu bertobat kepadanya, sejalan dengan itu ingatlah ucapan IMAM SYAFI’I setelah mencapai umur 40 tahun, berjalan dengan bertongkat sebatang kayu. Ketika ditanya sebabnya, beliau berkata ”supaya aku senantiasa ingat bahwa aku adalah seorang musafir yang sedang berjalan menuju akhirat”.

Jadi otak dapat kita ibaratkan sebagai tongkat, makanya bagaimana kita menggali potensi yang begitu besar yang belum tersentuh secara benar. Untuk memproduktifkan otak sebaiknya kita harus dapat memahami struktur otak.

Struktur otak terbagi dalam dua bagian yaitu pertama disebut dengan otak atas dan kedua disebut dengan  otak bawah. Otak atas disebut juga sebagai otak “intelektual” yang terbagi kedalam otak kiri dan otak kanan.

Otak atas adalah hal-hal yang terkait dengan kegiatan intelektual, artinya ia memberikan peran secara sadar terhadap fungsi seluruh tubuh, sehingga ia tidak memiliki peran terhadap kegiatan anda yang tidak disadari.

Fungsi otak atas bagian kiri adalah yang berperan untuk mengendalikan tubuh bagian kanan dengan fungsi menangani angka, logika, analisis, sains, matematika dan hal lain yang terkait dengan pemikiran rasional. Sedangkan otak atas bagian kanan adalah yang berperan mengendalikan tubuh bagian kiri dengan fungsi gambar, ritme, warna, seni, imajinasi, kreativitas, sehingga ia tidak terlalu terikat kepada parameter ilimiah dan matematis.

Yang perlu disadari oleh anda dalam memanfaatkan otak menjadi produktif terhadap otak atas (kiri dan kanan) bahwa masing-masing otak harus dapat memberikan rangsangan satu sama lain, jangan sampai terjadi salah satu tidak berperan sebagaimana layaknya.

Otak bawah adalah otak bawah sadar artinya ia berpusat di hati, oleh karena itu, ia berperan untuk mengendalikan semua fungsi tubuh yang tidak disadari dan otomatis, sehingga otak bawah akan bekerja secara terpisah dengan otak atas. Jadi hati akan berperan untuk menghayati dalam mengendalikan emosi, sikap dan insting seseorang.

2. 2. MEMORI

Telah kita kemukakan diatas bahwa otak memiliki kemampuan untuk menyerap, menyimpan dan mengeluarkan informasi, oleh karena itu kiranya anda akan menyadari betapa pentingnya untuk mengembangkan memori yang lebih baik. Jadi pengertian dan pemahaman hal tersebut memberikan daya dorong untuk memperbaiki daya ingatan kita, sebagai proses mental yang berkaitan dengan penerimaan, penyimpanan dan pemunculan kembali informasi yang pernah diterima.

Bertolak dari otak menjadi semakin efisien jika lebih banyak digunakan baik otak atas maupun otak bawah secara bersamaan, maka pengetahuan akan bertambah bila kita belajar merangsang sel-sel otak untuk saling berhubungan sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu kita perlu memantapkan pengalaman belajar dengan metode belajar input/output secara terus menerus untuk menghindari seseorang menjadi pikun.

Jadi disinilah letak arti kita memahami fungsi memori yang terdiri atas kumpulan informasi didalam otak, dengan pemahaman itu kiranya memberikan daya dorong untuk kita mengembangkan memori yang lebih baik, sehingga kemampuan mengingat kembali tentang fakta, nama,  tempat dan kejadian berarti mengaktifkan daya ingat yang tajam.

Sejalan dengan hal-hal diatas maka Memori terdiri atas kumpulan informasi didalam otak serta memiliki kemampuan untuk menyaring semua fakta yang tersimpan dalam otak dan dapat muncul dengan fakta tertentu pada saat diperlukan.

Jadi bila anda tidak dapat mengingat sesuatu, itu tidak berarti fakta atau informasi belum tersimpan di dalam otak, melainkan bermakna bahwa hubungan sel otak yang mengatur sepotong informasi tidak disimpan dengan cara yang mudah untuk memenuhi proses mengingat dengan cepat. Oleh karena itu kunci untuk meningkatkan memori erat hubungannya dengan kemampuan mengaktifkan daya ingat dengan memanfatkan peran panca indera. Jadi memori dapat diperbaiki bila anda dapat menyadari untuk menerapkan situasi yang berdaya ingat tinggi dalam strategi belajar terus menerus sampai akhir anda dipanggil oleh Sang Pencipta.

2.3. NALURI

Setiap manusia pasti memiliki naluri. Naluri artinya fitrah dan oleh karena itu naluri adalah sesuatu yang tidak dipelajari dan sifatnya wajar yang dibawa manusia sejak lahir yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu tindakan tertentu.

Sifat dorongan itu, manusia bertindak dengan nalurinya pada dasarnya untuk kebaikan dan ada pula dasar untuk kejahatan, sehingga manusia     diberi ikhtiar untuk berusaha dalam pelbagai bentuk pendekatan untuk memberikan bimbingan terhadap potensi kebaikan dan memberikan arah pada potensi kejahatan ke jalan yang baik.

Seperti kita maklumi bahwa dalam Islam faktor baik dan buruk merupakan sunnatullah keberadaannya, sebab tidak sempurnalah Kekuasaan Allah itu jika hanya mampu mengadakan yang baik-baik saja, sedangkan yang buruk tidak. Sejalan dengan itu maka naluri yang ada pada manusia merupakan anugerah tuhan untuk dipakai secara bijaksana, karena dalam kehidupan manusia akan dihadapkan pada pelbagai kebutuhan baik sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat.

Dengan demikian sebagai individu, maka berkat dorongan naluri berupa hawa nafsu, kebutuhannya akan dapat terjaga dan terpelihara. Sebaliknya sebagai anggota masyarakat, ia dapat menyesuaikan diri sebab ada naluri seperti keinginan berkumpul, menyelamatkan diri, minta tolong dan sebagainya.

Dengan mengutarakan hal diatas bahwa pada setiap manusia terdapat naluri dari pembawaan lahirnya, maka seberapa jauh seseorang dapat mengendalikan naluri yang ada dalam jiwanya akan sangat ditentukan  oleh tingkat kedewasaan seseorang dalam berpikir.

2.4. EMOSI

Secara “fisiologis” emosi merupakan suatu proses jasmani yang berkaitan dengan perubahan yang tajam dalam meluapnya perasaan seseorang.

Perubahan-perubahan ini terlihat dengan jelas dalam perubahan denyut jantung, ritme pernafasan, banyaknya keringat dsb. Secara psikologis, emosi dialami sebagai reaksi yang sangat menyenangkan atau reaksi yang paling tidak menyenangkan, yang kita gambarkan dengan kata-kata seperti gembira atau marah.

Atau dengan kata lain secara singkat bahwa EMOSI didefinisikan sebagai menerapkan “gerakan” baik secara metafora maupun harfiah untuk mengeluarkan perasaan. Jadi emosi merupakan daya dorong pikiran orang berpikir untuk mengetahui masa lalu, masa kini dan masa depan, oleh karena itu lahirlah penelitian-penelitian seperti:

EQ MAP, yang oleh penulisnya Robert K.Cooper dan Ayman Sawaf telah merumuskan Kecerdasan Emosional Dalam Kepemimpinan dan Organisasi mengemukakan bahwa Kecerdasan Emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi.

Selanjutnya mereka merumuskan sebuah Model Empat Baru Penjuru yang akan memindahkan kecerdasan emosional dari dunia analisis psikologis dan teori-teori filosofis ke dalam dunia yang nyata dan praktis.

Batu penjuru pertama disebut dengan KESADARAN EMOSI yang bertujuan membangun tempat kedudukan  bagi kepiawaian dan rasa percaya diri pribadi melalui kejujuran, emosi, energi emosi, umpan balik emosi, intuisi, rasa tanggung jawab dan koneksi.

Batu penjuru kedua disebut KEBUGARAN EMOSI bertujuan mempertegas kesejatian sifat dapat dipercaya, dan keuletan anda, memperluas lingkaran kepercayaan anda dan kemampuan anda untuk mendengarkan, mengelola konflik, dan mengatasi kekecewaan dengan cara paling konstruktif.

Batu penjuru ketiga disebut KEDALAM EMOSI, anda akan mengeksplorasi cara-cara menyelaraskan hidup dan kerja anda dengan potensi serta bakat unik anda dan mendukungnya dengan ketulusan, kesetiaan pada janji dan rasa tanggung jawab, yang pada gilirannya memperbesar pengaruh anda tanpa mengobral kewenangan.

Batu penjuru keempat disebut ALKIMIA EMOSI, tempat anda memperdalam naluri dan kemampuan kreatif untuk mengalir bersama masalah-masalah dan tekanan-tekanan dan bersaing demi masa depan dengan membangun keterampilan untuk lebih peka akan adanya kemungkinan-kemungkinan solusi yang masih tersembunyi dan peluang yang masih terbuka.

Dengan memahami seperangkat pengetahuan yang diperoleh dari pengamatan pengalaman tentang emosi yang diperoleh dari hasil penelitian yang pada saat ini terus dikembangkan oleh para peneliti dan kita dapat memanfaatkannya.

Jadi memberikan ruang gerak untuk belajar dalam usaha untuk meningkatkan kapasitas penalaran kita dan sekaligus memanfaatkan dengan lebih baik emosi kita, kebijakan intuisi kita dan kekuatan yang ada dalam menggali potensi otak yang ada diri kita dalam komunikasi.

2.5. BERPIKIR

Berpikir adalah aktualisasi otak sebagai sumber penggerak yang tidak terbatas dengan menggambarkan dan membayangkan sesuatu dalam pikiran. Setiap hari dalam kehidupan anda akan berpikir, sudah tentu bila anda menghadapi suatu masalah, maka anda akan berpikir dalam kategori yang bersungguh-sungguh berarti menjalankan pikiran, memperkembangkan alat berpikir agar mampu menghadapi persolan dan memecahkannya.

Manusia dalam kehidupan kesehariannya tidak pernah melepaskan diri dari berpikir dan karenanya, kita harus memahami alat berpikir yang kita sebut dengan KESADARAN, KECERDASAN DAN AKAL. Ketiga alat berpikir itu bergerak sesuai dengan dorongan dari berpikir untuk mengetahui dari sesuatu yang tidak ketahui menjadi suatu kebenaran.

Untuk dapat menggerakkan kemampuan berpikir dengan memanfaatkan otak atas sebagai alat pikir dan otak bawah sebagai alat menghayati, maka berpikir disini terwujud dari proses mental yang sadar.

Oleh karena itu diperlukan pula pemahamam tahapan berpikir, yang menurut J.Kafie mengungkapkan lima tahapan, yaitu:

(1)   BERPIKIR BIASA yaitu bergaul dengan pengalaman-pengalaman inderawiah untuk membentuk ketahuan-ketahuan kita.

(2)   BERPIKIR LOGIS yaitu suatu teknik penalaran untuk dapat menarik kesimpulan yang korek (sah).

(3)   BERPIKIR ILMIAH yaitu berpikir secara sistematis, metodis, dan objektif, dalam rangka mencapai kebenaran dalam ilmu pengetahuan.

(4)   BERPIKIR FILSAFAT yaitu berpikir dialektis yang terarah untuk mendapatkan kebenaran yang hakiki, integral dan universal.

(5)   BERPIKIR THEOLOGIS yaitu corak berpikir Qur’ani yang bertujuan untuk mencapai suatu keyakinan bahwa Allah SWT adalah wujud Al Haq.

Tahapan berpikir tersebut memberikan arti kita dalam bersikap dan berperilaku untuk mengaktualisasikan berpikir dengan ketiga unsur jiwa itu (KESADARAN, KECERSAN, DAN AKAL) bertindak dengan serentak saling mengisi dan saling membantu.

Dengan ketiga jiwa tersebut kita mampu menempatkan berpikir untuk apa kita hidup, maka dalam kita berpikir kita patuh kepada pesan-pesan Rasullullah SAW seperti”:

“Rebutlah lima peluang sebelum terjadi lima perkara: masa mudamu sebelum tiba masa tua, masa sehatmu sebelum tiba masa sakit, masa lapangmu sebelum tiba sebelum tiba masa sibuk, masa kayamu sebelum tiba masa papa dan masa hidupmu sebelum tiba ajalmu.”

“Takkan bergeser kedua kaki manusia pada hari kiamat sampai selesai ditanyai tentang empat perkara: (1) Tentang umurnya, untuk apa dihabiskan, (2) Tentang masa mudanya, untuk apa dipergunakan, (3) Tentang hartanya, dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan, (4) Tentang ilmunya, apa yang sudah diperbuat dengannya. “

Jadi dengan memahami tahapan berpikir tersebut serta dapat menangkap makna dibalik ungkapan pesan-pesan diatas, maka kita dapat memahami untuk mengaktualisasikan sebagai awal kita berpikir dengan menggerakkan KESADARAN artinya dengan kesadaran kita dapat berorientasi meninjau serta merasakan diri sendiri serta menangkap situasi diluar diri kita.

Dengan kesadaran itu kita dapat meletakkan perhatian pada barang sesuatu sehingga dapat memusatkan kesadaran pada apa-apa itu dan menyadarkannya. Jadi kesadaran yang dipusatkan dapat mempertajam panca indera kita ke satu arah pusat perhatian, yang kita sebut dengan fokus. Kesadaran akan berpusat di otak atas sebelah kanan.

Kesadaran tidak berarti apa-apa dalam berpikir, bila tidak dibantu oleh KECERDASAN karena kesadaran menyadarkan tentang apa-apa, namun kecerdasan melaporkan kepada kita keadaan perkara dan hubungan-hubungannya. Jadi melalui kecerdasan kita dapat menangkap fakta dan informasi untuk mengingatkan masalah kita hadapi atau dengan kata lain seberapa besar resiko yang dihadapinya, tapi laporan itu akan menjadi penting bila kita dapat mencari jawaban untuk menghindarkan atau menumpasnya. Kecerdasan akan berpusat di otak atas sebelah kiri.

Kecerdasan menjadi bermakna, bila AKAL menunjukkan untuk mencari jalan untuk memenuhi maksud dan tujuan kita. Dengan akal, akan mempersoalkan dimana letaknya bahaya, apakah macam bahaya yang akan dihadapi, apakah akan segera datang atau berlangsungnya tetap sebagai bahaya, bagaimana ia dapat dihindarinya. Kemudian menunjukkan cara-cara penyelesaiannya, disitulah letak pekerjaan akal.

Tidak heran pula muncul dalam kita berpikir untuk memberikan pertimbangan-pertimbangan tertentu, sehingga lahir ungkapan seperti apakah barang sesuatu masuk diakal atau tidak.

Dengan demikian akal adalah potensi rohaniah yang memiliki pelbagai kesanggupan seperti kemampuan berpikir, menyadari, menghayati, mengerti dan memahami, sehingga kegiatan akal itu berpusat atau bersumber dari kesanggupan jiwa yang disebut dengan intelengensi. Akal berpusat di otak bawah sadar yang disebut hati.

Walaupun kita menyadari bahwa akal, kadang kala diartikan hati jasmani, roh penggerak badan jasmani, nafsu syahwat dan ilmu dan arti mengenal segala sesuatu. Jadi apabila Al-qur’an dan hadits menyebutkan “hati” maka yang dimaksud ialah benda halus lagi indah yang terdapat dalam diri manusia yang mengenal hakikat segala sesuatu.

Jadi dengan ketiga jiwa tersebut kita tidak dapat menyebutkan yang satu dengan meninggalkan dua yang lainnya, sehingga setiap kita mengaktualisasikan jiwa tersebut dalam berpikir, ia akan bertindak dengan serentak, saling mengisi dan membantu.

Agar anda menggunakan otak anda dan daya kekuatan yang tersembunyididalamnya, berusaha untuk mengembangkan dan meluaskan pikiran anda. Gunakanlah kesemua itu untuk berpikir secara dinamis dan maju. Untuk berpikir secara luas, maka kita menyadari betapa pentingnya kita mengembangkan daya ingatan dalam kerangka kita berpikir dengan menghayati situasi dibawah ini:

(1)   Senantiasa menyadari bahwa otak tidak mengenal pembatasan dalam penggunaannya;

(2)   Rentangkanlah pemikiran anda dengan mencakup pemikiran orang lain;

(3)   Kembangkanlah kecakapan anda bagi suatu pengawasan mental;

(4)   Berikanlah tugas yang terus-menerus kepada komputer pikiran bawah sadar anda dan mempercayai jawaban yang diberikannya;

(5)   Kembangkanlah kemampuan anda untuk mengingat dan mengembalikan ingatan akan hal-hal yang sudah terjadi.

2.6. SIKAP, PERILAKU DAN KEPRIBADIAN

SIKAP dapat dikatakan merupakan prediposisi stabil untuk bertindak secara positif atau negatif terhadap kategori atau objek tertentu. Misalkan Abdul mempunyai sikap yang negatif terhadap tokoh penguasa.

Sebagai karyawan, ia mengatakan kepada rekan-rekannya bahwa para atasannya bersifat diktator. Jadi kita dapat mengatakan bahwa sikap sebagai fokus mental anda dalam memandang dunia luar dimana anda dapat merasa optimistik dan atau merasa pesimistik.

Dalam bahasa sederhana sikap adalah cara anda melihat sesuatu secara mental (kesiapan berpikir dan memahmi menurut pola berpikir tertentu) atau dengan kata lain sikap adalah cara anda mengkomunikasikan suasana hati anda kepada orang lain.

Dengan demikian anda dapat memfokuskan atau mengarahkan pikiran anda  dalam  suatu  situasi  sebagai  peluang  ataupun  sebagai  hambatan seperti halnya hari yang mendung dapat terasa indah, dapat pula terasa buruk, oleh karena itu andalah yang dapat menentukan suatu persepsi sebagai suatu proses memandang atau menafsirkan lingkungan anda.

Singkatnya sederhana sekali bahwa anda akan memotret kehidupan yang ingin anda potret, sehingga bila anda menekankan hal yang positif dan mengabaikan yang negatif adalah seperti menggunakan kaca pembesar artinya disatu sisi bila anda membayangkan anda menggunakan lensa binokuler, maka akan bermakna sisi pembesarnya untuk memandang hal-hal yang postif dan baliklah bilamana anda menjumpai unsur-unsur negatif untuk membuatnya kelihatan lebih kecil.

Sejalan dengan uraian diatas, kita tidak dapat melepaskan pemahaman tentang terbentuknya sikap itu sendiri karena dari situlah kita dapat memahami struktur sikap beserta komponen-komponennya yaitu komponen kognitif berupa apa yang dipercayai oleh subjek pemilik sikap, komponen afektif merupakan komponen perasaan yang menyangkut aspek emosional dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh subjek.

Kesimpulan kita bahwa SIKAP anda adalah suatu isyarat yang anda pancarkan kepada orang lain, yang berarti juga cara anda melihat sesuatu secara mental dari dalam, dengan demikian memusatkan perhatian pada faktor-faktor positif dari lingkungan, maka akan mudah untuk tetap bersikap positif. Sebaliknya bilamana ada goncangan pada diri anda akan berdampak sikap anda menjadi negatif, dalam situasi demikian tantangannya adalah penyesuaian sikap untuk mengembalikan kepada yang positif.

PERILAKU adalah segala tindakan yang dilakukan oleh suatu organisme, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati (seperti pikiran dan perasaan), dengan kata lain perilaku adalag “gaya”. Jadi setiap manusia akan mengaktualisasikan diri kedalam tiga gaya perilaku yang disebut dengan asertif, nonasertif dan agresif.

Perilaku ASERTIF bersifat aktif, langsung dan jujur berarti perilaku ini mengkomunikasikan kesan respek kepada diri sendiri dan kepada orang lain, sehingga memandang keinginan, kebutuhan dan hak satu sama lain adalah sama. Jadi ada kemampuan untuk mempengaruhi, mendengarkan dan bernegosiasi sehingga orang lain bersedia untuk be-kerjasama dengan secara suka rela.

Perilaku NONASERTIF bersifat pasif dan tidak langsung. Merupakan kebalikan dari asertif karena ia membiarkan keinginan, kebutuhan dan hak orang lain menjadi lebih penting dari milik kita, ini berarti menciptakan situasi ”menang-kalah”.

Perilaku AGRESIF bersifat lebih komplek karena dapat aktif atau pasif, jujur atau tidak jujur, langsung atau tidak langsung, tetapi pada dasarnya mengkomunikasikan suatu kesan superioritas dan tidak adanya respek, jadi kita menempatkan keinginan, kebutuhan dan hak kita diatas orang lain.

Dengan memahami ketiga gaya tersebut, kita dapat secara bertahap melakukan perubahan gaya, walaupun kita semua menggunakan tiga gaya perilaku tersebut, yang menjadi masalah bagaimana kita dapat menuju yang asertif secara konsisten dengan melepaskan diri dari situasi dan faktor pribadi, dengan cara memahami filosofi asertif itu sendiri  seperti dibawah ini :

(1)   Saya memahami bahwa orang akan berubah hanya bila mereka memilih untuk berubah;

(2)   Saya menyadari bahwa setiap pilihan asertif menghalangi gaya yang lain dan meyakini keberhasilan itu ada;

(3)   Saya meyakini aktualisasi sikap saya dari bereaksi atas sikap orang lain;

(4)   Saya menyadari bahwa sikap orang lain berbeda dengan sikap saya, tetapi orang lain tetap baik adanya;

(5)   Saya menerima tanggung jawab karena kesadaran, kecerdasan dan akal sendiri bukan dari orang lain.

KEPRIBADIAN, adalah suatu pengertian yang dimaksudkan disini yang menyangkut suatu kesan menyeluruh tentang diri seseorang, yang dilihat orang lain. Kesan itu merupakan bauran yang unik dari ciri-ciri fisik dan mental yang ada dalam diri seseorang.

Kesan yang ditarik oleh orang lain menjadi positif tentang kepribadian orang, bila yang bersangkutan menunjukkan semua kemampuan, perbuatan, dan kebiasaan seseorang baik jasmani, mental, rohani, emosional maupun sosial dapat dijadikan panutan bagi orang lain, kecuali keadaan penampilan yang sebaliknya.

Kepribadian yang sehat akan sangat ditentukan oleh kemampuan seseorang untuk terus meningkatkan kedewasaannya dalam mengaktualisasikan sikap dan perilaku yang dapat diterima oleh orang lain dilihat dari sisi rohaniah, sosial, emosional dan intelektual yang bersumber dari kepercayaan diri karena kemampuan untuk menyalurkan segala yang kita ketahui dan segala yang kita kerjakan.

3. OTAK  DAN KREATIFITAS

Siapakah yang dapat merobah nasib dan menentukan nasib dirimu kalau bukan dirimu sendiri dan siapakah yang bertanggung jawab atas kesengsaraan dan kemuliaan dirimu kalau bukan dari usahamu dan perjuangan jerih payah sendiri?  Oleh karena itu sesuai dengan fitrahmu yang sejalan dengan pribahasa yang mengatakan “Tambang emas pada diri anda adalah pikiran anda. Anda dapat menggali sepuas anda inginkan“.

Pada bagian terdahulu telah diungkap secara sepintas tentang otak, memori, emosi, berpikir, sikap, perilaku dan kepribadian, maka bila anda dapat menghayati makna yang tersembunyi itu berarti anda mempunyai kemampuan untuk menggali tambang emas pada diri anda. Masalahnya bagaimana anda dapat menggunakan kepala anda untuk menuju kepada perspektif dalam hidup, bekerja dan belajar sepanjang hayat. Untuk itu semuanya diperlukan seperangkat pengetahuan yang kita sebut dengan mengelola pemberdayaan otak.

Mengelola pemberdayaan otak adalah proses merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengawasi pemanfaatan otak dalam mencapai tujuan pemberdayaan otak diri menjadi kreatif.

Kreatifitas adalah sumber dari kemampuan untuk menggerakkan imajinasi sebagai kekuatan murni dari pikiran manusia. Betapa pentingnya imajinasi itu, seperti yang diungkapkan oleh Albert Einstein, “Imajinasi lebih penting daripada ilmu pengetahuan”; Shakespeare “Imajinasi menjadikan manusia sebagai suri tauladan bagi makluk lainnya”.

Mengaktualisasikan alat berpikir berupa kesadaran, kecerdasan dan akal, tidak lain dari kemampuan anda untuk mengimplementasikan manajemen pemberdayaan otak agar tumbuh dan berkembang berpikir kreatif. Satu kenyataan yang kita hadapi dalam kehidupan ini bahwa kita diajarkan tentang apa yang harus dipikirkan dan bagaimana cara berpikir terhadap fungsi (1) mengamati dan memperhatikan; (2) mengingat kembali; (3) menganalisa dan mempertimbangkan, tetapi kita lupa untuk menggali tambang emas yang ada, apa yang kita sebut pikiran dengan fungsi yang (4) berupa kemampuan untuk menggerakkan ide-ide baru, meramalkan dan memvisualisasikan yang belum ada.

Dengan memahami manajemen pemberdayaan otak sebagai suatu konsepsi bahwa disatu sisi kita dapat menggali tambang emas pada diri kita melalui otak atas dengan menggunakan otak kiri dan otak kanan yang berarti kita berpikir secara metodis artinya berpikir yang disadari dalam fungsi (1), (2), (3) diatas, disisi lain kita juga dapat menggunakan otak dibawah sadar yang berpusat di hati, dimana hasil kerja hati dengan penghayatan yang kita sebut dengan intuisi yang memenuhi fungsi ke (4). Fungsi keempat yang kita sebut diatas, itulah yang membuka jalan pikiran dengan berpikir intuitif untuk mewujudkan kreatifitas.

Banyak yang berpendapat bahwa untuk mengaktualisasikan berpikir intuitif, terdapat kesalahan dalam berpikir tentang wujudnya kepribadian yang kreatif, kesan itu ditimbulkan karena pandangan yang keliru mengenai:

(1)   Manusia kreatif adalah manusia yang mendapat fitrah, pikiran ini ditimbulkan salah menafsirkan soal bakat yang ada pada seseorang;

(2)   Manusia kreatif disebut juga para ahli yang melekat pada dirinya karena hanya ia yang memiliki kemampuan untuk memecahkan semua kehidupan ini.

(3)   Manusia kreatif dibayangkan cenderung menjadi manusia yang memiliki gangguan emosional karena selalu ingin menunjukkan kemampuan yang non-rasional.

(4)   Manusia kreatif dibayangkan untuk selalu berpikir kearah hal-hal yang sama sekali baru dalam pengamatannya.

(5)   Manusia kreatif disebut juga sebagai orang yang suka berhayal sehingga dipandang tidak praktis dan berdampak beban biaya yang harus ditanggung.

Dengan pandangan yang keliru itu, kiranya perlu diluruskan agar benih kreatifitas yang ada pada pikiran anda perlu digali sepuas hati anda, maka disitu terletak keyakinan pada diri anda bahwa potensi yang ada dalam diri anda, hanya dapat tergerak bila anda menyadari betapa pentingnya untuk memproses pemberdayaan otak dalam mewujudkan kreatifitas untuk tumbuh dan dikembangkan sepanjang masa.

4. KESIMPULAN

Menggali pola pikir sebagai kekayaan terbesar suatu berarti ada niat untuk menggali tambang emas yang ada pada diri anda  sebagai manusia ciptaan Allah SWT, oleh karena itu seberapa jauh anda mampu mengungkit kekuatan tersembunyi dalam pikiran anda.

Dengan menggali kekuatan pikiran sebagai kekayaan terbesar, berarti anda tidak terlepas memaksimumkan konsepsi yang terungkap pada otak, memori, naluri, emosi, berpikir, sikap, perilaku, kepribadian, kreativitas yang akan mendorong rumusan sebagai hasil pemikiran.

Sejalan dengan pemikiran tersebut, maka setiap orang itu pasti tidak terlepas empat hal yang terkait dengan 1) hal-hal yang berkaitan dengan ketaatan ; 2) hal-hal yang berkaitan dengan kemaksiatan ; 3) hal-hal yang berkaitan dengan sifat-sifat yang merusakkan ; 4) hal-hal yang berkaitan dengan sifat-sifat yang menyelamatkan.

B. PENDEKATAN  DENGAN  MENGGALI  MAKNA  BAKAYANG  TERSEMBUNYI  DALAM  DIRI

1. Rumusan apa itu bakat.

Untuk mengungkapkan makna bakat, maka caranya pahami unsur kata bakat menjadi suatu kata yang bermakna, maka disitu terletak keingitahuan dari proses berpikir anda dari yang tidak tahu menjadi tahu. Inilah yang disebut mencari „kebenaran“.

Bila bakat diuraikan dari unsur kata yang bermakna, maka mnjadi (B)ERPIKIR, (A)KSES, (K)ESADARAN DAN KECERDASAN, (A)KAL, (T)AQWA. Renungkan apa yang tertuang dalam Al Qur’an mengenai kata sebagai kekuatan untuk mengungkit makna bakat sbb.

BERPIKIR

S.Q. 2 : 164 „Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan“

S.Q. 2 :219“ Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfa`at bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfa`atnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,,

S.Q. 2 : 220“ tentang dunia dan akhirat. Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah: “Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu menggauli mereka, maka mereka adalah saudaramu dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

AKSES jalan menuju kepada petunjuk atau wahyu Allah.

KESADRAN

S.Q. 14 : 18“ Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.

KECERDASAN

S.Q. 53 : 6“ Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli.

AKAL

S.Q. 2 : 142“ Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata: “Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?” Katakanlah: “Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.“

S.Q. 2 : 179“ Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.,

S.Q. 2 : 197“ (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.

TAQWA

S.Q. 2 : 66“ Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa“

S.Q. 2 : 180“ Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapa dan karib kerabatnya secara ma`ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.

Jadi bertolak dari unsur kata tersebut, maka dapat disimpulkan suatu pemahaman dari unsur kata menjadi untaian kalimat yang bermakna yaitu

BAKAT adalah kemampuan dalam mengungkit kekuatan (P)ikiran dalam memanfaat (A)kses dengan (K)esadaran dan (K)ecerdasan untuk mengambil keputusan melalui (A)kal dalam menjalankan (T)aqwa yang sejalan dalam usaha-usaha menuju perjalanan hidup abadi.

2. Rumuskan penemuan bakat anda

Untuk mengungkap kekuatan potensi dalam bakat anda diperlukan prinsip-prinsip yang dapat menuntun untuk memperkuat suatu daya kemauan dengan memperhatikan pemikiran sebagai berikut :

  1. Diperlukan suatu rumusan yang jelas arti keberadaan anda kedalam pemikiran jangka pajang (5 th) yang memberikan arah persfektif dalam menuju perjalanan hidup abadi. Dengan kekuatan jabarkan kedalam pemikiran jangka menengah (2-3 th) yang memberikan arah kedalam posisi anda di masa depan. Selanjutnya perlu dituangkan kedalam pemikiran jangka pendek (1 th) untuk memberikan arah penilaian. Pemikiran ini kita sebut dengan kekuatan abstrak.
  1. Bertolak dari kejelasan pemikiran dari kekuatan abstrak, perlu diwujudkan kedalam pemikiran yang konkrit artinya dari kekuatan inilah kesanggupan anda untuk melaksanakan berdasarkan komitmen dalam diri anda bukan yang berasal dari luar.
  1. Dengan komitmen itu akan menuntun sikap anda kedalam kekuatan tindakan (konatif), kepercayaan (kognitif) dan emosional (afektif), yang menjadi pendorong dalam usaha membangun dalam diri anda siap dalam berperilaku yang sejalan dengan kekuatan daya kemauan sehingga membantu kekuatan kebiasaan pikiran.
  1. Sikap anda harus dapat menuntun dalam kemampuan anda untuk mengkomunikasikan suara hati kepada orang lain dengan kekuatan pikiran positif agar dalam berperilaku mampu untuk menuntun anda cara mempengaruhi orang lain dalam usaha mewujudkan dari kekuatan inspirasi anda.
  1. Bertolak dar prinsip-prinsip diatas, akan menjadi satu kekuatan pikiran anda dalam usaha memperkuat daya kemauan untuk secara berkesinambungan untuk membangun kebiasaan pikiran yang produktif, maka disitu terletak perubahan sikap dan perilaku anda akan mampu merubah cara pandang dalam proses mengungkit pola pikir dari yang bersiat reaktif menjadi sesuatu kekuatan yang bersifat proaktif.

3. Pensyaratan dalam mengungkit potensi dalam bakat :

Bertitik tolak dari pemikiran yang terkait dengan pemahaman bakat dan prinsip, maka dalam mengungkit kekuatan potensi yang ada dalam diri anda, diperlukan pula hal-hal yang harus juga diperhatikan secara lebih terfokuskan yang menyangkut :

  1. Dengan kekuatan memahmi diri, disiplin dan berani membuat keputusan, maka akan mampu mendorong untuk mengungkit apa yang menjadi bakat yang dimiliki, dimana setiap manusia memiliki keistimewaan yang menjadi masalah bagaimana menemukan ke istimewaan itu.
  1. Dengan kekuatan pikiran, anda akan menemukan ke istimewaan itu yang sejalan dengan keputusan yang dibuat untuk menjawab siapa, darimana dan kemana anda dalam menjalani hidup ke masa depan, itulah yang kita sebut dengan visi hidup anda.
  1. Dengan adanya kejelasan visi hidup anda, itu berarti dapat menjadi satu kekuatan sebagai daya dorong agar anda dapat memberikan  keinginan untuk mewujudkan menjadi suatu kenyataan dalam hidup anda.
  1. Keinginan berati mau melakukan sesuatu yang ditopang oleh kemampuan memiliki ilmu pengetahuan berarti apa yang harus dilakukan dan mengapa disatu sisi dan disisi lain anda memiliki kemampuan dalam keterampilan berarti bagaimana melakukan. Jadi ketiga kekuatan (keinginan, ilmu, keterampilan) tersebut akan membentuk kebiasaan pikiran yang harus dibina secara berkelanjutan kedalam wadah otak anda.
  1. Dengan menempatkan kebiasaan pikiran kedalam wadah otak anda yang potensial, itu berarti  ada peluang bagi anda untuk memanfaatkan alat pikiran anda, ini berarti  memberikan kekuatan daya kemauan untuk digali sesuai dengan kemampuan anda sendiri

4. Pahamilah kekuatan pikiran dapat mempengaruhi keberhasilan :

Sejalan dengan keberanian anda untuk mengungkapkan bakat sebagai keputusan mengenai diri yang akan dijalani dalam perjalnan hidup anda, maka disitu terletak pula bahwa pikiran yang membentuk sikap dan perilaku serta memperlihatkan gambaran kepribadian anda akan dapat pula untuk menunjukkan wujud dari kekuatan pikiran yang dapat mempengaruhi dalam keberhasilan. Oleh karena itu, gunakanlah kekuatan pikiran untuk membina pikiran positif dan menjauhkan diri dari pikiran negatif.

Pikiran negatif tumbuh dan berkembang sejalan dengan kebiasaan pikiran yang dilakukan baik yang disadari maupun yang tidak disadari, oleh karena itu cobalah anda renungkan pertanyaan dibawah :

  1. Apakah pikiran negatif semakin mendekatkan anda kepada Allah ?
  2. Apakah pikiran negatif bisa membantu anda mewujudkan harapan hidup anda ?
  3. Apakah pikiran negatif bisa membantu anda memprbaiki kesehatan ?
  4. Apakah pikiran negatif bisa menjadikan anda sebagai ayah, ibu saudara, anak yang lebih baik ?
  5. Apakah pikiran negatifbisa membantu anda meningkatkan prestasi belajar, kerja, produktivitas, ekonomi ?
  6. Apakah pikiran negatif bisa membuat lebih banyak orang yang menyukai anda ?
  7. Apakah pikiran negatif bisa menambah nilai diri kita, mencapai kebahagian yang diinginkan dalam hidup  dan membantu kita membangun masa depan komunitas kita ?

Sedangkan pikiran positif tumbuh dan berkembang sejalan dengan motif pikiran yang terkait dalam 1) mendukung sudut pandang, 2) pengaruh orang lan, 3) kekuatan waktu, 4) daya tahan dan berkelanjutan.

Dengan motif tersebut membentuk kebiasaan pikiran yang produktif yang didukung oleh keteguhan pendirian dalam ketetapan pikiran, konsentrasi, perasaan, tindakan, dan keberhasilan.

Dengan keteguhan dalam kebiasaan pikiran berarti dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab yang didukung oleh prinsip-prinsip menjalani hidup yang mencakup 1) belajar dari pengalaman masa lalu, hidup pada hari ini dan melihat masa depan ; 2) melaksanakan kekuatan pikiran dengan sikap proaktif ; 3) sejauh mungkin melepaskan diri kebiasaan sikap reaktif ; 4) melaksanakan unsur jiwa sebagai alat pikiran berupa kesadaran, kecerdasan dan akal yang tidak berdiri sendiri ; 5) membuat keputusan atas dasar alternatif dalam pemecahan.

Dengan demikian, hasil pikiran positif dan negatif dapat mempengaruhi dalam wujud sikap, perilaku dan kepribadian kedalam aspek-aspek kehidupan yang dijalani, dalam hal ini dapat berbentuk posisi pada 1) mentalitas, 2) jati diri, 3) kepercayaan diri, 4) psikologis, 5) kesehatan, 6) kebersihan ruhani, 7) kelurusan aqidah, 8) kelembutan rasa, 9) gejolak jiwa, 10) ketajaman mata hati.

5. Membangun kebiasaan pikiran yang produktif

Anda sadari sepenuhnya bahwa masa yang anda miliki adalah hari ini, oleh karena itu ingatlah pula dimana hidup anda dibentuk oleh pikiran anda sendiri. Jadi dalam usaha memperkuat daya kemauan yang terkait dengan gambaran akhlak atau moral, maka disitu pula terletak gambaran tentang kebiasaan pikiran dibentuk.

Dengan terbangunnya kebiasaan pikiran yang ditopang oleh kekuatan pikiran yang positif, maka anda mampu mendobrak kecemasan yang dapat berbuah ketakutan dalam kehidupan. Takut adalah kondisi psikologis dan kecenderungan alami yang terdapat dalam hati manusia. Bentuk takut dapat berupa apa yang disebut dengan 1) takut kepada Allah ; 2) takut gagal ; 3) takut terhadap pemimpin yang dzalim ; 4) takut mati ; 5) takut miskin : 6) takut hantu ; 6) takut para nabi, malaikat dan orang saleh.

Renungkan apa yang tertuang dalam Al Qur’an pada S.Q. 2 : 155 „Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,

Bertolak dari perasaan takut yang diungkapkan diatas, maka usaha-usaha dengan membangun kebiasaan pikiran akan dapat memberikan ruang gerak dengan apa yang disebut 1)jangan takut dengan  kekuatan dari inspirasi untuk mencapai keberhasilan ; 2) jangan takut dengan perbedaan ; 3) jangan takut dalam berproses ; 4) jangan takut untuk memulainya.

Dengan membangun kebiasaan pikiran yang produktif, maka secara terus menerus akan meningkat kekuatan pengasaan ilmu dari informasi, pengetahuan dari pengalaman dan keinginan yang ditopang oleh niat menjadi suatu kekuatan pikiran untuk mampu memahami hal-hal yang terkait dengan 1) nilai pemikiran yang baik ; 2) mendalami makna dari dampak mengubah pikiran ; 3) mampu menguasai proses berpikir yang disengaja. Maka kekuatan pikiran tersebut membuka peluang sebagai suatu tantangan mengubah takdir yang sejalan dengan kemampuan mengubah nasib, inilah yang disebut dengan kebiasaan pikiran.

C. PENDEKATAN BERDASARKAN PENGETAHUAN

Menggali pola pikir diperlukan suatu kebiasaan pikiran yang mampu menggerakkan kemampuan pemanfaatan otak dengan suatu konsepsi berpikir yang kita sebut dengan suatu pendekatan.

Dengan pendekatan ini dimaksudkan adalah bertolak dari pemikiran untuk melaksanakan pengelolaan pemberdayaan otak, melalui apa yang disebut dengan penerapan dari fungsi manajemen sebagai suatu pola pikir seperti yang kita ungkapkan dibawah ini :

1. Perencanaan terpadu dalam pemberdayaan otak :

Membangun dan memelihara suatu kepribadian yang utuh berarti adanya suatu kepercayaan diri sebagai sumber sukses dan kemandirian melalui peningkatan kedewasaan rohaniah, sosial, emosial dan intelektual dengan merumuskan perencanaan secara terpadu dalam pemikiran jangka panjang memberikan arah persfektif, jangka menengah memberikan arah posisi ke mesan depan dan jangka pendek yang memberikan arah keberhasilan yang hendak di capai.

Sejalan dengan apa yang kita utarakan diatas, maka sukses dan kemandirian tidak mungkin kita raih, bila kita tak berkeinginan untuk mendorong kemajuan berpikir. Tak satupun ummat didunia tidak meyakininya bahwa kemajuan suatu ummat akan terletak pada cara berpikirnya. Oleh karena itu hasil pemikiran dan ilmu pengetahuan sangat menentukan kemajuan ummat dalam bidang agama dan bidang dunia adalah manusia harus menggali tambang emas yang ada pada dirinya yaitu pikiran untuk kehidupan baik di dunia kini maupu di akhirat nanti.

Betapa sempurnanya ajaran Islam mengajarkan agar setiap orang mau memikirkan berbagai kejadian langit dan mengamati alam semesta, menghayati dan mentafakkuri setiap persoalan dan peristiwa yang terdapat dalam alam semesta ini, supaya meyakini terhadap kebesaran, kekuasaan dan kesempurnaan Allah swt, yang menjadikan dan mengatur semuanya, sehingga makin sadarlah akan segala kelemahan dirinya masing-masing dihadapan Allah SW

Akhirnya, marilah kita mengingat kata-kata mutiara yang diucapkan Muhammad S.A.W berupa “Bekerjalah bagi kehidupanmu, seakan-akan kamu akan hidup selamanya, dan beribadahlah kepada Tuhanmu seakan-akan kamu akan mati besok”, oleh karena itu berdayakanlah otak untuk berpikir, bekerja dan belajar dengan suatu rencana sebelum bertindak.

2. Mengorganisir dalam pemberdayaan otak :

Keberhasilan anda untuk merealisir seluruh perencanaan strategik yang telah ditetapkan, maka langkah kedua adalah mengorganisir seluruh sumber daya yang ada dalam diri anda secara produktif. Penulis berkesimpulan sumber daya yang terkandung dalam memori, naluri dan emosi adalah menjadi penggerak kita berpikir, oleh karena itu maka melaksanakan pemberdayaan otak (atas dan bawah) perlu diasah terus menerus.

Sejalan dengan pikiran diatas hanya dapat kita lakukan, bila kita meyadari sepenuhnya bahwa potensi otak kita baru dimanfaatkan sebesar 1% saja, banyak peluang untuk kita menggalinya sepuas hati kita, maka disitulah letak keyakinan kita untuk meletakkan landasan percaya diri sebagai sumber sukses dan kemandirian dalam membentuk perubahan sikap dan perilaku pada tingkat kedewasaan yang memiliki makna dalam hidup ini.

Jadi faktor keyakinan menjadi pendobrak untuk anda memulai, karena disitulah letak keimanan anda terhadap kemampuan anda untuk mempergunakan alat berpikir berupa kesadaran, kecerdasan dan akal dalam usaha anda untuk melaksanakan koordinasi terhadap sumber daya yang potensial belum dimanfaatkan secara produktif.

3. Menggerakkan dalam pemberdayaan otak :

Menggerakkan pemberdayaan otak untuk mewujudkan perubahan dalam bersikap dan perilaku, emosi dan keyakinan diri hanya dapat diwujudkan bila anda menyadari sepenuhnya bahwa perubahan itu diperlukan. Untuk dapat menemukan kelemahan tentang diri, salah satu cara apa yang disebutkan dengan kemampuan dengan usaha-usaha meningkatkan kecerdasan emosional.

Tetapi yang paling penting adalah dalam kehidupan anda ditengah sosial, anda dapat merasakan pikiran-pikiran yang timbul tentang diri anda. Sikap dan perilaku orang lain memandang anda bila anda sedikit saja memperhatikan reaksi yang ditimbulkan dari komunikasi anda akan dirasaka sesuatu yang perlu anda bangkitkan dalam berpikir, maka anda melihat gejala-gejala yang dapat menimbulkan konflik pribadi.

Konflik pribadi hanya dapat diatasi sepanjang anda menyadari sepenuhnya ingin berubah dalam suasana dapat diterima oleh lingkungan dan oleh karena itu perlu diasah secara teratur kehidupan anda untuk melaksanakan perubahan yang diinginkan. Perubahan akan terlaksana bila anda mau berpikir ke arah perubahan itu sendiri. Menggerakkan pikiran-pikiran yang dapat mempengaruhi dalam berpikir, bila pikiran lahir dan batin dapat diaktualisasikan dengan prinsip saling mengisi dan tidak berdiri sendiri.

4. Kontrol dalam pemberdayaan otak :

Sukses anda dalam berpikir untuk mengembangkan kontrol dalam pemberdayaan otak sebagai langkah akhir dari keterampilan manajemen pemberdayaan otak, tidak lain dalam usaha anda untuk melakukan perubahan diri secara berencana.

Pikiran itu timbul, sudah tentu terkait dengan kebutuhan anda untuk ingin berubah sejalan dengan perubahan lingkungan anda, tapi bagaimanapun dibalik itu sudah merupakan kebutuhan anda dimana dalam masa tua anda ingin tetap dapat memanfaatkan otak secara terus menerus sebagai langkah untuk tidak menjadi pikun kecuali alasan-alasan medis.

Sejalan dengan yang kita utarakan diatas, maka kontrol dalam pemberdayaan otak perlu anda tingkatkan dalam berpikir, tanpa aktivitas itu sangat sulitlah anda akan keluar dari kebuntuan berpikir. Bila kebuntuan berpikir itu datang pada diri anda, maka anda dengan cepat melangkah untuk bertindak dengan menyatakan pada diri anda bahwa hanya sampai disinilah kemampuan saya berpikir, itu artinya apa bagi anda, tidak lain anda telah dihinggapi suatu penyakit “kalah sebelum berperang” sebagai akibat anda tidak mampu membendung bujukan setan dalam diri anda sendiri yang mempengaruhi pikiran anda.

Jauhkanlah pikiran  “kalah sebelum berperang” dari potensi otak anda, bangkitlah anda dengan kontrol dalam pemberdayaan daya ingat, masa depan, tanggung jawab sosial dan kriativitas untuk menimbulkan perasaan dan motivasi dalam pikiran anda. Jadi bila pikiran anda digerakkan dan kontrol dapat melakukannya, maka sukses ada ditangan anda sendiri.

Jadi sukses anda untuk melaksanakan kontrol dalam pemberdayaan daya ingat dalam usaha untuk mewujudkan kenyataan masa depan akan sangat dimotivasi oleh tanggung jawab sosial dan kreativitas anda.

5. Aplikasi pengelolaan pemberdayaan otak :

Menggerakkan kemampuan dalam pemberdayaan otak anda, ini berarti anda berpikir dalam usaha mencari kebenaran. Kebenaran itu akan ada, sangat tergantung kepada aktualisasi dari kesadaran, kecerdasan dan akal anda, dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah sebagai langkah-langkah tindakan yang harus dianut oleh pikiran anda, tanpa kaidah itu berarti anda berpikir dalam suasana yang tidak disadari. Dalam hal ini kita mencoba merumuskan adanya empat kaidah sebagai berikut :

1)      Kaidah satu yang kita sebut dengan potensialitas murni kesadaran untuk memulai anda berpikir dalam suasana hening dalam usaha mencari jawaban atas masalah dalam pikiran anda.

2)      Kaidah dua yang kita sebut dengan sebab dan akibat untuk membangkitkan kecerdasan dalam pikiran anda dalam mencari jawaban atas pilihan bertindak yang sejalan dengan lahir dan batin.

3)      Kaidah ketiga yang kita sebut dengan daya produktif untk membangkitkan akal dalam pikiran anda dalam proses pengambilan keputusan sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik atas diri anda dan diluar diri anda.

4)      Kaidah keempat yang kita sebut dengan niat dan hasrat merupakan keinginan anda untuk mempertajam daya ingat melalui catatan-catatan yang dibuat anda untuk selalu diingat dan direnungkan realisasinya.

Dengan memperhatikan kaidah-kaidah sebelum melangkah, itu berarti anda berpikir kedalam arus pikiran yang disadari sehingga menunjukkan secara produktif anda dapat memanfaatkan energi dan informasi yang tidak terbatas dalam diri anda.

Sejalan dengan itu, untuk memberikan dorongan, marilah kita menyimak yang berkaitan dengan mutiara kepribadian sbb. :

„Tambang emas dalam diri anda adalah pikiran anda. Anda dapat menggali sepuas anda inginkan“

„Kalau anda ingin mau maka lihatlah tiap-tiap perkembangan perubahan situasi. Di sana ada kesempatan untuk karirmu“

„Jangan dibunuh sainganmu agar engkau sendiri tidak kehilangan semangat bersaing“

„Berilah kegembiraan hati barang sesaat, karena hati itu kalau terlalu penat menjadi buta“

„Bekerjalah bagi kehidupanmu, seakan-akan kamu akan hidup selamanya dan beribadahlah kepada tuhanmu seakan-akan kamu akn mati besok“

„Musuhmu yang paling besar ialah dirimu sendiri yang ada dalam badanmu“

„Sesungguhnya Allah menjadikan rejekiku, dibawah bayang-bayang usahaku“

Untuk menggerakkannya pikiran anda, maka anda akan memulai dengan membangun petanyaan :

  • Kesadran dalam What to do
  • Kecerdasan dalam Why to do it
  • Akal dalam How to do it
  • Niat dan hasrat dalam When to do it

C. PENDEKATAN  DENGAN  MENGGALI  MAKNA

PERJALANAN HIDUP ABADI

1. Makna perjalanan hidup abadi

Setiap manusia hidup akan selalu menghadapi masalah dalam perjalanan hidupnya, mereka akan dihadapkan dalam realita hidup yaitu memperhatikan apa yang tampak secara lahir dari peristiwa itu sendiri. Kesulitan berubah menjadi kemudahan ; kebahagian berubah menjadi kesedihan ; kekayaan berubah menjadi kemiskinan adalah tabiat dasar dunia. Ingatlah, yang membuatmu terpana sering kali membuatmu merana.

Bertolak dari pikiran diatas, maka sebelum kita merumuskan apa yang kita maksudkan dengan „perjalanan hidup abadi“, sebaiknya kita renungkan ungkapan dalam Al Qur’an mengenai „berpikir tentang dunia dan akhirat seperti yang termuat dalam :

Q.S. 2 : 219“ Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfa`at bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfa`atnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,,

Q.S. 2 : 220“ tentang dunia dan akhirat. Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah: “Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu menggauli mereka, maka mereka adalah saudaramu dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Q.S. 57 : 20 „Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

Bayangkan pula bahwa „hidup sebagai ujian / cobaan“ seperti yang termuat dalam Q.S. 67 : 2“ Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

Juga renungkan ungkapan “Manusia hidup abadi, tidak ada” yang tercantum dalam. Q.S. 21 : 34 „Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?“

Bertolak dari surat dan ayat yang diungkapkan diatas, maka tanggalkan kebanggaanmu pada kemuliaan diniawi, sebab segala yang ada di dunia itu fana, tidak kekal dan dapat saja hilang dan rusak. Oleh karena itu renungkan makna “Membeli dunia dengan akhirat. Seperti yang termuat pada :

Q.S. 2 : 86“ Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong”.

Dengan memperhatikan hal-hal yang telah kita ungkapkan diatas, mendorong kita sebagai seorang muslim untuk memahami lebih dalam bahwa kebiasaan pikiran adalah pemimpin amalan perbuatan.

Oleh karena itu yang kita maksudkan dengan perjalanan hidup abadi, kita rumuskan melalui unsur kata yang bermakna yaitu HIDUP terdiri dari (H)ijrah, (I)nsyaf, (D)urhaka, (U)saha, (P)ahala ; ABADI terdiri dari (A)malan, (B)eribadah, (A)kal, (D)uniawi, (I)khlas.

Perjalanan Hidup Abadi adalah perjalanan melaksanakan (H)ijrah karena (I)nsyaf dari perbuatan (D)urhaka dalam (U)saha mendapatkan (P)ahala dengan mengamalkan (A)malan sesuai dengan aturan (B)eribadah berdasarkan keputusan (A)kal memandang (D)uniawi secara (I)khlas.

Jadi dengan rumusan diatas, maka perjalanan hidup abadi merupakan suatu kekuatan kebiasaan pikiran yang menopang kekuatan pikiran dalam kesiapan mensucikan hati untuk meraih hidayah hidup setelah mati. Dengan kekuatan pikiran itu berarti mampu mengamalkan hal-hal yang terkait makna ketaatan, kemaksiatan, sifat merusak dan sifat menyelamatkan.

2. Memahami, menghayati, mengamalkan makna kekuatan otak

Makna Otak Dalam Pandangan Berpikir Rohaniah” sebagai satu pendekatan untuk menggugah perubahan sikap dan perilaku dalam kehidupan. Jadi Dalam perjalanan hidup yang singkat ini sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah Swt, maka ia harus mampu berpikir tanpa ada keragu-raguan bahwa orang harus mau hidup dan harus tahu bagaimana meninggalkan dunia yang fana ini.

Sejalan dengan pemikiran tersebut diatas marilah kita menyimak satu ungkapan “Tidak ada bahan lain untuk surga dan neraka bagi manusia setelah mati, kecuali atas amal perbuatannya selagi di dunia”

Oleh karena itu manfaatkan makna “OTAK” karena kita sadar bahwa segala tempat dapat dipenuhi oleh isinya selain dari tempat ilmu. Tempat ilmu makin diisi makin bertambah besarnya. Tempat ilmu ialah di akal. Semakin bertambah ilmu semakin terasa kebodohan kita. Orang yang merasa diri pandai ialah orang tidak menambah pengetahuan.

Akhirnya kita menyadarinya bahwa air laut bila ditimba akan kering, tapi lautan ilmu pengetahuan, kian ditimba kian bertambah airnya

Renungkanlah Rasullullah saw, bersabda:

“ Barangsiapa melapangkan seorang Mu’min dari salah satu kesusahan dunia, maka Allah akan melapangkannya dari salah satu kesusahan-kesusahan hari  kiamat.

Dan barangsiapa meri-ngankan penderitaan seseorang, maka Allah akan meringankan penderitaannya di dunia dan di akhirat.

Dan barangsiapa menutupi cacat seseorang Muslim, maka Allah akan me-nutupi cacatnya di dunia dan di akhirat. Dan Allah akan memberikan per-tolongan kepada seseorang selama orang tersebut suka menolong saudaranya. Dan barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. Dan tiada berkumpul  suatu kaum dalam sebuah rumah dari antara rumah-rumah Allah (masjid) untuk membaca Al-Qur’an dan mengkajinya bersama-sama, melainkan keetenangan akan turun kepada mereka, rahmat akan menyelimuti mereka dan malaikat akan mengerumuni mereka, serta oleh Allah mereka akan disebut di kalangan  orang-orang yang berada di sisi-Nya. Dan barangsiapa  terlambat amalnya, maka dia tidak akan dipercepat oleh nasab keturunan-nya “ (H.R. Muslim)

Apakah manusia yang memiliki kekuasaan, mudah dipengaruhi  untuk membalikkan tingkat kesadaran yang begitu dilihat dari sudut INDERAWI merupakan tingkat yang paling rendah menjadi berubah. Kita bayangkan kalau orang yang kiblat kepada manusia dan materialistik, tidak mudah orang bisa berubah, begitu saja.

3. Memaksimumkan pemanfaatan otak

Kata OTAK sebagai suatu pendekatan akan kita uraikan dari unsur huruf menjadi kata yang bermakna, bagi orang islam bahwa unsur huruf  dalam OTAK begitu banyak surat dan ayat yang mengungkapkan artinya agar mereka tertuntun ke jalan yang benar sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah SWT

Jadi huruf dalam kata OTAK terdiri dari :

O menjadi ORANG

T menjadi TAWAKAL

A menjadi AMANAH

K mennjadi KERJA

Marilah kita mencoba untuk mengungkapkan unsur kata dalam beberapa surat dan ayat dalam Al Quran yang menjadi tuntunan kita bersikap dan berperilaku sebagai berikut :

ORANG : S.Q.5.42 “Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar kata bohong, banyak mereka memakan yang haram (seperti uang sogokn dan sebagainya). Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan) makaputuskanlah (perkara itu) di antara mereka atau berpalinglah dari mereka maka mereka tidak akan memberi mudharat kepada sedikitpun. Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) di antara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.

TAWAKKAL : S.Q. 8:49 “(Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang aada penyakit di dalam hatinya berkata : Mereka itu (orang-orang mu’min) ditepi oleh agamanya”. (Allah berfirman): “Barang-siapa yang tawakkal kepada Allah , maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

AMANAT : S.Q. 33 :72 “ Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat (yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan) kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sessungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”.

KERJA : S.Q. 2 : 134 “Itu ummat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakan nya dan  bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidk kan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan.”

S.Q.  5 : 8 “ Hai orang-orang beriman , hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kamu sekali-kali kebencianmu terhaadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepadaa takwa. Dan bertakwalah kepada Allah , sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjaakan”

Kami ingin menyimpulkan, apakah orang sebagai manusia yang diciptakan sebagai mahluk oleh Allah SWT yang paling mulia dimana dalam perjalanan hidupnya mengaku memeluk islam sebagai pandangan hidupnya, maka adakah kita menyadari seutuhnya sebagai pemeluk islam telah mampu memanfaatkan MAKNA OTAK seperti yang kami rumuskan diatas.

Apakah yang dapat kita kerjakan bila ada keinginkan untuk memanfaatkan sOTAK secara dioptimalkan, cabalah renungkan Rusulluh saw bersabda :

“Sesungguhnya dunia ini indah dan manis, dan Allah akan menyerahkannya kepadamu, dan kemudian Dia akan melihat bagaimana kamu memperlaku-kannya.Maka berhati-hatilah kamu terhadap godaan dunia, dan berhati-hatilah  (pula) kamu terhadap (godaan) wanita. (H.R. Muslim).

Dengan pemikiran pendekatan memaanfaatkan OTAK, timbul dalam pikirannya apa arti hidup di dunia dan pada waktunya ia juga bakal mati setiap saat ia dipanggil oleh sang penciptanya. Apakah model pendekatan ini akan merubah pola pikirnya sehingga menimbulkan rangsangan terhadap perubahan atas tingkat kesadarannya yang paling rendah yang kita sebut dengan kesadaran INDERAWI menuju ketingkat kedua dan seterusnya.

Perubahan tingkat kesadaran tersebut bisa terjadi bila ia dapat merenung tentang dirinya artinya ia menggerakkan keinginan dengan niat yang ikhlas dengan berpikir menghayati dengan maksud membuka mata hatinya, inilah yang disebut berpikir intuitif. Dengan tingkat kesadran yang berubah, maka kemungkinan melihat masa depannya yang akan dituju yaitu “hidup setelah mati”.

Apakah arti hidupnya dalam dunia, segala yang dimilikinya tak dapat dibawanya setelah mati, kecuali menuju “PERJALANAN ABADI” sejalan dengan manfaat “OTAK” yang diyakininya.

Jadi OTAK harus diterjemahkan huruf (O) menjadi ORANG sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah SWT, sebagai mahkluk yang paling mulia dan oleh karena itu huruf (T) menjadi TAWAKAL untuk menjalankan semua perintah dan hukumnya aku taati, suruhnYa aku kerjakan, laranganNYa aku hentikan dengan segenap kerelaan dalam menjalankan sesuatu yang diterjemahkan dari huruf (A) menjadi AMANAH/   AMANAT untuk menunntun dalam  bersikap dan berperilaku yang selalu memancarkan dari huruf (K) menjadi KERJA kedalam wujud untuk mempersiapkan diri menuju perjalanan abadi.

Dengan memahami makna OTAK sebagai suatu pendekatan yang kita kemukakan menjadi daya dorong untuk menarik hihmak berpikir artinya orang yang bijaksana mencari kesempurnaan tetapi orang bodoh mencari kekayaan.

4. Makna orang dalam otak

Bila kata ORANG kita uraikan dari huruf menjadi kata yang bermakna yang terdiri dari unsur kata yaitu :

O menjadi Organ ;

R menjadi Roh ;

A menjadi Akal ;

N menjadi Naluri / Nafsu ;

G menjadi Golongan.

Selanjutnya kita uraikan makna huruf menjadi kata bermakna sbb.

ORGAN adalah alat yang mempunyai tugas tertentu dalam tubuh manusia. Tentang manusia begitu banyak diungkapkan dalam  Al Qur’an pada surat-surat :

NO.2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36,38,39,41,42,43,44,45,46,47,49,50,51,52,53,54,55,56,57,58,59,62,63,64,66,70,71,72,80,82,83,84,86,89,90,95,96,99,100,103,110,114. Dalam setiap surat terdapat ayat-ayat yang mengungkapkan tentang manusia.

Sebagai contoh S.Q.2 : 8 “Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman “ Maknanya adalah untuk menjelaskan tentang go- longan munafik.

Jadi kalau kita sejenak untuk mengingatkan kembali dengan membaca surat dan ayat yang kami ungkapkan diatas, maka ia akan memberikan daya dorong kedalam pikiran kita untuk menyadari apa arti hidup sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah SWT ini.

ROH / Ruh adalah salah satu keyakinan yang diajarkan Al Qur’an  dan mempercayai soal-soal gaib merupakan salah satu sendi keyakinan beragama. Jadi kepercayaan mengenai soal-soal gaib itu justru merupakan perwujudan dari kebenaran iman dan islam.

Dalam Al Qur’an tentang Ruh dapat kita ketemukan dalam S.Q. 17 ; 85 ; 4:171 ; 19:17 ; 32:9 ; 38::72 ; 66:12 ; 78:38 ; 81:7

Sebagai contoh dalam S.Q 17:85 mengungkapkan sebagai berikut: “Dan mereka bertanya kepadamu tentang Roh. Katakanlah : “Roh itu termasuk urusan Tuhan-Ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”

Dengan pemahaman tersebut diatas, maka sejak manusia lahir, roh berangsur dewasa sesuai perkembangan jasmani. Jadi dengan mempercayai adanya roh itu berarti soal-soal gaib dapat kita rasakan, sehingga kepercayaan mengenai Roh tidak dipaksakan kepada pikiran untuk memanfaatkan otak melalui alat pikiran kesadaran, kecerdasan dan akal untuk mencari jawaban tentang Roh yang tidak diketahui hakkikatnya

Cobalah renungkan S.Q. 22 : 5 “ Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari Kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepadamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan, kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian  (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara Kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.”

S.Q. 6 : 62 “ Kemudian mereka (hamba Allah) dikembalikan kepaada Allah. Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum (pada hari itu) kepunyaan-Nya. Dan dialah Pembuat perhitungan yang paling cepat.

Dengan kita merenung untuk memahami makna dari kedua surat tersebut diatas, maka kita dapat mengetahuinya ada dua unsur dalam diri manusia yaitu jasad / tubuh / badan yang dapat diketahui tuntutan serta keinginannya disatu sisi dan disisi lain pada waktunya manusia setelah meninggal Roh-nya kembali kepada Allah.

AKAL, adalah salah satu mesteri lainnya yang diciptakan oleh Allah SWT untuk orang sebagai manusia yang memiliki kemampuan untuk berpikir.

Oleh karena itu dalam Al Qur’an telah diungkap dalam surat-surat dan ayat tentang akal seperti yang tercantum dalam . 2:142,179,197 ; 4:5 ; 5:58 ;  7:66,67,155 ; 10:100 ; 12:94,111 ; 26:28 ; 30:24 ; 39:21 ; 45::5 ; 53::6 ; 65:10.

Sebagai contoh mari kita renungkan S.Q. 2:142 “Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata : “Apakah yang memalingkan mereka (umat islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya ?” Kata-kanlah : “Kepunyaan Allah-lah timur dan barat ; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus”

Dengan Surat tersebut telah menunjukkan kepada kita bahwa “ke-esaan tuhanlah akhirnya yang menang”, oleh karena itu dengan akal yang dianugerahkan oleh Allah SWT, orang dapat berpikir sebagai manusia seutuhnya artinya ia mampu menggerakkan alat pikir yang lainnya dalam satu kesatuan yang disebut dengan kesadaran dan kecerdasan.

Dengan menggerakkan Kesadaran dalam berpikir artinya dengan  kesadaran kita dapat berorientasi meninjau serta merasakan diri seendiri serta menangkap situasi diluar diri kita.

Kesadaran tidak berarti apa-apa dalam berpikir bila tidak dibantu oleh Kecerdasan karena kesadaran menyadarkan tentang apa-apa namun kecerdasan melaporkan kepada kita keadaan perkara dan hubungannya. Jadi melalui kecerdasan kita dapat menangkap fakta dan informasi untuk mengingat masalah kita hadapi atau dengan kata lain seberapa besar resiko yang dihadapinya, tapi laporan itu akan menjadi penting bila kita dapat mencari jawaban untuk memecahkan.

Kecerdasan  menjadi bermakna, bila Akal menunjukkan mencari jalan untuk memenuhi maksud dan tujuan kita. Oleh karena itu dengan Akal adalah potensi rohaniah yang memiliki pelbagai kesanggupan seperti kemampuan berpikir, menyadari, menghayati dan memahami sehingga kegiatan akal itu berpusat atau bersumber dari kesanggupan jiwa yang disebut dengan intelengen. Akal berpusat di otak bawah sadar yang disebut hati.

Sejalan dengan pikiran diatas, cobalah renungkan S.Q. 2 : 269 “Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al hikmah, ia benar-benar dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)”

NALURI / Nafsu, dimana setiap orang adalah manusia pasti memiliki naluri. Naluri artinya fitrah dan oleh karena itu naluri adalah sesuatu yang tidak dipelajari dan sifatnya wajar yang dibawa manusia sejak lahir yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu tindakan tertentu.

Sifat dorongan itu, manusia bertindak dengan nalurinya pada dasarnya untuk kebaikan dan ada pula dasar untuk kejahatan,  sehingga manusia diberi ikhtiar untuk berusaha dalam  pelbagai bentuk pendekatan untuk memberikan bimbingan terhadap potensi kebaikan dan memberikan arah pada potensi kejahatan ke jalan yang baik.

Seperti kita maklumi bahwa dalam Islam faktor baik dan buruk merupakan sunnatullah  keberadaannya, sebab tidak sempurnalah Kekuasaan Allah itu jika hanya mampu mengadakan yang baik-baik saja, sedangkan yang buruk tidak.

Dorongan itu yang disebut Nafsu. Nafsu adalah bagian dari rohani yang memiliki pengaruh yang besar dan menguasai untuk memerintahkan kepada anggota jasmani. Didalam Al Qur’an dapat kita ketemukan dalam surat dan ayat yang tercantum pada S.Q. 2:87 ; 4:27, 135 ; 5:29, 48, 49, 70, 77 ; 6:119, 150 ; 7:81, 176 ; 12:53 ; 13:37 ; 18:28 ; 20:96 ;27:55.

Sebagaai contoh S.Q. 2 :87 “ Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya  (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah kami berikan bukti-bukti kebenaran  (mu’jizat) kepada ‘Isa putra Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul-Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dkeinginanmu lalu kamu angkuh ; maka beberapa orang (di antara  mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh ? “

Dari surat tersebut mengingat kita bahwa sikap orang Yahudi terhadap para rasul dan kitab-kitab yang diturunkan Allah. Sebaliknya Allah mengunci hati orang yang menuruti nafsu, seperti yang termuat dalam S.Q. 45:23 ; 47:16.

Dalam S.Q.45:23 berbunyi “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat ber-dasarkan ilmunya dan Allah telah mngunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannnya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran ? “

Sejalan dengan itu maka naluri yang ada pada manusia merupakan anugerah tuhan untuk dipakai secara bijaksana, karena dalam kehidupan manusia akan dihadapkan pada pelbagai kebutuhan baik sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat.

Dengan demikian sebagai individu, maka berkat dorongan naluri berupa hawa nafsu, kebutuhannya akan dapat terjaga dan terpelihara. Sebaliknya sebagai anggota masyarakat, ia dapat menyesuaikan diri sebab ada naluri seperti keinginan berkumpul, menyelamatkan diri, minta tolong  dsb.

Dengan mengutarakan hal diatas bahwa pada setiap manusia terdapat naluri dari pembawaan lahirnya, maka seberapa jauh seseorang dapat mengendalikan naluri yang ada dalam jiwanya akan sangat ditentukan  oleh tingkat kedewasaan seseorang dalam berpikir.

Oleh karena itu, pahamilah nafsu yang memainkan peran dalam mempengaruhi pikiran yang kita sebut dengan :

  • Nafsu Amarah adalah nafus yang belum mampu membedakan kebaikan dan keburukan sehingga mendorong kepada perbuatan yang tidak terpuji.
  • Nafsu Lawwaamah adalah nafsu yang memiliki rasa insaf dan  menyesal sesudah melakukan sesuatu pelanggaran.
  • Nafsu Musawwalah adalah nafsu yang dapat membedakan sesuatu yang baik dan buruk. Melakukan keburukan dilakukan dengan sembunyi-sembunyi.
  • Nafsu Mulhammah adalah Nafsu yang mendapat ilham dari Allah dikaruniai ilmu pengetahuan dan akhlak yang terpuji.
  • Nafsu Raadhiyah adalah nafsu yang ridha (ikhlas) kepada Allah, memiliki sikap yang baik dalam kesejahteraan, mensyukuri nikmat qanaah atau merasa puas dengan apa adanya.
  • Nafsu Mardhiyah adalah nafsu yang diridlai Allah. Yaitu keridlaan yang dapat terlihat pada anugerah yang diberikannya, berupa senantiasa berdzikir, ikhlas, memiliki karamah, dan men-dapatkan kemuliaan.
  • Nafsu Kaamilah adalah nafsu yang telah sempurna bentuk dan dasarnya.  Sudah dikategorikan cakap untuk mengerjakan irsyad dan menyempurnakan ikmal terhadap hamba Allah.
  • Nafsu Muthmainnah adalah nafsu yang telah mendapat tuntunan dan pemeliharaan yang baik. Nafsu ini bisa menyebabkan ketenangan jiwa, melahirkan sikap dan perbuatan yang terpuji, membentengi serangan kekejian dan kejahatan

GOLONGAN adalah mengkelompokkan orang-orang yang memiliki tingkat kesadaran yang mempengaruhi pola berpikir dalam bersikap dan berperilaku dalam kehidupannya sebagai manusia. Oleh karena itu kita dapat mengkelompokkan manusia kedalam golongan yang disebut :

Dalam Al Qur’an mengenai Golongan terdapat dalam S.Q. 18:36 ; 35:6 ; 37:83 ; 38:11, 13 ; 40:5,30 ; 40:5,30 ; 42:7 ; 43:65.

Pada S.Q. 18 : 36 “dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mmendapat tempat kembali yang lebih baik daripada kebun-kebun itu”

S.Q. 35 : 6 “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggap ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.”

Golongan kanan yang termuat dalam S.Q. 56 : 8, 27, 38, 90,96, ;  74 : 39 ;  90 : 18.

Sebagai contoh pada S.Q. 56 : 8 “ Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu “

Yang dimaksud golongan kanan ialah orang-orang yang menerima buku-buku  catatan amal mereka dengan tangan kanan.

Golongan kiri yang termuat dalam S.Q. 56 : 9, 41 ; 90 : 19. Sebagai contoh pada S.Q. 56 : 9 “ Dan golongan kiri . Alangkah sengsaranya golongan kiri itu”.

Yang dimaksud golongan kiri adalah orang-orang yang menerima buku-buku catatan amal mereka dengan tangan kiri.

Jadi dengan pemahaman itu adalah bukti kebenaran hari kebangkitan dan penggolongan manusia pada hari itu kepada mu’min dan kafir.

Untuk jelasnya marilah kita menyimak dalam S.Q.30 : 14 “Dan pada hari terjadi kiamat, di hari itu mereka manusia) bergolong-golongan.

S.Q.30 : 15 “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka mereka di dalam taman (surga) bergembira.”

S.Q. 30 : 16 “Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami (Al Qur’an) serta (mendustakan) menemui hari akhirat, maka mereka tetap berada di dalam siksaan (neraka).

Dengan mengungkapkan huruf dalam kata “ORANG” yang telah kita utarakan diatas, maka manusia yang diciptakan oleh Allah SWT merupakan mahluk yang mulia sebagai khalifah di bumi.

Oleh karena itu, harus kita pahami bahwa ORANG sebagai unsur O dalam kata “(O)TAK mengandung makna dari untaian huruf menjadi kata bermakna bahwa ORANG adalah (O)RGAN sebagai jazad  yang didalamnya terdapat (R)OH yang menggerakkan (A)KAL untuk menuntun (N)ALURI / NAFSU kedalam (G)OLONGAN umat yang selalu berpegang kepada Al Qur’an dan sunnah.

Memahami orang sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah SWT berarti kita harus mampu mempergunakan otak sebagai sarana agar dalam bersikap dan berperilaku taat melaksanakan perintah Allah, menetapi peraturan-peraturan yang ditentukan Allah dan meninggalkan segala larang-annya.

Jadi manusia memanfaatkan OTAK dalam kemampuan untuk berpikir haruslah sejalan ajaran agama untuk mengaktualisasikan alat berpikkir yang disebut kesadaran (otak kanan atas), kecerdasan (otak kiri atas) dan akal (otak bawah sadar).

Oleh karena itu, manusia dengan kemampuan berpikir itu, ia harus menyadari benar dalam mewujudkan hikmah berpikir untuk menjauhi ma’shiat, sehingga proses dalam berpikir dapat menuntun arti mata, telinga, lidah, perut, aurat, tangan, kaki kejalan yang benar.

Untuk itu cobalah renungkan S.Q. 8 : 22 “Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya  pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun.”

Dalam perjalanan hidup ini orang sebagai manusia penuh dengan tantanngan dimana ideologi dan beragam aliran tumbuh dan berkembang yang akan mempengaruhi jalan pikiran manusia. Oleh karena itu, orang yang dapat menangkap makna “OTAK” sebagai ciptaaan Allah SWT, akan dapat menghayati hikmah berpikir untuk menuntun dalam bersikap dan berperilaku.

Dengan jalan pikiran itu , maka manusia berpikir, bekerja dan belajar selama hidupnya dapat membentuk kesadaran dari satu tingkat ke tingkat yang lebih sempurna sehingga dengan bantuan kecerdasan dan akal, ia dapat menolak ajaran materialisme histori dengan berpegang teguk pada Al Qur’an dan Sunnah yang menuntun manusia berbuat kebajikan dan pantang akan kejahatan.

Mengungkapkan huruf O dalam kata (O)TAK sebagai suatu pendekatan dimaksudkan untuk memahami arti manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang paling mulia di bumi sehingga ia selalu berpikir dalam satu kebiasaan untuk :

  • Memberi kepada orang yang tidak suka memberi.
  • Membuat kebaikan kepada orang yang tidak senang pada kita.
  • Waktu diam digunakan untuk berpikir.
  • Bila berbicara juga berisi nasehat.
  • Apa dilihat dijadikan contoh dan pelajaran.

Sejalan dengan pemikiran tersebut, maka orang hanya bisa dengan berkembang jikalau ia bisa mengatasi kesukaran-kesukaran karena itu harus bertekun dengan tekad maju terus, meskipun mendapat pukulan dan rintangan.

Mati karena melaksanakan cita-cita adalah yang mulia. Penderitaan dan kesusahan hidup adalah pengalaman yang berharga dan membuat seseorang berjiwa besar.Tidak ada jalan yang senang menuju jalan keberuntungan hidup.

5.  Makna tawakal dalam otak

Tawakal adalah berserah kepada kehendak Allah artinya percaya dengan sepenuh hati kepada Allah. Tidak cukup hanya percaya tetapi juga menyerah. Jadi percaya dan meyerah adalah dua kata yang berbeda tapi memiliki saling keterkaitan yaitu disatu sisi  kita percaya karena aqidah dan disisi lain menyerah karena ibadah.

Dengan pikiran itu marilah kita mencoba merenung dari huruf menjadi kata bermakna dalam tawakal yaitu

T menjadi (T)aat ;

A menjadi (A)qidah ;

W menjadi (W)ahyu ;

A menjadi (A)llah ;

K menjadi (K)itab ;

A menjadi (A)l Qur’an ;

L menjadi (L)ailatul qodar.

Jadi untuk mendalami makna TAWAKAL dilihat dari unsur tiap huruf dalam kata tersebut memberikan daya dorong dalam menangkap hikmah berpikir agar wujud percaya dan menyerah menjadi satu kenyataan dalam bersikap dan berperilaku.

Untuk jelasnya dibawah ini kita ungkapkan makna huruf dalam kata tersebut seperti dibawah ini :

TAAT, adalah senantiasa menurut perintah dan hukum-Nya aku taati, suruhnya aku kerjakan, larangan-Nya aku hentikan, dengan segenap keyakinan dan kerelaaan.

Mengenai kata Taat dalam surat-surat dan ayat kita dalam Al Qur’an seperti yang tercantum dalam S.Q. 2:93, 173 ; 3:17, 173 ; 4: 13, 34, 59, 65, 69, 80, 1 ; 5 : 7, 92 ; 8 :20, 46 ; 9 : 71 ; 20 : 90 ; 24 : 52, 53, 54,56 ; 26 : 108, 110, 126, 132, 144, 150, 163, 179 ; 29 : 65 ; 31 : 32 ; 33 : 31, 35, 66 ; 38 : 17, 19, 30, 44 ; 43 : 63 ; 47 : 21, 33 ; 48 : 17 ; 49 : 14 ; 51 : 50 ; 58 :13 ; 64 : 12, 16 ; 66 :5, 12 ; 71 : 3 ; 72 : 14 ; 81 : 21 ; 98 : 5.

Sebagai contoh, kita simak S.Q. 2 : 93 “Dan (ingatlah) ketika kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat bukit (Thursi-na) diatasmu (seraya Kami berfirman) : “Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu  dan dengarkanlah”. Mereka menjawab : “Kami mendengarkan tetapi tidak menta’ati “  Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya. Katakanlah “Amat jahat perbuatan yang diperintahkan imanmu kepadamu jika betul kamu beriman (kepada Taurat).”

Dari ayat tersebut, jelaslah bahwa penyembahan yang dilakukan bangsa Yahudi terhadap anak sapi, merupakan tanda bagi kecenderungan mereka kepada benda.

Oleh karena itu Taat yang kita maksudkan adalah taat dengan percaya dan penyerahan diri sebagai satu keyakinan kepada sang pencipta Allah SWT.

Jadi simaklah apa yang tercantum dalam S.Q. 3 : 173 “(yaitu) orang-orang (yang menta’ati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan : “Sesungguhnya ma-nusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab : “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”

AQIDAH, adalah keyakinan dan percaya serta berpegang teguh atas panggilan hati kepada tingkat pemahaman aqidah yang bersifat haqqul yakin artinya orang berserah diri secara bulat dengan tingkat kesadaran yang tinggi kepada rukun iman yang akan menuntun perjalanan hidup ini yang didukung oleh pemikiran rasional, ilimiah dan mendalam serta pengalamannya dalam pengalaman ajaran agama.

Jadi dengan keyakinan dan percaya serta berserah diri terhadap rukun iman  yaitu : Percaya kpada Allah Ta’ala ; Percaya kepada para Malaikat ; Beriman kepada Kitab-kitab Allah ; Beriman kepada para Rasul ; Beriman kepada hari Kiamat ; Beriman pada suratan Takdir.

Dalam Al Qur’an banyak diungkapkan dalam surat-surat dan ayat-ayat tentang :

  • Iman
  • Allah memberi pahala kepada orang yang beriman
  • Allah pelindung orang beriman
  • Balasan terhadap orang beriman dan kafir
  • Beriman
  • Beriman kepada yang ghaib
  • Ciri iman yang sebenarnya
  • Diwaktu azab datang iman tak berguna lagi
  • Ganjaran untuk orang iman dan jihad di jalan Allah
  • Hukuman untuk orang yang tak beriman
  • Keimanan
  • Kemuliaan manusia terletak pada iman dan amalnya
  • Iman kepada kehidupan Akhirat
  • Iman kepada semua nabi dan kitab
  • Menambah keimanan
  • Nikihailah wanita beriman
  • Orang beriman dan berilmu ditinggikan derajadnya
  • Kenikmatan di akhirat hanya untuk beriman
  • Penghargaan Allah pada manusia yang sempurna imannya
  • Perintah beriman kepada Allah dan Rasulnya
  • Sikap yang lemah iman dalam menghadapi cobaan
  • Surat orang-orang yang beriman
  • Tuhan murka terhadap orang yang mengingkari iman
  • Unsur iman
  • Tak beriman
  • Dan seterusnya.

Beberapa contoh mengenai surat-surat dan ayat-ayat tersebut sbb.S.Q. 3 : 49 tentang Iman

Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka):

“Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mu`jizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.”

S.Q. 2 : 3 tentang Beriman

(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka,

S.Q. 3 : 17 tentang Unsur Iman

Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.

WAHYU, adalah petunjuk yang diturunkan hanya kepada para Nabi dan Rasul melalui mimpi dsb. Nabi Muhammad saw, menerima wahyu yang pertama  ketika beliau berusia empat puluh tahun.

Dalam Al Qur’an kata wahyu kita dapatkan dalam surat dan ayat yang tercantum dalam S.Q. 2:23 ; 3:44 ; 4:105 ; 6:50,51, 106,145 ; 7:75, 203 ; 10:15 ; 11:12, 49 ; 17:39, 60,73,86 ; 18:27, 110 ; 20:114 ; 21::45, 73, 108 ; 22:8 ; 29:45 ; 34:6, 50 ; 35 :31 ; 40::70 ; 41:6, 12, 14, ; 42:3,52, ; 46: 9 ; 54:25 ; 72:1 ; 77:5.

Sebagai contoh dalam S.Q. 2:33 “

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.

S.Q. 3:44 “

Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.

Dengan controh surat dan ayat tersebut diatas mengingatkan kepada kita  tentang wahyu dan oleh karena itu, maka Al Qur’an selama masa dua puluh tiga tahun diturunkan secara berangsur-angsur di sekitar pribadi Muhammad, di mana antara satu wahyu dan wahyu berikutnya terdapat jarak waktu pemisah yang berbeda-beda panjang dan pendeknya.

Kita meyakini dan percaya tentang wahyu yang diungkapkan dalam banyak surat dan ayat mengungkapkan :

  • Cara wahyu diturunkan
  • Kebenaran adanya wahyu
  • Nabi adalah laki-laki yang diberi wahyu
  • Nabi Muhammad hanya mengikuti apa yang diwahyukan Tuhan
  • Penegasan Tuhan bahwa wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad benar
  • Pokok agama yang diwahyukan kepada para rasul sama
  • Dan seterusnya

Jadi dengan memahami mengapa wahyu itu diturunkan secara berangsur-angsur, memberikan daya ingat kita nilai pendidikannya bagaimana memerangi kegelapan bangsa jahiliyah, perang badar, perang Uhud dan seterusnya.

Dengan demikian maka daya ingat kita tentang arti dan  fungsi  wahyu itu sendiri untuk mengingatkan kita untuk berpikir menyelami dari satu ayat ke ayat lainnya sebagai sebagai kesatuan kuantitas artinya kita memahami dimana setiap wahyu itu berdiri sendiri dan menghimpun satuan-satuan baru sehingga sampai kepada kumpulann Al Qur’an.

Allah, adalah dia ciptakan berupa berbagai ciptaan-Nya yang ada di daratan, lautan, lembah dan ngarai. Dengan kesempitan ilmu mereka menuju kekufuran. Dan dengan kelemahan nalar, mereka keluar menuju pendustaan dan kedurhakaan.

Oleh karena itu, hingga mereka mengingkari penciptaan segala sesuatu. Mereka menganggap hal itu tercipta tanpa kesengajaan , tiada penciptaan, pengaturan dan kebijakan dari Pengatur dan Pencipta.

Sejalan dengan pemahaman tersebut, Allah telah menetapkan sejumlah kewajiban yang menyertai syahadat tauhid. Ia dimaknai dengan rukun-rukun islam. Hikmah dari dilaksanakannya rukun-rukun ini adalah melatih manusia untuk senantiasa taat kepada Allah, tunduk kepada-Nya dengan sebaik-baiknya dan menjauhkan diri dari larangan-Nya serta keburukan-keburukan.

Dari isi Al Qur’an yang tercantum dalam 114 Surat dan terperici kedalam 1.133 Ayat, hanya sedikit sekali yang tidak mengungkapkan kata Allah pada Surat 54, 55, 56, 68, 75, 77, 78, 80, 83, 86, 90, 92, 93, 94, 97, 99, 100, 101, 102, 103, 105,106,107,108, 109, 111, 113-133.

Sebagai contoh bacalah S.Q. 1:1 “

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”

S.Q. 2.7 “Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.

S.Q. 2:8 “Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.

S.Q. 2:9 “Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.

Bila kita renungkan dari Surat dan Ayat, maka Al Qur’an diantaranya akan mengungkap hal-hal sebagai berikut :

  • Mata manusia tidak melihat Allah
  • Kekuasaan Allah yang tergambar pada alam semesta
  • Keagungan Allah
  • Balasan Allah untuk orang yang berbuat kebajikan
  • Allah Mengazab setelah memperingatkan
  • Ketenteraman bagi orang yang mengingat Allah
  • Allah mengetahui yang lahir dan yang bathin.
  • Dan seterusnya.

Dengan merenung apa-apa yang terkandung dalam Al Qur’an, maka kita meyakini dan percaya sehingga dapat merubah jalan pikiran ketidaktahuan orang-orang yang ragu terhadap sebab penciptaan dan maknanya.

Jadi dengan ilmu, bila kita memperhatikan alam ini dengan pikiran kita dengan mengkaji dengan kesadaran, kecerdasan dan akal, maka engkau mendapatinya seperti rumah yang dibangun dan tersedia semua kebutuhan yang ada didalamnya yang dibutuhkan oleh manusia. Kita dapat membayangkan mengenai langit terbentang sebagai atap, bumi terhampar sebagai alas, bintang-bintang bercahaya sebagai lampu dan mutiara-mutiara terpendam sebagai simpanan.

Begitulah adanya bahwa alam ini diciptakan-Nya dengan perhitungan, keteraturan dan keserasian. Dan penciptanya adalah satu.Mahaagung kesucian-Nya, Mahatinggi kemurahan-Nya, Ma-hamulia wajah-Nya dan tiada tuhan selain-Nya.

Demikian pula kita meyakini dan percaya atas ciptaan-Nya atas manusia dan pengaturan janin di dalam rahim, cara kelahiran ja-nin, makanannya, tumbuhnya gigi dan mencapai dewasa, dsb.

KITAB, adalah wahyu Tuhan yang dibukukan sebagai kitab suci yang mempercayainya. Sebelum Al Qur’an diturunkan terdapat taurat, zabur, injil seperti yang termuat dalam Surat-Surat No. 2,3, 4,5, 9,10,11, 12,13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34,35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 44, 45, 46, 57, 61, 62, 66, 68, 69, 83, 84, 87, 98 beserta ayat-ayat yang tercantum didalamnya. Sebagai contoh diungkapkan seperti dibawah ini :

S.Q.2: 144 “

Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”

S.Q. 2 :145 “

Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamupun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebahagian merekapun tidak akan mengikuti kiblat sebahagian yang lain. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim.

S.Q. 2:146

Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.

Tuhan menurunkan Al Qur’an membenarkan kitab sebelumnya, oleh karena itu kita harus meyakini bahwa Al Qur’an sebagai kitab yang terakhir diturunkan untuk menuntun manusia sebagai makhluk yang paling mulia dimata-Nya.

Dan oleh karena itu manusia yang diungkap Qur’an dan bagi yang mempercayai, maka dengan hikmah berpikir dapat me-nuntun sikap dan perilakunya dalam perjalanan hidubnya didunia dan berusaha menyiapkan diri menuju kepada perjalan-an yang abadi.

AL QUR’AN, adalah kitab suci yang diturunkan Allah SWT Tuhan Alam Semesta, kepada Rasul dan Nabi-Nya yang terakhir Muhammad  SAW melalui Malaikat Jibril AS untuk di sampaikan kepada seluruh umat manusia sampai akhir zaman.

Kata Al Qur’an dapat kita ketemukan dalam surat-surat beserta ayat-ayatnya pada S.Q. 2 : 2, 23, 41, 89, 91, 97, 129, 185 ;

6 : 90 ; 10 :15 ; 11 : 51 ; 12 :104 ; 25 : 30 ; 41 : 42 ; 42 : 7, 17, 23, 24, 52 ; 43 : 2, 3, 4, 5, 8, 29, 30, 31, 44 ; 44 : 2, 58 ; 45 : 11, 20 ; 46 : 4, 8, 10, 11, 12, 29, 30 ; 47 : 9, 24 ; 81 : 19, 25, 27 ;84 : 21 ; 85 : 21 ; 86 : 13 ;  87 : 6 ;  97 ; 98 : 2 ; 50 : 1, 45 ; 52 : 34 ; 56 : 77 ; 57 : 9 ; 68 : 44, 51, 52 ; 69 : 40, 41, 48, 50, 51 ;

72 : 1, 13 ; 73 : 5,20 ; 74 : 18, 21, 24, 25, 54, 55 ; 75 : 116, 31.

Sebagai contoh dibawah ini diungkapkan makna kata Al Qur’an dalam S.Q. 2 : 2 “Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,

S.Q. 2 : 23 “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.

Dengan memahami surat dan ayat tentang Al Quran itu tiada lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat (bangsa-bangsa) dan diturunkan dalam bahasa Arab , sehingga bahasa Arab menjadi bahasa kesatuan umat islam sedunia.

LAILATUL QODAR. Artinya suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, karena pada malam itu permulaan turunnya Al Qur’an.

Untuk jelasnya dapat kita ketemukan dalam Surat dan ayat seperti pada S.Q. 97 dengan 5 ayat didalamnya yaitu

(1) “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan.

(2) “Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?

( 3) “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.

(4) “Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.

(5) “Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.

Dengan mengungkap makna huruf dalam kata TAWAKAL sebagai unsur T dalam kata “O(T)AK mengandung makna dari untaian huruf menjadi kata bermakna bahwa TAWAKAL adalah (T)AAT dalam menjalankan perintah-Nya dan menjahui larangan-Nya dengan percaya dan menyerahkan diri atas  (A)QIDAH  yang termuat dalam KITAB suci terakhir  yang diturunkan-NYA seecara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW yang disebut AL QUR’AN pada suatu malam yang sangat mulia disebut dengan malam LAILATUL QODAR.

Jadi dengan kemampuan berpikir manusia dapat melaksanakan makna TAWAKAL dalam kata O(T)AK dalam usaha agar dalam hidup ini mempunyai arti atas keberadaan di bumi ini sesuai dengan rencana Allah SWT sebagai penciptanya.

Oleh karena itu manusia dalam kehidupannya dengan bertawakal akan menunjukkan kehadapan Allah SWT sebagai orang yang beriman dengan tanda :

  • Mendengar Allah bergeletar hatinya.
  • Dibacakan ayat Allah bertambah keimanannya.
  • Menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan.
  • Mendirikan sembahyang
  • Mendermakan sebahagian dari rezekinya.

Dengan tawakal berarti pula akan  dapat menuntun manusia dalam bersikap dan berperilaku, maka manusia dengan hikmah berpikir, maka ia akan sampai kepada tujuan dengan lidah sebagai alat manusia yang lebih mulia dalam tubuhnya. Dengan lidah itu pula seorang di lempar kedalam neraka, sebab itu jagalah dia dengan baik karena lidah itu adalah anjing yang setia, jangan lidah anda mengutuki seseorang sebab kutukan itu akan kembali kepada diri anda sendiri.

Akhirnya sebagai daya dorong perlu kita memahami bahwa tawakal tak ada paedahnya bila 1) perkataan kalau tak disertai dengan perbuatan ; 2) kepintaran kalau tidak disertai budi ; 3) derma kalau tidak disertai niat suci ; 4) harta kalau tak dengan santun ; 5) jujur kalau tidak sanggup memegang janji ; 6) hidup kalau tak disertai kesehatan ; 7) negeri makmur kalau hati penduduknya kecewa.

Dengan demikian bahwa orang takwa senantiasa mendapat pimpinan dari Tuhan dalam penghidupan dan perjuangannya di jamin oleh Tuhan akan memperoleh kemenangan. Tinggalkanlah semua yang haram anda akan jadi manusia yang paling utama dalam beribadat pada Allah SWT.

Oleh karena itu tingkatkan, manfaatkan dalam hikmah berpikir agar menjadi orang yang disegani bukan pada orang kaya tetapi pada orang berbudi tinggi.

6. Makna amanah dalam otak

Amanah merupakan tanggung jawab manusia sejalan dengan fitrah dan bakat yang dimilikinya sejak lahir, oleh karena itu manusia yang diciptakan Allah SWT sebagai makhluk yang mulia disisi Tuhan, maka dengan memanfaatkan otak, ia harus mampu  meningkatkan kesempurnaan dalam perja-lanan hidup abadi.

Dengan pemikiran itu setiap manusia ibarat kata pepetah bahwa manusia sebagai individu berusaha menemukan tentang dirinya, itu berarti ia akan mengenal tentang Tuhan. Hikmah berpikir tersebut hanyalah sebagai daya dorong dalam setiap langkah menuju kejalan kesempurnaan.

Mencintai kesempurnaan merupakan fitrah yang kuat untuk menuntun manusia dalam menjalankan amanah sebagai khalifah di dunia ini sebagai tanggung jawab yang harus dipenuhinya.

Dengan pikiran itu marilah kita mencoba merenung dari huruf menjadi kata bermakna dalam amanah sebagai suatu pemahaman  yang lebih mendalam apa arti hidup di dunia ini. Dengan pemahaman itu ia akan berusaha menempatkan perjalanan hidup ke arah yang diridhoi oleh Allah SWT. Sikap dan perilaku akan dituntun oleh kemampuan berpikir, oleh karena itu dibawah ini diungkapkan kata amanah sebagai berikut :

A menjadi Amal

M menjadi Martabat

A menjadi Akhlak

N menjadi Nasib

A menjadi Azab

H menjadi Hari

Jadi untuk mendalami makna AMANAH dilihat dari unsur tiap huruf dalam kata tersebut memberikan daya dorong dalam menangkap hikmah berpikir agar wujud percaya dan menyerah menjadi satu kenyataan dalam bersikap dan berperilaku.

AMAL, adalah menyangkut perintah Allah SWT melalui pesu-ruh-Nya Nabi Muhammad SAW untuk menjalankan syariat yang menyeluruh persoalan hidup lahir dan batin, artinya Allah SWT menetapkan bahwa syariat lahir adalah untuk diamalkan oleh jasad lahir, sedangkan syariat batin adalah untuk diamalkan oleh jasad batin (roh)

Didalam Al Qur’an kata amal dapat kita ketemukan dalam surat dan ayat pada S.Q. 2 : 167, 223 ; 3 : 57 , 136, 139 ; 5 : 53 ; 6 : 88 , 160 ; 7 : 53 , 171 ; 11 : 7 ; 17 : 13 ; 42 : 15 ; 49 : 2, 14 ; 50 : 17 ; 58 : 6 ; 67 : 2.

Sebagai contoh S.Q. 2 : 167 “Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan ke luar dari api Neraka “

S.Q. 2 : 223 “Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.”

Bila kita renungkan ayat tersebut diatas dan memahami pula arti amalan, maka kita akan dapat lebih mendalami kandungan surat dan ayat lain yang akan memberikan arti dalam pemahaman keberadaan manusia sebagai khalifah di dunia ini untuk menjalankan AMANAH sesuai dengan perintah-NYA.

Untuk itu sebagai daya dorong dalam usaha-usaha manusia untuk selalu ingat kepada keyakinan dan berserah diri kepada Allah SWT, maka diperlukan adanya suatu cara pendekatan dalam mendorong untuk menciptakan hihmak berpikir agar kita selalu dapat menempatkan sikap dan perilaku untuk menjalankan AMANAH dengan mengingat hal-hal yang termuat dalam surat dan ayat yang menjadi batasan tentang diri kita yaitu :

  • Pemahaman arti amal saleh.
  • Balasan Allah kepada amal seseorang menurut niatnya.
  • Balasan masing-masing tergantung amalannya.
  • Balasan untuk yang beramal baik
  • Derajat seseorang disisi Tuhan sesuai dengan amalnya.
  • Hendaknya segala amal dikerjakan karena Allah.
  • Balasan terhadao orang beramal buruk.
  • Jaji Allah bagi yang mengerjakan amal saleh.
  • Kemuliaan manusia terletak pada amal dan imannya.
  • Amal salleh mempertemukan manusia dengan Tuhannya.
  • Amal saleh yang kekal lebih baik dari perhiasan dunia.
  • Setiap amal mendapat pahala dari Tuhan.
  • Setiap orang akan memetik buah amalnya sendiri.
  • Setiap orang telah ditetapkan amal perbuatannya.
  • Tuhan tidak menyianyiakan amal seseorang.
  • Amal untuk kebaikan dirinya sendiri.
  • Yang menerima buku amal dari kanan akan menerima pemeriksaan yang mudah.
  • Yang menerima buku amal dari belakang akan masuk neraka.
  • Yang mengerjakan amal dalam keadaan beriman akan diberi pahala.

Demikianlah bila kita selalu mengingat-ingat hal-hal yang kita sebutkan diatas, maka setiap kita berpikir dalam melaksanakan sesuatu akan menuntun kita dalam bersikap dan berperilaku ke jalan yang benar, maka disitulah letak kebahagian kita menyiapkan bekal dalam menuju perjalanan abadi.

MARTABAT, tingkat harkat kemanusiaan dimata Allah SWT, dimana manusia memahami secara bulat apa maksud ia diciptakan-Nya untuk beribadah, sebagai khalifah, sebagai Ummat Nabi Saw dalam melanjutkan perjuangannya.

Untuk beribadah bukan hanya manusia tetapi seluruh makhluk di muka bumi ini beribadah menurut caranya masing-masing. Untuk itu perhatikan perintah Allah SWT dalam Al Qur’an seperi yang termuat dalam

S.Q. 24 : 41 “Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.”

Jadi ibadanya Matahari yaitu dengan bergerak setiap hari dari tumur ke barat, begitu juga ibadahnya air yaitu senantiasa me-ngalir dari tempat tinggi ke tempat rendah. Apalagi manusia makhluk yang paling sempurna asal kejadiannya.

Sebagai khalifah, ketika Allah SWT menciptakan manusia, maka malaikat proten, seperti yang termuat dalam surat :

S.Q. 2 : 30 “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.

Oleh karena itu, manusia sebagai penanggung jawab di muka bumi dan sebagai khalifatullah yang diberi sifat kasih sayang kepadea seluruh manusia dan makhluk hidup lainnya.

Sejalan dengan pikiran itu bahwa pada diri setiap manusia ter-dapat empat sifat sesuai dengan kehendak Allah SWT yaitu 1) sifat hewanniyah, menggunakan harta dan diri untuk makan, minum, dan keperluas jasmani lainnya ; 2) sifat Malaikat menggunakan harta dan diri untuk ibadah ; 3) sifat Khalifah menggunakan harta dan diri untuk memberi manfaat kepada orang lain ; 4) sifat Nubuwwah menggunakan harta dan diri di jalan Allah (untuk memperjuangkan agama Allah).

Sebagai Ummat Nabi Saw, setelah meninggal Rasulullah Saw, maka tugas untuk mangajak manusia taat kepada Allah SWT, maka tugas ini diembankan kepada ummat ini. Seperti yang termuat dalam surat dibawah ini :

S.Q. 12 : 108 “Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran (Al Qur’an) dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu”.

Cobalah renungkan bahwa orang yang bertaqwa kepada Allah dengan martabat yang tinggi seperti yang tercantum dalaam Al Qur’an pada S.Q. 25 : 75 “Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya”

AKHLAK, sistem nilai yang  sesuai dengan ajaran dianut oleh manusia yang sejalan dengan keyakinan dan kepercayaan yang dapat menuntun manusia dalam bersikap dan berperilaku.Oleh itu dalam islam maka sistem yang dimaksud adalah Al Qur’an dan Sunnah Rasul sebagai sumber nilainya.

Jadi akhlak yang menuntun dan membentuk kepribadian indi-vidu manusia sehingga setiap individu berbeda dari orang lain, oleh karena itu seberapa jauh seseorang dapat berakhlak dengan kepribadian sesuai dengan tuntunan Allah SWT, tergantung yang bersangkutan mengangkat derajatnya di mata Allah.

Mengenai dasar-dasar akhlak dapat kita ketemukan dalam Al Qur’an pada surat-surat S.Q. 7 : 199, 200, 201 ; 2 :109 ; 3 : 134, 159 ; 4 : 149 ; 5 :13. Dibawah ini kita ungkapkan surat dan ayat yang dimaksud sebagai berikut :

S.Q. 7 : 199 “Jadilah engkau pema`af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma`ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.”

S.Q. 7 : 200 “Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

S.Q. 7 :201 “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.

S.Q. 2 : 109 “Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma`afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

S.Q.  3 : 134 “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

S.Q. 3 : 159 “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

Dari contoh surat dan ayat yang kita ungkapkan diatas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa bimbingan yang diberikan Islam merupakan pendekatan yang paling luhur dan paling ber-harga yang dapat menuntun akhlak dengan kepribadian yang luhur sehingga dapat menuntun dalam bersikap dan berperilaku sesuai dengan fitrah dan bakat untuk meman-faatkan hikmah berpikir ke jalan Allah SWT.

NASIB, adalah sesuatu yang sudah ditentukan oleh Tuhan atas diri seseorang. Apa kita dapat merubahnya. Tergantung kepada perjalanan hidup yang ditempuhnya.

Oleh karena itu ingatlah selalu kata mutiara seperti “Sesungguhnya Allah menjadikan rejekiku dibawah bayang-bayang usahaku”

Kata nasib didalam Al Qur’an terdapat pada surat dalam S.Q. 5 : 3, 26, 90 ; 27 : 47.

Sebagai contoh kita ungkapkan pada S.Q. 5 : 3 “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Sejenak bila  kita merenung surat-surat dan ayat didalamnya tentang nasib, maka kita dapat menuntun perjalanan hidup ini dengan penuh keyakinan dan berserah diri kepada-NYA dalam memanfaatkan hihmak berpikir untuk usaha hidup kedalam :

  • Bagi duniamu (perumpamaan dunia seperti air hujan ; perumpamaan kehidupan dunia yang mempesonakan maanusia ; kehidupan dunia ini kesenangan yang menipu ; dunia itu indah dalam pandangan manusia ; kehidupan dunia adalah senda gurau dan main-main ; kehidupan dunia jangan sampai memperdayakan ; kehidupan dunia jangan sampai menipu ; kenikmatan dunia jangan membuat kikir ; kehidupan dan kenikmatan dunia jangan sampai menyeret ke dalam neraka ; kehidupan dunia memperbudak oraang yang mengabdinya)
  • Bagi pekerjaanmu (bekerja sebagai tanda syukur kepada Allah ; sebgian besar yang dimakan manusia dari hasil bekerja ; Allah menjadikan siang agar manusia berusaha / bekerja ; ketika bekerja ingatlah ibadah kepada Allah ; pekerjaan manusia memang berbeda-beda ; bekerjalah seadanya yang penting halal jangan malas ; tak ada yang lebih baik makan dari hasil usahanya sendiri ; para nabi juga bekerja ; ingatlah bahwa rezeki masing-masing manusia itu berbeda).
  • Bagi saat kayamu  (kaya yang sebenarnya adalah kaya jiwa ; kaya yang teladan, patut diirikan ; kebanyakan orang hidup mewah adalah mendustakan kebenaran ; janganlah rakus / tamak terhadap dunia ; tabungan anda yang sebenarnya adalah sedekah anda ; mendermakan kelebihan harta suatu kebajikan ; jika kaya ingatlah orang-orang miskin ; jangan  berlaku boros tidak pula kikir ; jangan terperdaya oleh harta dan wanita ; jangan menjadi hamba harta )
  • Bagi saat miskinmu (kaya atau miskin itu kehendak Allah, tak perlu hiri hati ; dialah orang yang sesungguhnya miskin ; orang miskin masuk surga lebih dahulu ; kebanyakan yang masuk surga adalah orang-orang miskin ; rasulullah hidup sangat sederhana ; keluarga rasulullah juga sangat sederhana ; doa nabi untuk memohon rezeki ; qona’ah terhadap pemberian Allah ; meski miskin jangan meminta-minta ; jika mengetahui balasannya, maka akan minta miskin
  • Bagi waktu luangmu (gunakan lima perkara penting se- belum datang lima yang lain ; selalu ingatlah terhadap mati agar waktu bermanfaat ; hari demi hari hendaklah amalan ibadah semakin meningkat ; berlomba-lomba dalam kebajikan unrtuk mengisi waktu ; perlu menyusun rencana untuk masa depan / akhirat ; senantiasa ingat kepada allah agar tidak merugi ; sesungguhnya manusia dalam keadaan rugi ; banyak berbuat kemanfaatan untuk orang lain ; jangan menghabiskan waktu seperti orang-orang kafir ; jangan mengisi waktu dengan dosa.
  • Bagi waktu sempitmu ( mohon perlindungan allah ; tidak memanfaatkan kesempitan untuk kejahatan ; selalu ingat bahwa kehidupan dunia hanya sebentar ; beramal kebajikan meski dalam kesempitan ; dalam kesempitan hendaklah selalu bersabar ; dalam kesempitan hendaklah bersegera  untuk taubat ; meskipun dalam kesempitan iangan melanggar larangan allah ; meski dalam kesempitan jangan melanggar hak orang lain ; meski dalam kesempitan janganlah berharap akan kematian ; mohon kelapangan keepada allah)
  • Bagi masa mudamu (pemuda yang mendapat naungan allah ; menjaga masa muda senantiasa dekat kepada allah ; mulai muda banyak mengisi dengan amat ibadah ; mulai muda banyak mencari ilmu dan mengajarkannya ; ingatlah perjuangan jihad mumpung masih muda ; jadilah anak yang saleh ; senantiasa yang muda menghormati yang tua ; Yang muda mengetahui hak yang lebih tua ; yang muda ingin panjang umur dan lapang rezeki ; berusahalah jika allah menghendaki segala sesuatu akan berubah atau terjadi)
  • Bagi masa tuamu (sadar dengan cukupnya umur ; umur panjang yang tidak berkah ; sudah berapakah umur di badan ? ; meski tua jangan berharap mati ; kiat umur panjang penuh berkah ; akhlak yang baik menambah beratnya timbangan ; semakin tua semakin banyak berdzikir ; semakin tua banyak istighfarnya ; beramal yang tiada putus pahalanya ; orang tua yang baik selalu menyayangi yang muda ;
  • Bagi kala sehatmu (sehat adalah kenikmatan yang perlu disyukuri ; menggunakan waktu sehat sebaik-baiknya sebelum datang sakit ; memperbanyak amal ibadah agar usia lebih berkah ; jangan sombong karena badan sehat dan kuat ; badan dan dan mental sehat,hati harus juga sehat dan selamat ; meski sehat memperbanyak doa, itu tanda tidak sombong ; menjaga kesehatan dengan berhati-hati mengisi perut ; ingaat banyak mati, orang sehat ada juga mati ; menjaga diri dan kesehatan tidak membinasakan diri ; dilarang keluar masuk daerah yang terserang wabah.)
  • Bagi kala sakitmu (sadar bahwa sakit itu dengan izin allah dan dia yang menyembuhkannya ; sabar dan tabah di kala sakit dan berbaik sangka kepada allah ; sakit dapat menghapus dosa-dosa ; perlu bersyukur meski sakit, karna amalan harian ketika sehat diberi pahala ; boleh mengadu kepada allah atau seseorang asalkan bukan karena kecewa ; bila sakit segera berobat ; dilarang berobat dengan barang haram ; boleh berobat dengan doa-doa dan mantra yang tidak syirik ; dilarang memakai jimat dan isim ; banyak mengingat mati, tetapi jangan minta mati.)

Oleh karena itu, apa yang telah kita ungkapkann diatas untuk merenung nasib apa yang harus kita kembangkan dalam pikiran ini agar selalu ingat bagaimana sebaiknya bersikap dan berperilku. Sejalan dengan pikiran tersebut, marilah kita renungkan bahwa Allah tidak mengubah nasib seseorang kecuali mereka merubah keadaan, seperti termuat pada surat :

S.Q. 8 :53 “Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu ni`mat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,”

S.Q. 13 : 11” Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Begitu pula halnya untuk kita renungkan dalam menjalankan hidup ini yang kita sebut dengan :

Nasib Malang karena perbuatan sndiri, yang dimuat dalam surat S.Q. 36 : 19 “Utusan-utusan itu berkata: “Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu mengancam kami)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas”.

Nasib orang yang menentang ayat Allah, yang dimuat pada S.Q. 40 : 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76 .

Sebagai contoh pada

S.Q. 40 : 69 “Apakah kamu tidak melihat kepada orang-orang yang membantah ayat-ayat Allah? Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan?

AZAB, adalah siksa atas perbuatan manusia yang diturunkan oleh Allah SWT, karena manusia tidak mengikuti perintah dan menjahui larangan yang telah di tetapkan-Nya.

Seharusnya manusia memahami benar atas tiga alat yang harus kita perhatikan dalam menjalankan hidup ini : 1) Otak letaknya lebih tinggi dari jantung, tempatnya juga lebih rapi dari tempat jantung yaitu di kepala ; 2) Jantung lebih tinggi dari perut besar dan tempatnya lebih rapi dari perut yaiti di dada ; 3) Perut besar hanya di bungkus  dengan kulit saja sedang tempatnya juga lebih rendah. Dari ketiga tempat masing-masing itu mempunyai hikmah dan arti bagi orang yang berpikir.

Bertitik dari pemikiran diatas, maka Allah SWT telah menetapkan tempat tinggal sementara bagi manusia dan makhluk-makhluk lain yang hidup berdampingan. Dalam menempuh kehidupan ini manusia sangat membutuhkan sarana dan fasilitas hidup yang memadai dan semua itu telah Allah sediakan jauh sebelum manusia diciptakan. Sejalan dengan itu begitu banyak telah diungkapkan dalam surat dan ayat mengenai Azab seperti pada surat No. 3, 4,5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 48, 51, 52, 53, 54, 57, 58, 59, 61, 64, 65, 67, 68, 70, 71, 72, 73, 75, 76, 77, 78, 79, 83, 84, 85, 88, 89, berikut dengan ayat-ayat yang ada dalam surat tersebut. Sebagai contoh dibawah ini diungkap dalam surat

pada S.Q. 3 : 77 “Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih.

S.Q. 3 : 106 “pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): “Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu”.

Begitu banyak surat dan ayat yang mengingat manusia dalam bersikap dan berperilaku, tapi manusia masih saja kita mengerti arti keberadaannya di dunia dan oleh karena itu lebih sering kita mengingat hal-hal seperti dibawah ini :

  • Allah mengazab orang kafir
  • Allah mengazab suatu kaum setelah diperingatkan
  • Azab Allah pasti datang pada waktunya
  • Azab Allah pasti kepada yang mendustakan karunianya
  • Azab bagi orang kafir di neraka
  • Azab buruk untuk orang yang tidak percaya akhirat
  • Azab Tuhan atas kaum yang durhaka
  • Dan seterusnya.

Dengan sering kita merenung dan menghayati tentang datangnya azab oleh Allah SWT dan dalam Al Qur’an pun menye-butkan istilah dan penamaan yang berbeda seperti Fitnah, Musibah, Bala’, dsb, namun manusia masih saja tidak mampu memanfaatkan hikmah berpikir untuk mngingat dalam perjalanan hidupnya bahwa :

  • Kalau jasmani makan, rohani juga makan yaitu dengan pengetahuan.
  • Kalau jasmani berpakaian, rohani mesti berpakaian yang kita sebut dengan budi.
  • Kalau jasmani berlatih, rohani juga dilatih yaitu dengan kesusahan.
  • Kalau jasmani dibersihkan, rohani juga dibersihkan dengan kesucian bathin.
  • Kalu jasmani diobati, rohani juga harus diobati.

Oleh karena dengan itu hikmah berpikir, menuntun manusia untuk memahami ajaran islam tidak mau tumbuh di atas jiwa yang dibungkus oleh kemusyrikan dan kebendaan.

HARI, adalah bagai sepatu yang harus dipakai untuk berjalan. Kita akan berpikir pula bahwa hari yang terpanjangpun akan berakhir. Oleh kareena itu bayangkan pula hari-hari tanpa tujuan akan berakhir dengan kehampaan, sedang kehampaan akan berakhir dengan kehancuran.

Jadi dengan pikiran tersebut diatas untuk menuntun perjalanan hidup dengan memahami hari-hari yang akan kita lalui dalam hidup ini. Oleh karena itu Allah menciptakan manusia melalui beberapa fase kehidupan kedalam hari-hari yang dilalui yaitu

  • Alam Roh, alam sebelum jazad manusia diciptakan.
  • Alam Rahim, alam kandungan ibu tempat menyempurnakan jazad manusia dan penentuan kadar nasibnya di dunia yaitu hidupnya, rezekinya, kapan dan di mana ia meninggal dunia
  • Alam dunia, alam tempat ujian bagi manusia, siapakah di-antara mereka yang paling baik amalnya.
  • Alam kubur, alam tempat menyimpan amal manusia. Di alam ini Allah menyediakan dua keadaan yakni nikmat atau azab kunur.
  • Alam akhirat (alam tempat pembalasan amal-amal manusia) Di alam ini Allah menentukankeputusan dua tempat untuk manusia, apakah ia akan menghuni surga atau menghuni neraka.

Hari-hari yang dilalui manusia di dunia merupakan usaha manusia menempuh ujian dalam perjalanan hidupnya untuk meningkatkan amal dan iman.

Untuk mengingat hari yang kita maksudkan itu, kita dapat me-mahaminya dalam Al Qur’an pada Surat No.3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17 dengan ayat-ayat yang tercantum dalamnya, sebagai contoh dibawah ini diungkapkan :

S.Q. 3 : 9 “”Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya”. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.

S.Q. 3 : 25 “Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan di hari (kiamat) yang tidak ada keraguan tentang adanya. Dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri balasan apa yang diusahakannya sedang mereka tidak dianiaya (dirugikan).

S.Q. 4 : 38 “Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya.

S.Q. 5 : 3 “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Dengan kemampuan manusia untuk berpikir diharapkan manu-sia menyadari arti hidup baginya dalam menatap dalam perjalan an hidup pada hari-hari yang dilalui dengan mengingat seperti hal-hal dibawah ini :

  • Hari anak dan harta tak berguna.
  • Hari hisab / perhitungan
  • Hari kemenganan
  • Hari akhirat
  • Hari kiamat
  • Yang percaya pada kiamat akan mendapat pahala
  • Dan seterusnya.

Jadi dengan bepikir, manusia dapat menghayti arti hidup yang hari-hari dilaluinya, oleh karena itu brusahalah selekas-lekasnya berbuat yang baik sehingga lebih baik berbuat demikian hari ini daripada hari esok hari. Sebab hidup adalah pendek sedangkan waktu berlari kencang.

Dengan mengungkap makna huruf dalam kata AMANAH sebagai unsur A dalam kata “OT(A)K mengandung makna dari untaian huruf menjadi kata bermakna bahwa AMANAH adalah(A)MAL dalam menjalankan perintah-Nya dan menjahui larangan-Nya dengan percaya dan menyerahkan diri dalam amalan lahir dan amalan batin kedalam usaha menumbuh kembangkan (M)ARTABAT  menjadi kepribadian individu yang memiliki(A)KHLAK untuk menuntun (N)ASIB agar menjahui (A)ZAB yang diturunkan Allah SWT bagi manusia yang tidak percaya akan (H)ARI Akhirat dalam menuju perjalanan abadi.

Dengan memahmi makna amanah dari unsur huruf menjadi kata bermakna, mampukah kita secara berkelanjutan untuk meningkatkan kesadran dari tingkat yang paling rendah yang disebut indrawi ke tingkat kedua yang disebut berpikir logis ke tingkat ketiga yang disebut berpikir rohaniah ke tingkat yang paling tinggi disebut berpikir tauhid. Itu berarti secara bertahap kita berusaha untuk mengenal tentang diri kita. Oleh karena itu, makin lama saya hidup makin terasa indah hidup ini untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Jadi ingatlah selalu dalam bersikap dan berperilaku untuk selalu menyiapkan diri menuju ke perjalanan abadi karena itu janganlah kamu menyesali hidup ini tapi pandanglah hidup itu adalah lautan pengorbanan untuk mencapai sesuatu yang luhur yang tak terbatas. Dengan begitu kita menyadari sepenuhnya arti penderitaan  hidup yang mengajarkan kepada manusia menghargai kebaikan dan keindahan hidup.

7. Makna kerja dalam otak

Salah satu pemenuhan kebutuhan hidup ini adalah kerja selain daripada itu manusia harus berpikir dan belajar, oleh karena itu apapun usaha manusia sangat tergantung kepada pandangannya terhadap mengapa Tuhan menciptakannya sebagai mahkluk yang paling mulia di muka bumi ini.

Sejalan dengan pemikiran tersebut, kita merenung untuk meng-hayati makna KERJA dalam unsur kata OTA(K) itu dalam mencari jawaban arti keberadaan hidupnya dari unsur huruf dalam kata “KERJA” menjadi kata yang bermakna yaitu :

K menjadi KEBAJIKAN

E menjadi ENERGI

R menjadi RASIONAL

J  menjadi JANJI

A menjadi ADIL

Kerja adalah suatu usaha yang terkait pada kegiatan dalam kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yang menjadi masalah apa kgiatan itu sejalan dengan perintah Allah SWT, disinilah letak kemampuan manusia untuk berpikir apa ia harus melakukan yang sejalan dengan keyakinan dan kepercayaan yang dianutnya.

Jadi untuk mendalami makna kerja yang sejalan dengan keyakinan dan kepercayaannya itu sebagai manusia muslim, maka ia menjawab bahwa islam yang dipahami Rasulullah, sahabat dan para tabi’in adalah islamnya jiwa secara utuh kepada Allah.

Dengan pemikiran itu, marilah kita merenung unsur huruf da- lam kata KERJA menjadi kata bermakna dengan menyadari sepenuhnya bahwa eksentensi manusia seutuhnya dituntut untuk menyerahkan diri kepada Allah, dengan pikirran itu simaklah uraian berikut dibawah ini :

KEBAJIKAN, adalah kebaikan atau dapat juga kita katakan dengan segala perbuatan yang baik, jadi dalam suatu situasi memperlihatkan semakin tinggi penghargaan orang kepada harta benda, semakin dalam pulalah turunnya penghargaan pada orang yang terkait dengan kebaikan.

Coba kita renungkan ungkapan dari Al Hadisth, riwayat At Tabrani yang mengungkapkan bahwa “Ada empat macam yang bilamana seseorang mempunyai keempat-empatnya, seolah-olah dia mempunyai seluruh kebajikan dunia dan akherat: lidah yang selalu memberi ingat, hati yang selalu berterima kasih, tubuh yang selalu tabah atas setiap datang benncana, isteri yang tak pernah menghianati suaminya.”

Sejalan dengan ungkapan diatas, marilah kita merenung apa-apa yang diungkapkan dalam Al Qur’an tentang kebajikan dalam surat dan ayat : S.Q. 2 :215, 224, 269, 286 ; 3 : 115, 134 ; 4 : 40, 53, 125, 127, 144 ; 5 : 2, 48, 85, 93 ; 6 : 17, 154, 156 ; 10 : 11 ; 11 : 31 ; 16 : 76, 90, 128 ; 17 : 11 ; 21 : 73 ; 22 : 11, 17

Sebagai contoh diungkapkan pada :

S.Q. 2 : 200 “Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.” Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.”

S.Q. 3 : 115 “Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka tidak dihalangi (menerima pahala) nya; dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa.”

S.Q. 4 : 40 “Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.”

Jadi bila kita renungkan makna kebajikan yang diajarkan oleh Allah SWT seperti yang termuat dalam surat dan ayat diatas  untuk mengingatkan kita dalam bersikap dan berperilaku, oleh karena itu kita harus selalu meyakini bahwa :

  • Allah mengetahui kebajikan yang dikerjakan manusia.
  • Balasan Allah terhadap orang yang berbuat kebajikan.

Dengan pemahaman itu melaksanakan kebajikan menjadi suatu kebiasaan dalam perjalanan hidup ini, sehingga ia dapat tum-buh dan berkembang dalam pikiran karena kesenangan hati dan ketenteraman jiwa lebih berharga dari kesenangan pangkat dan kekayaan.

Sejalan dengan pikiran tersebut, simaklah ungkapan dibawah ini sebagai daya dorong dalam menuntun kemampuan melihat kedepan, apa yang terpikirkan dalam bersikap dan berperilaku “Carilah kebaikan diantara kaum melarat ummatku, hiduplah ditengah-tengahnya. Kamu tidak akan memperoleh kebajikan dalam lingkungan orang yang berhati bengis. Laknat Allah turun atasnya, hai Ali ! Tuhan menciptakan kebajikan dan menciptakan pemangku-nya lalu menamakan dalam hati mereka kerinduan kepada kebajikan dan keinginan buat mengerjakan-nya dan menumpahkan minatnya seluruhnya untuk itu, seperti air tumpah kepada bumi yang tandus, maka tercipta kehidupan disitu serta kehidupan penghuninya. Pemangku kebajikan di dunia ini itulah juga pemangku keebajikan diakherat. (Al Hadisth, riwayat Ali bin Abi Thalib)

ENERGI, adalah daya (kekuatan) yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai proses kegiatan. Daya (kekuatan) harus dibangun atas dasar kebiasan yang produktif yang ditopang oleh kekuasaan disatu sisi dan disisi lain oleh kebenaran.

Kata Kekuasaan yang kita maksudkan disini, kita merujuk apa yang tertera dalam Al Qur’an seperti yang disebutkan pada surat dan ayat dalam S.Q. 2 : 251, 258 ; 4 : 153 ; 12 : 101 ; 18 : 84 ; 20 : 23, 54 ; 21 : 32 ; 22 :56 ; 23 : 50, 88 ; 25 : 2 ; 26 : 8, 44, 103, 121, 139, 190 ; 27 : 86 ; 28 : 35 ; 29 : 44 ; 67 : 16, 17 ; 69 : 2 ; 72 : 11 ; 74 : 14 ; 43 : 59 ; 45 : 16.

Sebagai contoh kita ungkapkan S.Q. 2 : 251 “Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.”

S. Q. 4 : 153 “Ahli Kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka sebuah Kitab dari langit. Maka sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar dari itu. Mereka berkata: “Perlihatkanlah Allah kepada kami dengan nyata”. Maka mereka disambar petir karena kezalimannya, dan mereka menyembah anak sapi, sesudah datang kepada mereka bukti-bukti yang nyata, lalu Kami ma`afkan (mereka) dari yang demikian. Dan telah Kami berikan kepada Musa keterangan yang nyata.”

Dengan mengungkapkan dua surat tersebut diatas, mengingatkan kepada kita bahwa kekuasaan haruslah sejalan dengan perintah, sehingga harus dapat meyakini dan menghayati yang terkait dengan kekuasaan mengenai :

  • Kekuasaan Allah adalah mutlak
  • Kekuasaan Allah dan kesempurnaan ilmunya
  • Kekuasaan Allah meliputi alam semesta.
  • Dan seterusnya.

Kata Kebenaran terdapat pada surat dan ayat dalam S.Q. 4 : 83, 105, 135, 170, 174 ; 5 : 8, 48, 119 ; 6 : 25, 104, 115 ; 7 : 43, 53, 168, 174, 180 ; 8 : 5, 6 ; 9 : 48, 76 ; 10 : 32, 35, 36, 76, 94, 108 ; 11 : 20, 5, 64, 120 ; 12 : 35, 51 ; 15 : 64, 85 ; 17 : 41, 105.

Sebagai contoh S.Q. 4 : 83 “Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri diantara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).”

S.Q. 5 : 8 “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Dari kedua contoh surat yang kita ungkapkan diatas, apapun yang kita lakukan bertolak dari pikiran-pikiran dalam mewujudkan dayaguna dan hasilguna sehingga disitulah terletak akhir usaha mencari kebenaran. Oleh karena itu untuk membangkitkan daya ingat bahwa dunia adalah tempat usaha menyempurnakan iman, ujian amal manusia.

Sejalan dengan pikiran tersebut, maka dalam pikiran kita akan selalu digerakkan oleh adanya keyakinan atas :

  • Akibat yang menolak kebenaran
  • Bukti kebenaran Allah yang mengharuskan kita menyukurinya.
  • Bukti kekuasaan dan kebenaran Allah
  • Larangan mentaati orang yang mendustakan kebenaran.
  • Kebenaran selalu mengalahkan kebathilan.
  • Dan seterusnya.

Untuk mewujud energi yang berdayaguna dan berhasilguna yang sejalan dengan kekuasaan dan kebenaran yang telah kita utarakan diatas harus dibangun menjadi satu kebiasaan yang produktif artinya harus dibina dalam usaha untuk menuntun sikap dan berperilaku kedalam kemampuan untuk menggerakkan berpikir dengan memanfaatkan pengetahuan, keterampilan dan keinginan menjadi usaha untuk menuntun kehidupan.

Jadi energi harus didorong pemanfaatannya untuk mencapai tujuan hidup ialah kebahagian dan ini tidak dapat dicapai kare-na keinginan dengan niat memburu kesenangan, tetapi adanya di dalam suatu kehidupan yang sederhana dan sewajarnya, sedapat mungkin bebas dari segala alat benda kediniaan.

RASIONAL, adalah menurut pikiran dan pertimbangan yang logis yang sejalan dengan akal yang bermanfaat. Jadi berpikir logis adalah proses nalar, menyusun ketahuan-ketahuan yang ada menuju kepada suatu kesimpulan yang memiliki kebenaran.

Kata berpikir terdapat pada S.Q. 3 : 65 ; 13 :4 dan pikiran yang terdapat pada S.Q. 6 : 46 ; 11 :63, 88 ; 12 :35 ; 17 :51 ; 68 : 28.

Sebagai contoh kita ungkapkan apa yang termuat pada surat :

S.Q. 3 : 65 “Hai Ahli Kitab, mengapa kamu bantah-membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir? “

S.Q. 13 : 4 “Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.”

S.Q. 6 : 46 “Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu?” Perhatikanlah, bagaimana Kami berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami), kemudian mereka tetap berpaling (juga).”

S.Q. 11 : 63 “Shaleh berkata: “Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan diberi-Nya aku rahmat (kenabian) dari-Nya, maka siapakah yang akan menolong aku dari (azab) Allah jika aku mendurhakai-Nya. Sebab itu kamu tidak menambah apapun kepadaku selain daripada kerugian.”

Menyimak dari surat dan ayat yang diungkapkan diatas, untuk memahami arti berpikir bahwa  dari yang  tidak tahu menjadi tahu. Dengan berpikir manussia juga tidak boleh puas dengan satu pemikiran karena adakalanya apa yang terpikirkan itu hanyalah sebuah bayangan atau sebuah fatamorgana belaka.

Itulah satu kenyataan yang kita hadapi saat ini khususnya Bangsa Indonesia dimana semakin bertambah terhadap orang-orang islam dapat berkurang bila kita sendiri menutup pintu rahmat dan menggunakan segala cara yang menyebabkan kemurkaan Allah SWT.
Manusia yang tidak mempergunakan alat pikiran berupa kesa-daran, kecerdasan dan akalnya untuk memikirkan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan tuhan sehingga hatinya beku, matanya buta dan telinganya tuli, maka semua perbuatannya dikendalikan hawa nafsu kedalam tingkat kesadaran inderawi, maka pembalasan datang kepadanya bisa dalam bentuk peringatan , musibah dan azab yang menimpa manusia dalam kehidupan akibat perbuatannya.
Kehidupan masa kini, manusia terjebak dalam kemampuan berpikir ketidaktahuan orang-orang yang ragu terhadap sebab penciptaan dan maknanya, dimana mereka tidak mampu me-nangkap arti menuju perjalanan abadi dalam kehidupannya.

Oleh karena itu manusia masa kini, dengan kesempitan ilmu mereka menuju kekufuran serta dengan kelemahan nalar mere-ka keluar menuju pendustaan dan kedurhakaan.

JANJI, adalah perkataan yang diucapkan untuk menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat seperti hendak memberi, menolong dsb.

Untuk mendalaminya makna kata janji ini banyak diungkapkan dalam Al Qur’an  seperti yang tercantum pada S.Q. 2 : 40, 63, 83, 84, 93, 177 ; 3 : 9, 76, 77, 80, 81, 112, 152, 187, 194 ; 4 : 21, 90, 92, 95, 120, 122, 154 ; 5 : 9, 13 ; 6 : 34, 52 ; 7 : 102, 137, 142, 150 ; 8 : 56 ;  : 4, 12, 112, 114 ; 10 : 4, 55, 64 ; dan seterusnya.

Sebagai contoh diungkapkan pada S.Q. 2 : 40 “Hai Bani Israil, ingatlah akan ni`mat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk).”

S.Q. 3 : 9 “”Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya”. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.”

S.Q. 4 : 21 “Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.”

Dengan mngungkapkan surat dan ayat diatas, maka kata janji haruslah mengingatkan kita dalam bersikap dan berperilaku artinya sekali kita mengucapkan apa yang dinamakan janji, tidak bisa dibayar dengan apapun kecuali melaksanakan janji itu. Jadi dengan lebih sering kita menghayati makna janji seper-ti yang termuat dalam Al Qur’an akan memberikan daya dorong dalam kebiasaan untuk memenuhi janji untuk setiap janji yang kita ucapkan bukan hanya sekedar  bayangan yang tidak pasti.

Begitu banyak dalam surat dan ayat pada Al Qur’an untuk me-ngingatkan kepada kita agar kita dapat membentuk kepribadian sebagai manusia yang utuh dalam kehidupan dengan mengingat ingat hal seperti yang kami ungkapkan dibawah ini

  • Janji Allah dalah benar pada S.Q.35 : 5
  • Janji Allah kepada orang mukmin pada S.Q. 67 : 12
  • Janji Allah pasti terjadi pada S.Q. 77 : 7
  • Janji Allah untuk orang bertaqwa pada S.Q. 3 : 15, 16, 17
  • Dan seterusnya.

Jadi dengan jalan pikiran yang kita utarakan diatas akan selalu terbina dalam kemampuan berpikir yang dapat menggambar dengan janji adalah sebagai ukuran sampai dimana keluhuran budi seseorang sehingga dalam pikirannya terbina kesetiaan pada janji yang diucapkannya. Dalam situasi dimana kita membuat kesalahan, maka dengan sendirinya terdapat dorongan dalam pikiran untuk tidak malu untuk mengakuinya dan ia melangkah untuk memper-baikinya.

ADIL, adalah berpihak yang benar, berpegang pada kebenaran atau dalam bersikap dan berperilaku menun-jukkan kepribadian yang tidak berat sebelah atau tidak memihak.

Untuk menggugah apa yang kita katakan adil, maka renungkanlah apa yang tertuang dalam Al Qur’an mengenai kata adi se-perti yang termuat dalam surat pada S.Q. 3 : 8 ; 4 :3, 58, 105, 127, 129, 135 ; 5 : 8, 42, 95, 106 ; 6 : 157 ; 7 : 89 ; 10 : 4, 54 ; 11 : 85 ; 16 : 90 ; 20 : 112 ; 21 : 112 ; 33 : 5 ; 38 : 22, 26 ; 3 9 : 69, 75 ; 40 : 78 ; 42 : 15, 17 ; 45 : 9 ; 60 : 8 ; 65 : 2.

Sebagai contoh kita ungkapkan dari surat dan ayat diatas :

S.Q. 3 : 8 “(Mereka berdo`a): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia).”

S.Q. 4 : 3 “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”

S.Q. 5 : 8 “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Dengan menghayati makna yang tercantum dalam Al Qur’an seperti yang kita ungkapkan diatas, memberi daya dorong kita dalam bersikap dan perilaku, maka setiap kita melangkah dalam kemampuan kita berpikir menumbuhkan benih-benih untuk menghayatinya menjadi keyakinan dalam kehiddupan bahwa orang tak mungkin adil tanpa perikemanusiaan.

Oleh karena itu, keruntuhan umat islam saat ini, apapun yang diperlihatkan oleh pemimpin kita tidaklah memberikan keteladanan dalam kehidupan ummat, apapun usaha untuk memperbaikinya menemukan jalan buntu bahkan penyakit bertambah, peringatan, musibah dan azab timbul dan silih berganti, tapi manusia sebagai pemimpin ummat tidak menghayati belajar 1350 tahun yang lalu , ketika di dunia ini terjadi kekafiran, kegelapan dan kebodohan (kejahilan), maka dari balik pegunungan Makkah terpancarlah cahaya hidayah menembus ke arah timur, barat, utara dan selatan. Seluruh penjuru dunia mendapat cahaya hidayah tersebut. Hanya dalam waktu singkat yaitu selama 23 tahun, Nabi Muhammad Saw.dapat membawa manusia kepada kemajuan

Inilah kehidupan manusia di dunia, diciptakan sebagai mahkluk yang paling mulia dimata Allah Swt, tapi sebaliknya manusia tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai khalifah-Nya. Sedangkan manusia tahu bahwa Tuhan itu adil dalam segala jalannya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatannya. Jadi ingatlah selalu bahwa Allah Swt itu hakim yang adil dan Allah yang murka setiap saat.

Dengan mengungkap makna huruf dalam kata KERJA sebagai unsur K dalam kata “OTA(K) mengandung makna dari untaian huruf menjadi kata bermakna bahwa KERJA adalah (K)EBAJIKAN yang harus kulakukan dalam perjalanan hidup ini sebagai baktiku  dalam menjalankan perintah-Nya dan menjahui larangan-Nya dengan percaya dan menyerahkan diri dalam amalan lahir dan amalan batin dengan memanfaatkan (E)NERGI dengan berpikir (R)A-SIONAL kedalam usaha menumbuh kembangkan   menjadi kesadaran dalam berpikir agamis menuju tauhid untuk memenuhi (J)ANJI sebagai manusia yang menyiapkan untuk menuju perjalanan abadi agar dalam bersikap dan berperilaku  memiliki kepribadian individu yang selalu (A)DIL menjalankan amanah sebagai khalifah yang dutugaskan untuk meneruskan jejak dan langkah nabai Muhammad Saw.

Bila sejenak kita merenungkan unsur huruf menjadi kata bermakna dalam kata KERJA yang kita kemukakan diatas, dapatkah ia menuntun dalam bersikap dan berperliku. Bahkan banyak orang telah mengetahui dan tidak jarang pula selalu mengungkapkan isi Al Qur’an dan Sunnah sebagai pegangannya tapi mengapa orang sebagai pemimpin ummat di negeri ini tidak mampu melakukan perubahan kepribadian yang berakhlak dan bermartabat yang sangat dicintai dan dikasihi oleh Allah Swt, karena itu ketidktahuan orang-orang yang ragu terhadap sebab penciptaan daan maknanya.

Jadi pergunakanlah ilmu dan belajarlah dari pengalamanmu itu untuk merubah kemampuan berpikirmu dengan memelihara jasmani dan rohani hendaklah seimbang, jangan berat sebelah bahkan lebihkan kepentingan jiwa. Karena keadaan jiwa itulah terjadi orang bertinggi berendah. Jiwa itulah yang dapat mengangkat ketingkat yang lebih tinggi. Kepada jiwa itu Tuhan memberikan kekuasaan yang dapat menguasai bumi dan alam sekelilingnya.

E. P E N U T U P

Bagian akhir dari tulisan tidaklah dimaksudkan untuk merumuskan kesimpulan mengenai apa-apa yang telah kita utarakan diatas, melainkan dari tulisan ini mengharapkan pemahaman mengenai perjalanan hidup abadi melalui „menggali pola pikir manusia sebagai kekayaan terbesar“ adalah suatu kebutuhan untuk merenungkan tentang umur manusia.

Dengan merenung tentang umur, maka dalam mewujudkan keberhasilan dalam perjalanan hidup abadi. Jadi dalam merenung wujud keberhasilan itu, terbayangkan sikap mental untuk membangun kebiasaan pikiran yang positif yang berlandaskan iman, optimisme, keyakinan, ketenangan, keberanian, keceriaan, imajinasi, antusiasme, kerendahan hati, inisiatif, tolaransi, kejujuran, ikhlas, sabar, tawakal, takut,syukur, ridha, muhasabah.

Dalam perenungan tentang umur, maka bertolak dari pemahaman POLA PIKIR adalah menjalankan (P)prinsip-prinsip dalam meng(O)rganisir  daya kekuatan pikiran kedalam konsepsi dimana kekuatan (L)atihan kedalam (A)ktualisasi  membentuk agar (P)embenaran dengan pemanfaatan (I)ntelegensia sebagai suatu (K)ekuatan yang di (I)ntergrasiksn secara (R)asional. Disitu terletak satu kekuatan kebiasaan pikiran untuk menjawab “siapa, darimana, kemana“ anda dalam usaha anda menemukan tentang diri dan takdirmu.

Maka dalam perjalanan hidup abadi, terbukalah peluang untuk mengubah dari tekanan takut menjadi tantangan mewujudkan suatu daya kekuatan memperkuat kemauan dalam memahami hal-hal yang terkait dengan apa yang disebut konsepsi dasar, bakat, pengelolaan berdasarkan pengetahuan dan rohaniah, sehingga apapun yang anda kerjakan, kerjakanlah dengan sebaik mungkin, dengan begitu keberhasilan anda menuntut kepada diri sendiri untuk mengerahkan kekuatan kebiasaan pikiran yang anda gali.

Renungkanlah visi hidupmu kedalam makna BERPIKIRLAH cara anda memandang, maka dunia anda akan berubah, jadi pikirlah tentang dirimu, jika anda sudah mulai berpikir tak ada satupun kekuatan yang bisa menghentikannya ; BEKERJALAH sampai sesuatu selesai kemudian bergembiralah. Hanya jika anda menyelesaikan seluruh kewajibanmu barulah anda akan merasa bahagia yang sesungguhnya ; BELAJARLAH dari kesalahan, maka tiap hari adalah hari perbaikan, anda tidak pernah terlalu tua untuk belajar sehingga tidak pernah terlambat untuk belajar atau memperbaiki sesuatu .

3. Renungkan tentang umur manusia

4. Renungkan tentang jalan kesalamatan

5. Belajarlah dari kekuatan alam dan zaman

6. Renungkan iman dan amal

7. Renungkan kekuatan membangun akhlak

8.Renuni manusia yanggkan makna hidup dan mati

Read Full Post »