Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘Konseling’ Category

A. TAHAP PERTAMA

1. PENGETAHUAN DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Pada bagian ini tidak dimaksudkan untuk menguraikan secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan Psikologi Pendidikan sebagai studi yang sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang terdapat dalam pendidikan manusia. Dalam hal ini kepada yang ingin mempelajari bahwa psikologi pendidikan bukan psikologi yang dipraktekkan melainkan seperangkat ilmu pengetahuan yang telah mempunyai:

1) susunan prinsip-prinsipnya sendiri ,
2) bahan keterangannya sendiri bersifat objektif,
3) teknik-teknik untuk melakukan penelitiannya sendiri. Jadi dalam hal ini dapat dipelajari melalui hasil karya tulisan yang berkompeten.

Yang hendak kami tekankan disini adalah kinginan untuk mendalami yang terkait dengan penguasaan keterampilan dari pengetahuan yang tumbuh dan berkembang melalui pengalaman anda dan atau orang lain yang terkait dengan :

1) belajar dngan pendekatan eksperimental terhadap masalah-masalah pendidikan,
2) memahami hakekat perbuatan belajar dan cara-cara membimbingnya,
3) memahami seluruh pribadi anak,
4) memperoleh pengertian yang praktis dan berinti kepribadian srta hygiene rokhani,
5) menguasai teknik-teknik evaluasi dan pengukuran.

Dengan pemikiran diatas, maka melalui pengetahuan dalam psikologi pendidikan akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan :

1) perbuatan belajar,
2) intelegensi,
3) hygiene rohani,
4) soal motivasi,
5) soal kepribadian, 6) soal pertumbhan dan perkembangan.

Jadi peran konselor harus mampu memikul tanggung jawab terhadap tugas berusaha memperkembangkan sikap penguasaan ilmu pengetahuan dan profesionalisme terhadap proses-proses dan masalah-masalah pendidikan. (more…)

Read Full Post »

KATA PENGANTAR

I. PENDAHULUAN

  1. Pengertian
  2. Latar belakang dari BK
  3. Pendekatan mendayagunakan BK
  4. Maksud tujuan penyusunan buku ini
  5. Perlukah seorang psikolog dalam BK
  6. Perlukah kepemimpinan sekolah fokus dalam menerapkan BK
  7. Kesalahan-kesalahan BK yang bersifa umum

II. KONSEPSI MENDAYAGUNAKAN BIMBINGAN KONSELING

  1. Penerapan pengertian BK
  2. Merumuskankeputusan strategik dalam BK
  3. Siapa yang mendapatkan manfaat BK
  4. Tahapan proses konseling
  5. Pemahaman dasar yang terkait dengan aktivitas anak didik
  6. Konseling bagi diri sendiri
  7. Pemilihan tahapan proses konseling
  8. Tahapan-tahapan dalam proses tindakan
  9. Konselor dan klien

III. KETERAMPILAN DALAM PENGELOLAAN BIMBINGAN KONSELING

  1. TAHAP  PERTAMA
  1. Pengetahuan dalam psikologi pendidikan
  2. Pengetahuan dalam psikologi kepribadian
  3. Pengetahuan dalam memahami emosi, motivasi, keseimbangan mental
  4. Pengetahuan dalam memahami berpikir, kreativitas, inovasi
  5. Pemberdayaan mendengar aktif, rasa hormat, ketulusan
  6. Kualitas konselor
  7. Teknik tahap satu
  8. Contoh tahap satu

  1. TAHAP KEDUA
  1. Apa yang dilakukan dalam tahap kedua
  2. Kekuatan dalam berdialog untuk mendengarkan tahap kedua
  3. Kebutuhan keahlian lainnya dalam tahap kedua
  4. Peringatan-peringatan
  5. Contoh pemberdayaan tahap kedua

  1. TAHAP KETIGA
  1. Meneliti sasaran yang hendak dicapai
  2. Mendiskusikan kembali oleh pemain peran dalam melengkapi proses
  3. Kebutuhan keahlian lainnya dalam tahap ketiga
  4. Contoh pemberdayaan tahap ketiga

BAB IV. BIMBINGAN KONSELING DAN ORGANISASI

  1. Hubungan konseling
  2. Konflik peran dalam konseling
  3. Pelayanan konseling
  4. Merayakan melalui kompetisi perubahan

BAB V  P E N U T U P

BAB   I.  PENDAHULUAN

1. PENGERTIAN

Untuk dapat mendayagunakan bimbingan konsuling dalam organisasi pendidikan diperlukan kesamaan pikiran dalam memahami makna kata „peranan“ untuk suatu kedudukan, oleh karena itu peranan terkait dengan istilah-istilah yang berhubungan dengan kerja.

Untuk keprluan pemahaman diatas, maka 1) kerja adalah suatu konsepsi luas yang mengubungkan seseorang dengan alat-alatnya dan dengan orang-orang lain yang melakukan kegiatan serupa ; 2) jabatan atau kedudukan adalah merupakan suatu titik tertentu dalam suatu struktur organisasi yang menentukan kekuasaan orang yang memegangnya ; 3) peran adalah sekumpulan kewajiban yang dihasilkan oleh beberapa orang yang berarti dan orang yang memegang suatu jabatan ; 4) pekerjaan adalah syarat khusus untuk menghasilkan suatu produk atau mencapai suatu sasaran ; 5) fungsi adalah sekelompok perilaku yang diharapkan dari suatu peran ; 6) tugas adalah suatu kegiatan tertentu dari suatu fungsi yang seringkali terikat kepada waktu.

Sejalan dengan pengertian diatas, maka bimbingan konsuling haruslah dipandang kedalam organisasi pendidikan sebagai sustu system peran, sehingga setiap pimpinan dan pengajar harus mampu menjalankan peran untuk mempengaruhi bahwa setiap diri manusia terdapat tambang emas yaitu berupa pikiran dan banyak para ahli berpendapat bahwa kita baru 10 % saja dari kemampuan yang diberikan Tuhan dan 90 % lainnya tidak pernah tersentuh. Oleh karena itu, maka setiap peran tidak ada yang tidak menginginkan untuk meningkatkan partisipasi lebih baik dibandingkan rata-rata orang yang merasa kemampuan dirinya rendah, berilah motivasi agar mengembangkan 90 % bakat mereka yang tidak tersentuh itu.

Sejalan dengan pemikiran tersebut diatas, maka setiap pendidik harus mampu berperan sebagai konselor yang dapat memenuhi harapan anak didik karena konseling merupakan jantung hati dari usaha motivasi untuk anak didik secara keseluruhan. Oleh karena itu, marilah kita memulainya untuk memberikan rumusan dua kata yang terpisah yaitu kata bimbingan dan konseling, sehingga dengan pemahaman itu akan dapat memberikan daya dorong kedalam mendayagunakkannya.

Berdasarkan kamus besar Indonesia, mengungkapkan bahwa bimbingan adalah petunjuk (penjelasan) cara mengerjakan dsb sesuatu ; tuntunan, sedangkan konsulen adalah orang yang diangkat  menjadi penasehat.

Disini untuk merumuskan kata “bimbingan”, dapat kita uraikan dari unsur kata menjadi suatu kata baru yang bermakna yaitu Kata “bimbingan” terdiri dari kata (B) menjadi (B)erkomitmen ; (I) menjadi (I)mjinasi ; (M) menjadi (M)engkomunikasikan ; (B) menjadi (B)erpartisipasi ; (N) menjadi (N)alar ; (G) menjadi (G)agasan ; (A) menjadi (A)ntusias ; (N) menjadi (N)aluri.

Berdasarkan kata tersebut, maka dapat dirumuskan menjadi untaian kalimat yang bermakna dalam pemahaman kita untuk mendayagunakan kata “Bimbingan” yang dirumuskan sebagai berikut : (more…)

Read Full Post »